Post on 25-Oct-2021
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN TITER WIDAL TES PADA
PENDERITA DEMAM TIFOID
DEWI SARTIKA SIMBOLON
P07534017076
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN TITER WIDAL TES PADA
PENDERITA DEMAM TIFOID
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III
DEWI SARTIKA SIMBOLON
P07534017076
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : GAMBARAN TITER WIDAL TES PADA PENDERITA
DEMA M TIFOID
NAMA : DEWI SARTIKA SIMBOLON
NIM : P07534017076
Telah Diterima dan Disetujui untuk Diseminarkan Dihadapan penguji
Medan, April 2020
Menyetujui
Pembimbing
Mardan Ginting S.Si,M.Kes
NIP.19880231 198604 2 001
Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Endang Sofia, S. Si, M. Si
NIP. 1960101319860320001
3
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : GAMBARAN TITER WIDAL TES PADA PENDERITA
DEMAM TIFOID
NAMA : DEWI SARTIKA SIMBOLON
NIM : P07534017076
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis
Mei 2020
Penguji I Penguji II
Terang Uli J. Sembiring, S,Si, M. Si Geminsah Putra, SKM, M. Kes
195508221980031003 197805181998031007
Menyetujui
Pembimbing
Mardan Ginting S.Si,M.Kes
NIP.19880231 198604 2 001
Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Endang Sofia, S. Si, M. Si
NIP. 1960101319860320001
i
LEMBAR PERNYATAAN
GAMBARAN TITER WIDAL TES PADA
PENDERITA DEMAM TIFOID
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
perah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di
acu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2020
Dewi sartika simbolon
i
POLITEKNIK HEALTH KEMENKES RI MEDAN
DEPARTMENT OF MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
KTI, MAY 2020
DEWI SARTIKA SIMBOLON
judulmu
ix + 35 page + 1 table + 6 picture + 4 attachment
ABSTRACT
Tyhoid fever is a systemic infection caused by salmonella enteritica bacteria,
particularly salmonella tyhpi.The bavteria include negative gram germs that have
flagella, nonspores, stems, capsules, and instructional anaerobic characteristics
with antigen O, H and Vi characteristic. The stusy was determined to improve the
results of a tes widal examination on those with tyhoid fever. The kind of research
he used was the study of literature. Research items based on literature studies are
carried out in the kendari area of juni 2019 and at the march 2017 municipal
institute. The number of samples in the kendari district of kendari 31 and suharjo
hospital number 20. Based on a literature study of the approximate widal slide
examination, using a serum and edta plasma on tyhoid fever in the city of kendari
based on age 12,35% of age 17-25 (439%), aged 26-35 8 (25.81%) age 36-45 2
(6.45%). On research based on male gender jents give 17 people (54,84%) and
gender jens 14 (45.16%) on march 2017 is suharjo study with a sample of 20
people based on age, suspect is studying 10 people (50%), teh compalens are eight
people 8 (35%), normal 2 (10%). And based of the gender of suspect males by 4
(20%), compalens amount to 2 (10%) and normal 2 (10%) and suspect (30%), and
normal 0 (0%).
Keywords : Tyhoid fever, widal test
Reading List : 2020 (2009-2018)
ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
KTI, MEI 2020
DEWI SARTIKA SIMBOLON
Gambaran Titer Widal Tes Pada Penderitademam Tifoid
ix + 35 halaman + 1 tabel + 6 gambar + 4 lampiran
ABSTRAK
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri salmonella enteritica, khususnya serotype salmonella typhi. Bakteri ini
termasuk kuman gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil,
berbentuk batang, berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakterisitk
antigen O, H dan Vi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pemeriksaan
widal tes pada penderita demam tifoid. Jenis penelitian yang digunakan adalah
studi literature. Objek penelitian berdasarkan studi literatur dilaksanakan di
RSUD Daerah Kota Kendari juni 2019 dan di RSUD Suharjo Maret 2017. Jumlah
sampel pada RSUD Daera Kota Kendari 31 orang dan RS Suharjo berjumlah 20
orang. Berdasarkan hasil studi literatur gambaran pemeriksaan widal slide
menggunakan serum dan plasma edta pada penderita demam tifoid di RSUD
daerah kota kendari berdasarkan umur 12-16 yaitu berjumlah 6 orang (19,35%),
umur 17-25 berjumlah 15 (48,39%), umur 26-35 berjumlah 8 orang (25,81%),
umur 36-45 berjumlah 2 orang (6,45%). Pada penelitian berdasarkan jenis
kelamin laki-laki berjumlah 17 orang (54,84%) dan berjenis kelamin perempuan
14 (45,16%).Pada studi literatur di RSUD Suharjo Maret 2017 dengan jumlah
sampel 20 orang, berdasarkan umur, suspect berjumlah 10 orang (50%),
compalens berjumlah 8 orang (35%), dan normal 2 orang (10%).Dan berdasarkan
jenis kelamin laki-laki suspect berjumlah 4 (20%), compalens berjumlah 2 (10%),
dan normal berjumlah 2 (10%), dan perempuan suspect berjumlah 6 (30%),
compalens 6 (30%), dan normal 0 (0%).
Kata kunci : Demam tifoid, Uji widal
Daftar Bacaan : 2020 (2009-2018)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahasa Esa atas
segala berkat dan kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Gambaran Titer Widal Tes Pada Penderita Demam Tifoid”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Program Diploma III di Poltekkes Kemenkes Medan
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini,
penulis mendapat banyak bimbingan, saran, bantuan, serta doa dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk mengikutii dan menyelesaikan pendidikan Ahli Teknologi
Laboratorium Medis.
2. Ibu Endang Sofia, S. Si, M.Si selaku ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Medan.
3. Bapak Mardan Ginting S. Si, M. Kes selaku pembimbing dan ketua
penguji yang telah memberikan waktu serta tenaga dalam membimbing,
memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Bapak Terang Uli J. Sembiring, S.Si, M,Si selaku penguji I dan Bapak
Geminsah Putra, SKM, M. Kes selaku penguji II yang telah memberikan
masukan berupa kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Seluruh Dosen dan staff pegawai Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Medan.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis yaitu Bapak Hotmangapul
Simbolon dan Ibu Delpi Manik yang telah memberikan dukungan materi
dan doa yang tulus, semangat, motivasi selama ini sehingga penulis dapat
iv
menyelesaikan perkuliahan hingga sampai penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
7. Teman-teman seperjuangan jurusan Teknologi Laboratorium Medis
stanmbuk 2017 dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat.
Semoga kita bisa menjadi tenaga medis yang professional dan bertaggung
jawab.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini. Akhir kata kiranya Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Medan, Juni 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Pengertian 4
2.1.1 Demam Tifoid 4
2.1.2. Etiologi 4
2.1.3. Manifestasi Klinis 4
2.1.4. Patogenesis 7
2.1.5. Pemeriksaan Demam Tifoid 8
2.2. Uji Widal 8
2.2.1. Prinsip Dasar Tes Widal 8
2.2.2. Metode Pemeriksaan Uji Widal 9
2.3 Kerangka Konsep 9
2.4 Defenisi Operasional 9
BAB 3 METODE PENELITIAN 10
3.1. Jenis dan Desain Penelitian 10
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 10
3.2.1 Lokasi Penelitian 10
2.2.3 Waktu Penelitian 10
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 10
3.3.1 Populasi Error! Bookmark not defined.
3.3.2 Sampel Error! Bookmark not defined.
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 10
3.5. Alat, Bahan dan Reagensia 10
3.5.1. Alat 10
3.5.2. Sampel uji 11
3.5.3. Reagensia 11
3.5.4. Prosedur Kerja 11
3.5.5. Cara Pemisahan Serum 12
3.5.6. Cara Kerja Widal Test 12
3.5.7. Interpretasi 13
3.6. Pengolahan dan Analisa Data 13
vi
BAB 4 13
4.1. Hasil Penelitian Dari Studi Literatur Pemeriksaan Widal Tes 10
4.2. Pembahasan 10
4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur 10
4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin 10
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 10
4.1. Kesimpulan 10
4.2. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 17
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi demam tifoid berdasarkan umur 13
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin 13
Tabel 4.3. Distribusi berdasarkan titer widal pada penderita demam tifoid 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri salmonella enteritica, khususnya serotype salmonella typhi. Bakteri ini
termasuk kuman gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil,
berbentuk batang, berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakterisitk
antigen O, H dan Vi. Penyebarannya terjadi secara fake-oval melalui makanan
ataupun minuman. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 110-14
hari((Syarifah Nurlaila, 2013).
Menurut Data World Health Organization(WHO) memperkirakan angka
insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun,diperkirakan terjadi
222.000 kasus demam tifoid per tahun yang sampai mengakibatkan
kematian(WHO).Angka kejadian demam tifoid di Indonesia diperkirakan rata-rata
900.000 kasus per tahun dengan lebih dari20.000 kematian.Prevalensi penyakit
demam tifoid di Sulawesi Utara sepertiga dari angka nasional.Pada tahun 2017
tifoid ditemukan 0,4% kasus di Sulawesi Utara.Demam tifoid ditemukan disemua
kabupaten dan kota Sulawesi Utara dengan total penderita sebanyak 6.312
kasus.Di Kabupaten Minahasa terdapat 0,2% kasus((Meivita Kallo, 2019).
Penyakit demam tifoid paling sering terjadi di negara berkembang karena
penyakit ini terjadi pada saluran pernafasan dan pencernaan. Salah satu
diantaranya penyakit ini berada pada usus halus dan dapat menimbulkan gejala
terus menerus((La Rangki, 2019).
Di Indonesia penyakit demam tifoid merupakan penyakit endemis dan
menyebabkan kematian sebesar 3,3% dari seluruh kematian di Indonesia, dan
keadaan ini ada hubungannya dengan tingkat kesehatan dan sanitasi yang buruk.
Insiden demam tifoid di Indonesia diperkirakan anatara 350-810/ 100.000 ribu
samao 1,5 juta kasus pertahun((La Rangki, 2019).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Sumatera Utara(RISKESDAS)
tahun 2007, penyakit Tifus Abdominalis terdeteksi di provinsi Sumatera Utara
2
dengan proporsi 0,9% dan tersebar di seluruh kabupaten atau kota dengan
proporsi sebesar 0,2%-0,3%. Proporsi tertinggi kasus Tifus Abdominalis
dilaporkan dari kabupaten Nias Selatan sebesar 3,3% sedangkan proporsi Tifus
Abdominalis di kota Sibolga sebesar 0,6%.
Menurut penelitian(Rakhman, A, 2009) prevalensi demam tifoid mencapai
dengan distribusi berdasarkan usia 16-20 tahun(22,31%), usia 21-25
tahun(45,38%), usia 26-30 tahun(11,54%), usia 31-35 tahun(11,54%) dan usia 36
tahun(9,25%).
Penegakkan diagnosis demam tifoid melalui uji widal dianggap positif jika
terjadi kenaikkan titer lebih atau sama dengan 4 kali lipat pada titer masa aku atau
kenaikkan titer melebih batas bawah widal ((Dissa Yulianita Suryani, 2018)
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam
serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang pernah ketularan Salmonella
daan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demama tifoid (Juwono, R,
1996).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang“Gambaran Widal Tes pada penderita demam tifoid di Rumah Sakit
Madaniˮ.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis ingin
mengetahui Bagaimanakah hasil titer widal tes pada penderita demam tifoid.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan widal tes pada penderita demam
tifoid.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hasil titer pemeriksaan widal pada penderita demam
tifoid
3
1.4. Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan penulis tentang titer widal tes pada penderita
Demam Tifoid
b. Menambah keterampilan penulis untuk memeriksa titer widal tes pada
penderita Demam Tifoid
c. Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada pembaca
mengenai titer widal tes pada penderita Demam Tifoid
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus(saluran pencernaan)
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella thypi yang terkontaminasi dari
kotoran-kotoran yang masuk melalui makanan dan minuman.
2.1.2 Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi,basil gram negatif
berflagel(bergerak dengan bulu getar),anaerob,dan tidak menghasilkan
spora.Untuk demam paratifoid dikenal 3 serovarians Salmonella enterica yaitu
Salmonella paratyphi A,Salmonella paratyphi B,Salmonella paratyphi C dan
dikenal beberapa macam“phage types”.Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia
melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau
pemulihan.Kuman tersebut dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia
pada suhu yang lebih rendah sedikit,namun mati pada suhu 70˚C maupun oleh
antiseptik.
Salmonella typhi memiliki tiga macam antigen yaitu,antigen O(somatik)
merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada
pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak
menyebar,H(flagel) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen Vi
berupa bahan termolabil yang diduga sebagai pelapis tipis dinding sel kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang disebabkan oleh demam tifoid bisa bervariasi,mulai dari
yang ringan hingga berat.Biasanya,gejala yang muncul pada orang dewasa lebih
ringan ketimbang yang terlihat pada anak.Kuman yang telah masuk kedalam
5
tubuh anak tidak segera menunjukkan gejala yang nyata.Namun,masih
membutuhkan masa tunas sekitar 7-14 hari.
Masa tunas ini bisa lebih cepat bila kuman masuk melalui minuman
ketimbang makanan. Secara umum ada beberapa tanda yang menunjukkan
seorang anak terinfeksi oleh kuman Salmonella typhi.
Adapun gejala demam tifoid ialah sebagai berikut(Masriadi, 2017).
1. Masa Inkubasi dan Klinis
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari,walaupun pada umumnya adalah
10-12 hari.Awal keluhan dan gejala penyakit tersebut tidak khas,berupa
anoreksia, rasa malas,sakit kepala bagian depan,nyeri otot,lidah kotor dan
gangguan perut(perut meragam dan sakit).
2. Masa Laten dan Periode Infeksi
a. Minggu pertama(awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari,gejala penyakit itu pada awalnya
sama dengan penyakit infeksi akut yang lain,seperti demam tinggi yang
berkepanjangan yaitu setinggi 39˚c sehingga 40˚c, sakit kepala, pusing, pegal-
pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi anatara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapsan semakin cepat dengan gambaran bronkitis
kataral, perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembekit
silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas
lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merahserta
bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan
tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada
perioide tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang
bisa terjadi pad a penyakit-penyakit lain juga, Ruam kulit(rash) umumnya
terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan
tidak merata, bercak-bercak ros(roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian
hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan
kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok,
timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah,
kelihatan memucat bila ditekan. Apabila terjadi infeksi yang berat maka akan
6
dijumpai purpura kulit yang difus. Limpa menjadi teraba dan abdomen
mengalami distensi(Masriadi, 2017).
b. Minggu Kedua
Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam
hari. Oleh karena itu, minggu kedua suhu tubuh penderita terus-menerus
dalam keadaan tinggi(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan
sedikit pada pagi hari berlangsung, terjadi perlambatan relatif nadi
penderita(Masriadi, 2017).
Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak
kering, merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang
berwarna gelap akibat terjadi pendarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut
kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran, mengantuk terus-
menerus, mulai tidak konsentrasi jika berkomunikasi dan lain-lain(Masriadi,
2017).
c. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal
itu terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik,
gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru
komplikasi perdarahan dan perforasi makin memburuk, dimana toksemia
memberat dengan terjadinya tanda khass berupa delirium atau stupor, otot-
otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme
dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti
dengan nyeri perut. Penderita kemudian penderita mengalami kolaps. Jika
denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum,
maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat
dingin, gelisah, sukar bernapas dan kolpas dari nadi yang teraba denyutnya
memberikan gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik
7
merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid
pada minggu ketiga(Masriadi, 2017).
d. Minggu Keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena
femoralis(Masriadi, 2017).
2.1.4. Patogenesis
Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman, dan setelah berada
dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus, terutama
pleksus peyer dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah terjadi proses peradangan
dan nekrosis setempat, kuman melewati pembuluh limfe masuk ke aliran
darah(bakteremia primer) menuju organ dalam sistem retikuloendotelial(RES)
terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel fagosit RES,
sedangkan kuman yang tidak difagosit kembali masuk ke aliran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh(bakteremia sekunder). Sebagian kuman masuk ke
organ tubuh terutama limpa dan kandung empedu yang selanjutnya kuman
tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan
menyebabkan reinfeksi di usus(I.G.N.Gde Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rezeki S
Hadinegoro, Cissy B Kartasasmita, Ismoedijanto, & Soedjatmiko, 2011).
Dalam masa bakteremia kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan
kimianya sama dengan antigen somatik(lipopolisakarida). Demam tifoid
disebabkan karena Salmonella typhi dan endotoksin merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat
pirogen yang beredar dalam aliran darah mempengaruhi pusat termoregulator di
hipotalamus yang mengakibatkan timbul gejala demam. Makrofag akan
menghasilkan substansi aktif yang di sebut monokin, selanjutnya monokin ini
dapat menyebabkan nekrosis selular dan merangsang sistem imun, menyebabkan
instabilitas kapiler, depresi sumsum tulang dan demam(I.G.N.Gde Ranuh,
Hariyono Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro, Cissy B Kartasasmita, Ismoedijanto,
& Soedjatmiko, 2011).
8
2.1.5. Pemeriksaan Demam Tifoid
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi: leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, dan
trombositopenia.
b. Pemeriksaan sumsum tulang: menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang.
c. Biakan empedu: terdapat basil salmonella typhosa pada urun dan tinja. Jika
pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul
sembuh.
d. Pemeriksaan widal: didapatkan titer terhadap antigen O addalah 1/200 atau
lebih, sedangkan titer terhadap H walaupun tinggi akan tetapi tidak
bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi
setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh(Suriadi &
Rita Yuliani, 2001).
2.2. Uji Widal
Pada uji widal, akan dilakukan pemeriksaan reaksi antara antibodi aglutinin
dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap
antigen O(somatik) dan H(flagela) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama
sehinnga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
2.2 Prinsip Dasar Tes Widal
Ketika suspensi antigen TYDAL berwarna, halus, dilemahkan
dicampur/diinkubasi dengan serum pasien, antibodi anti-Salmonella hadir dalam
serum pasien bereaksi dengan suspensi antigen untuk aglutinasi adalah hasil tes
positif, menunjukkan adanya antibodi anti-Salmonella dalam serum pasien. Tidak
ada aglutinasi adalah hasil tes negatif menunjunkkan tidak adanya antibodi anti-
Salmonella (Cruickshank, R, 1982).
9
2.2.1. Metode Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau metode
peluncuran(slide). Uji widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih
cepat dibanding dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitasi uji
widal tabung lebih baik dibandingkan dengn uji widal.
2.3 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
2.4 Defenisi Operasional
a. Demam Tifoid : adalah penyakit infeksi sistemik akut yang menyerang
saluran pencernaan,penyebabnya adalah bakteri Salmonella typhi.
b. Umur : Usia pada tersangka demam tifoid
c. Jenis Kelamin : Jenis kelamin penderita
d. Widal : adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat
reaksi antigen Salmonella dengan antibodi pada serum penderita demam
tifoid.
1. Demam Tifoid
2. Umur
3. Jenis kelamin
Widal
10
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan secara kepustakaan yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah
yang berkaitan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan dengan mengadakan studi penelaan terhadap buku-buku, literature,
catatan, laporan yang ada hubungan dengan masalah yang dipecahkan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan melalui data sekunder.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Mei 2020 dimulai dari
penelusuran pustaka sampai penulisan laporan hasil penelitian.
3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan studi literature di RS Daerah Kota Kendari
jumlah sampel 31 orang dan di RS Suharjo jumlah sampel 20 orang.
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis dan cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi literature(data sekunder), data sekunder tersebut telah dipublikasikan.
3.5. Alat, Bahan dan Reagensia
3.5.1. Alat
1. Slide Test
2. Mikro pipet
3. Batang Pengaduk
11
4. Yellow Tipe
5. Rotator
3.5.2. Sampel uji
Sampel yang digunakan adalah serum penderita demam tifoid.
3.5.3. Reagensia
Reagensia yang digunakan
1. Antigen Salmonella typhi O
2. Antigen Salmonella typhi H
3. Antigen Salmonella paratyphi AO
4. Antigen Salmonella paratyphi BO
5. Antigen Salmonella paratyphi CO
6. Antigen Salmonella paratyphi AH
7. Antigen Salmonella paratyphi BH
8. Antigen Salmonella paratyphi CH
3.5.4. Prosedur Kerja
Cara pengambilan sampel
1. Bersihkan lah tempat itu dengan alkohol 70% dan biarkan sampai menjadi
kering lagi.
2. Pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas dan mintalah orang itu
mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat.
Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan sebaiknya
hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak menonjolkan vena.
3. Tegangkanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya
venatidak dapat bergerak.
4. Tusuklah kult dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung
jarum masuk ke dalam lumen vena.
5. Lepaskan pembendungan dengan perlahan-lahan tarik penghisap semprit
sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat.
6. Lepaskanlah pembendungan jika masih terpasang.
12
7. Taruhlah kapas di atas jarum.
8. Mintalah kepada orang yanng darahnya diambil supaya tempat tusukan itu
ditekan selama beberapa menit dengan kapas tadi.
9. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan darah ke dalam wadah atau tabung
yang tersedia melalui dinding(Gandasoebrata, 2016).
3.5.5. Cara Pemisahan Serum
Darah yang diambil didiamkan selama 30 menit. Lalu darah di
sentrifugasikecepatan 3000 rpm selama 15 menit, lapisan jernih berwarna kuning
berada dibagian atas adalah serum. Segera ambil dengan menggunakan pipet
mikro dimasukkan pada tabung lain yang bersih dan kering untuk dilakukan
pemeriksaan.
3.5.6. Cara Kerja Penentuan kualitatif
1. Dipipet masing-masing 20µl antigen salmonella sampel di 8 lingkaran pada
slide, satu jenis antigen untuk satu lingkaran serum sampel.
2. Ditambahkan 50µl serum ke masing-masing lingkaran.
3. Dicampur dengan menggunakan batang pengaduk.
4. Digoyangkan dan dilihat adanya aglutinasi dalam 1 menit(Arianda, 2013).
Cara Kerja Penentuan Semi Kuantitatif
1. Memipet masing-masing 0,08ml; 0,04ml; 0,002ml;0,01ml; 0,005ml serum
yang tidak diencerkan pada kaca benda.
2. Menambahkan masing-msing serum dengan 1 tetes suspensi antigen, lalu
aduk selama 1 menit dan amati hasilnya.
3. Menentukan hasil akhir titernya.
Titer antibodi ekuivalen dengan pengenceran
Volume Serum Ekuivalen Pengenceran
80µl 1:20
40µl 1:40
20µl 1:80
10µl 1:160
5µl 1:320
13
3.5.7. Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan tes widal dianggap positif mempunyai arti klinis sebagai
berikut (Kosasih, 1984).
a. Titer antigen O sampai 1/80 pada awal penyakit berarti suspek demam
tifoid, kecuali pasien yang telah mendapat vaksinasi.
b. Titer antigen O diataas 1/160 berarti indikasi kuat terhadap demam
tifoid
c. Titer antigen H sampai 1/40 berarti suspek terhadap demaam tifoid
kecuali pada pasien yang divaksinasi jauh kebih tinggi.
d. Titer antigen H diatas 1/80 memberi indikasi adanya demam tifoid.
3.6. Analisa Data
Data yang digunkan dalam penelitian ini berdasarka studi literature berupa
diagram dantabel yang diambil dari referensi yang digunakan dalam
penelitian.
14
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik berdasarkan umur dan jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian studi literatur gambaran pemeriksaan widal
slide menggunakan serum dan plasma edta pada penderita demam tifoid di RSUD
daerah kota kendari.
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
Umur Frekuensi Presentase(%)
12-16 tahun 6 19,35
17-25 tahun 15 48,39
26-35 tahun 8 25,81
36-45 tahun 2 6,45
Jumlah 31 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 54,84
Perempuan 14 45,16
Jumlah 31 100
Tabel 1. Menunjukkan bahwa dari 31 responden yang berumur 12-16 yaitu
sebanyak 6 orang dengan presentase 19,35%, berumur 17-25 yaitu sebanyak 15
orang dengan presentase 48,39%, berumur 26-35 yaitu sebanyak 8 orang dengan
presentase 25,81%, berumur 36-45 yaitu sebanyak 2 orang dengan presentase
6,45%.
Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 17 orang dengan presentase 54,84% dan berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 dengan presentase 45,16%.
4.1.2 Variabel penelitian
15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari, diperoleh hasil yaitu :
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan widal menggunakan
serum.
Hasil pemeriksaan Frekuensi Presentase
Positif 31 100
Negatif 0 0
Jumlah 31 100
Berdasarkan hasil penelitian studi literatur pemeriksaan widal slide untuk
diangosa demam tifoid di RSUD Suharjo ( (Agnes Sri Harti, 2017).
4.1.3 Distribusi Frekuensi Demam Tifoid Berdasarkan Umur
Suspect Compalens Normal Juml
ah
N
o
Umur F % F % F % F %
1 7-13 4 20 1 5 1 5 6 25
2 14-31 3 15 4 20 1 5 8 35
3 35-46 2 10 1 5 0 0 3 25
4 56-70 1 5 2 10 0 0 3 15
Jumlah 10 50% 8 35% 2 10% 20 100
Tabel 4.1.3. Dapat dilihat bahawa distribusi sampel titer widal kelompok umur
berjumlah 25%(6 orang) dengan hasil widal tes 5% orang normal, 15% (3)
suspect umur 14-31 tahun berjumlah 35% (8 orang) dengan hasi widal tes 5%.
4.1.4 Distribusi Frekuensi Demam Tifoid Berdasarkan jenis kelamin
Suspect Compalens Nornal Jumalah
No Jenis
Kelamin
F % F % F % F %
1 Laki-laki 4 20 2 10 2 10 8 40
2 Perempuan 6 30 6 30 0 0 12 60
16
Dari tabel tersebut dalam lihat bahwa distribusi sampel titer widal berdasarkan
jenis kelamin adalah jenis kelamin laki-laki dengan jumlah total 40%(8 orang)
dengan hasil 10% (2 orang) normal 20% (4 orang) suspect demam tifoid dan 10
% (2 orang) compalens atau tahap penyembuhan. Pada jenis kelamin perempuan
yang berjumlah 60(12 orang) terdapat 0% normal dan 30%(6 orang) suspect
demam tifoid atau dengan kata lain penderita baru.
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian 31 pasien yang telah melaukan pemeriksaan widal
diperoleh hasil positif sebanyak 31 orang dengan presentase 100%. Reaksi widal
positif berarti serum orang tersebut mempunyai antibodi terhadap Salmonella
tyhpi maupun salmonella paratyhpi. Reaksi widal negatif artinya tidak memiliki
antibodi terhadap salmonella typhi maupun salmonella paratyhpi Pemeriksaan
widal merupakan pemeriksaan aglutinasi yang menggunakan suspensi bakteri
salmonella typhi dan salmonella aratyhpi sebagai antigen untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap kedua bakteri salmonella tersebut dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu aglutini O, H AH dan BH. Semakin tinggi titer
aglutinin maka kemungkinan infeksi bakteri salmonella makin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kelompok umur yang
memiliki hasil positif banyak terjadi pada umur 17-25 tahun yaitu sebanyak 15
orang dengan presentase 49,39% dan yang paling rendah terjadi pada umur 36-45
tahun sebanyak 2 orang dengan presentase 6,45%. Hal ini sesuai dengan teori
siska (2009) menyatakan bahwa penyakit ini banyak menimbulkan masalah pada
kelompok umur dewasa muda, karena tidak jarang disertai perdarahan dan
perforasi usus yang seing menyebabkan kematian penderita. Pada kelompok usia
3-19 tahun yaitu kelompok anak sekolah yang kemungkinan besar diakibatkan
sering jajan di sekolah atau tempat lain diluar rumah. Sedangkan kelompok usia
20-30 tahun merupakan kelompok pekerja dimana kelompok usia tersebut sering
melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga beresiko untuk terinfeksi salmonella
tyhpi, seperti mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
salmonella tyhpi.
17
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui jenis kelamin
laki-aki lebih banyak positif demam tifoid yaitu sebanyak 17 orang dengan
presentase 54,84% dan perempuan sebanyak 14 dengan presentase 45,16%. Hal
ini sesuai dengan teori sisaka (2009) menyatakan bahwa jenis kelamin antara
penderita pria dan wanita pada demam tifoid tidak ada perbedaan, tetapi pria
lebih banyak terpapar dengan bakteri salmonella tyhpi dibandingkan dengan
wanita, karena aktivitas diluar rumah lebih banyak. Hal ini kemungkinan pria
mendapat resiko lebih besar untuk menderita penyakit demam tioid dibandingkan
dengan wanita.
18
19
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pemeriksaan titer widal pada demam tifoid berdasarkan kelompok umur
presentase tertinggi terdapat pada kelompok umur diataas 14-31 tahun
Sedangkan yang paling terendah ditemuikan pada kelompok umur diatas
60 tahun
2. Pemeriksaan titer widal pada demam tifoid berdasarkan jenis kelamin
perempuan dan laki laki tidak akan peredaan.
5.2 Saran
1. Adanya pemeriksaan widal dapat juga dilakukan pada yang demam
dibawah masa inkubasi karena kemungkinan adanya infeksi sekunder.
2. Bagi penderita demam tifoid agar melakakukan pemeriksaan rutin.
3. Untuk memberikan hasil uji widal yang akurat, pemeriksaannya tidak
hanya dilakukan 1 kali saja melainkan perlu satu seri pemeriksaan.
4. Diharapkan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa agar
dapat melakukan penelitian yang lebih baik dengan sampel yang lebih
banyak dan cakupan yang lebih luas.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arianda, D. (2013). Buku Saku Analis Kesehatan. Bekasi: Analis Muslim
Publisher.
Dissa Yulianita Suryani, M. I. (2018). Titer widal pada populasi sehat di
universitas jember. e-jurnal Pustaka Kesehatan, 6 (2), 1-6.
Gandasoebrata, R. (2016). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Juwono, R. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Masriadi, S. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: PT RajaGrafindo
Persada.
Meivita Kallo, A. A. (2019). Faktor faktor Yang berhubungan Dengan Kejadian
Demam Tifoid Di Rumah Sakit Budi Setia Langowan. Jurnal IKMAS,
4 (1), 39-44.
Rakhman, A., Humardewayanti, R., & Pramono, D. (2009). Faktor faktor risiko
yang berpengaruh terhadap kejadian demam tifoid pada orang dewasa.
FK UGM,Yogyakarta , 167-168.
Ranuh, I., Hariyono Suyitno, S., & Cissy B Kartasasmita, I. S. (2011). Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Suriadi, S., & Rita Yuliani, S. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1.
Jakarta: Pt fajar Interpratama.
Syarifah Nurlaila, E. S. (2013). Faktor-faktor Yang berhubungan Dengan Demam
Tifoid pada Pasien Yang Dirawat Di Rsu.Dr.Soedarso Pontianak
Kalimantan Barat. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan , 54-
66.
Widagdo. (2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.
Zulaikha Binti Osman, N. (2016). Prevalensi Antibodi IgM Anti-Salmonella Pada
Penderita Diduga Demam Tifoid Di Rumah Sakit Puri BUnda. E-
Jurnal Medika, 5 (10), 1-8.
21
LAMPIRAN
MASTER TABEL
Umur Jenis
kelamin
STO SPAO SPBO SPC
O
STH SPAH SPBH SPCH
35 Laki-laki 1/320 1/160 1/80 1/80 1/80 1/160` 1/80 1/80
12 Perempuan 1/80 1/80 1/160 1/80 1/32
0
1/160 1/80 1/80
46 Perempuan 1/320 1/80 1/160 1/80 1/80 1/80 1/160 1/80
70 Perenpuan 1/80 1/80 1/160 1/80 1/32
0
1/80 1/160 1/80
16 Laki-laki 1/320 1/80 1/80 1/16
0
1/80 1/80 1/80 1/160
58 Perempuan 1/80 1/160 1/80 1/80 1/32
0
1/160 1/80 1/160
23 Perempuan 1/80 1/80 1/80 1/16
0
1/32
0
1/80 1/80 1/160
25 Perempuan 1/80 1/160 1/80 1/80 1/32
0
1/160 1/80 1/80
56 Laki-laki 1/320 1/80 1/160 1/80 1/80 1/160 1/80 1/80
7 Perempuan 1/320 1/80 1/80 1/16
0
1/80 1/320 1/80 1/80
10 Perempuan 1/320 1/160 1/80 1/80 1/80 1/320 1/80 1/80
38 Laki-laki 1/80 1/320 1/80 1/80 1/32
0
1/160 1/80 1/80
14 Laki-laki 1/80 1/80 1/80 1/16
0
1/80 1/80 1/160 1/80
45 Laki-laki 1/80 1/80 1/80 1/16
0
1/32
0
1/80 1/80 1/320
29 Perempuan 1/320 1/80 1/320 1/80 1/80 1/80 1/160 1/80
13 Laki-laki 1/80 1/160 1/80 1/80 1/80 1/80 1/160 1/80
9 Perempuan 1/320 1/80 1/80 1/32
0
1/80 1/80 1/80 1/160
29 Perempuan 1/80 1/80 1/320 1/80 1/32
0
1/80 1/160 1/80
31 Laki-laki 1/320 1/320 1/80 1/80 1/80 1/160 1/80 1/80
8 Laki-laki 1/320 1/160 1/80 1/80 1/80 1/160 1/80 1/320
22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITTAS DIRI
Nama : Dewi Sartika Simbolon
Tempat dan Tanggal Lahir : Sei Nibung, 31 Oktober 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Belat no.140 Medan Tembung
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak Ke : 5 dari 6 bersaudara
Pekerjaan : Mahasiswa
Kewarganegaraan : Indonesia
No. Telepon : 085361073005
E-mail : dewisartikasimbolon31@gmail.com
Nama Ayah : Hotmangapul Simbolon
Nama Ibu : Delfi Manik
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2005-2011 : SD Negeri 117840 Selat Cina
Tahun 2011-2014 : SMP Swasta RK Bintang Timur Rantau Prapat
Tahun 2014-2017 : SMA Negeri 2 Rantau Utara
Tahun 2017-2019 : Sedang menjalani pendidikan Diploma III
Teknologi Laboratorium Medis di Poltekkes
KEMENKES Medan