Post on 25-Nov-2020
BESARAN ZONA HAMBAT EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni) PADA PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi
(Studi di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
RININIM 16.131.0080
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
BESARAN ZONA HAMBAT EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni) PADA PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi
(Studi di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
RININIM 16.131.0080
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019i
BESARAN ZONA HAMBAT EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni) PADA PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi
(Studi di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Dalam Rangka Memenuhi PersyaratanMenyelesaikan Studi Progam Diploma III Analis Kesehatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan Cendekia Medika Jombang
RININIM 16.131.0080
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG 2019
ii
ABSTRAK
Besaran Zona Hambat Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni) Pada Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhi
OlehRini
Salah satu penyakit yang timbul akibat infeksi bakteri patogen yaitu demam tifoid atau typhoid fever. Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi bakteri ini menyebabkan penyakit endemik di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi besaran zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi studi di laboratorium mikrobiologi Stikes ICMe Jombang.
Metode desain penelitian ini adalah pra eksperimen. Pada penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan adalah bakteri Salmonella typhi sebanyak ± 106-108 CFU/mL. Teknik pengolahan data yang didapat dari responden melalui tahapan coding dan tabulating. Analisa data penelitian ini diperoleh dari hasil besaran zona hambat ekstrak biji mahoni dengan metode difusi cakram kertas.
Hasil besaran zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan kosentrasi 100% pada cakram 1, 2, 3 dan 4 terdapat terdapat zona hambat dengan hasil cakram 1 dengan rata-rata 8,5 mm daya hambat pertumbuhan tidak ada, cakram 2 dengan rata-rata 9,5 mm daya hambat pertumbuhan tidak ada, cakram 3 dengan rata-rata 12 mm daya hambat pertumbuhan lemah, cakaram 4 dengan rata-rata 12 mm daya hambat pertumbuhan lemah.
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi sebesar 10,5 mm termasuk kategori daya hambat lemah.
Kata kunci : Ekstrak biji mahoni (Swietenia Mahagoni), Salmonella typhi
iii
ABSTRACT
Inhibitory Zone of Mahogany Seed Extract (Swietenia Mahagoni) on the Growth of Salmonella Typhi Bacteria
By
RiniNIM : 16.131.0080
One of the diseases that arise due to pathogenic bacterial infection is
typhoid fever or typhoid fever. Typhoid caused by Salmonella typhi bacterial infection causes endemic diseases in Indonesia. The research objective was to identify the inhibitory zones of mahogany seed extract formed in the growth of Salmonella typhi bacteria study in the microbeology laboratory of ICMe Jombang Stikes.
This research design method is pre-experimental. In this study the population and sample used were Salmonella typhi bacteria as much as ± 106-108 CFU / mL. Data processing techniques obtained from respondents through the stages of coding and tabulating. Analysis of the data of this study was obtained from the results of the inhibition zone of mahogany seed extract using the paper disc diffusion method.
The results of the inhibitory zone of mahogany seeds extract formed on the growth of Salmonella typhi bacteria with a concentration of 100% on discs 1, 2, 3 and 4 there is an inhibitory zone with the results of disc 1 with an average of 8.5 mm growth inhibition power is absent, disc 2 with an average of 9.5 mm of inhibitory growth is absent, disc 3 with an average of 12 mm of inhibitory growth is weak, claw 4 with an average of 12 mm of inhibitory growth is weak.
Conclusions based on the results of the study that is a zone of inhibition of mahogany seed extract formed in the growth of Salmonella typhi bacteria of 10.5 mm, including the category of weak inhibition.
Keywords: Mahogany seed extract (Swietenia Mahagoni), Salmonella
iv
v
vi
vii
viii
MOTTO
“Ana mangsane wong pengen seneng kudu susah dhisik, wong pengen mulyo
kudu rekoso dhisik. “MAN JADDA WA JADA” percoyo o nek awakmu tenanan,
telaten, ulet opo sing kok karepne bakal kawujud”.
ix
PERSEMBAHAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, serta telah memberikan kesempatan, kesehatan, kekuatan, dan
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan tepat
waktu. Pada persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini, yaitu :
1. Kedua orang tua saya, Bapak Loso dan Ibu Marem tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tulus sehingga dapat
menjadikan motivasi dan penyemangat dalam hidup saya. Tujuan utama hidup
saya adalah membanggakan kedua orang tua.
2. . Lilis Majidah, S.Pd., M.Kes selaku penguji utama, terimakasih atas
bimbingan dan sarannya.
3. Ibu Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan,
Awaluddin Susanto, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing utama dan Endang
Yuswatiningsih, S.Kep., Ns.,M.Kes selaku pembimbing anggota serta seluruh
dosen yang telah memberikan bimbingan selama masa kuliah D-III Analis
Kesehatan STIKes ICMe Jombang.
4. Untuk keluarga besar, saudara-saudaraku, dan seseorang yang sudah menemani
saya berjuang dari nol terima kasih banyak atas motivasi dan dukungan yang
kalian berikan selama ini baik dalam bentuk fisik maupun materi. Penulis
berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian dan selalu berdoa agar tetap
x
diberikan kesehatan dan rizki dari Allah SWT atas apa yang telah kalian
berikan kepadaku dengan ketulusan hati.
5. Untuk sahabatku “Kontrakan hits” terimakasih telah memberikan dukungan
dan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk teman-teman seperjuangan D-III Analis
Kesehatan terima kasih selama 3 tahun sudah berjuang dan saling mendukung,
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah, Semoga kita semua menjadi analis
kesehatan yang sukses dan professional.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA
sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul " Besaran Zona Hambat Ekstrak Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni) Pada Pertubumbuhan Bakteri Salmonella
Typhi (Studi di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang)” ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan karya tulis
ilmiyah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,
untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada H. Imam Fatoni, SKM., MM
selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
yang telah memberikan sarana prasarana Sri Sayekti, S.Si, M.Ked selaku Kaprodi
D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang. Awaluddin Susanto, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan ini.
Endang Yuswatiningsih, S.Kep., Ns.,M.Kes selaku pembimbing anggota yang
telah banyak memberi motivasi, pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan ini.
Beserta seluruh civitas akadmik program studi D3 Analis Kesehatan.
Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang
selalu memberi do'a, dukungan dan semangat tiada henti dan selalu memberi
dukungan baik moral maupun material dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Serta teman-teman D3 Analis Kesehatan yang aku sayangi sudah menjadi teman
yang luar biasa selama tiga tahun ini yang selalu membantu baik secara langsung
xii
maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi profesi analis kesehatan amin.
Jombang, Agustus 2019
Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR.......................................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM...................................................................................ii
ABSTRAK......................................................................................................................iii
LEMBAR SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.........................................................iv
LEMBAR BEBAS PLAGIASI.......................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................vii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................viii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................xi
MOTO.............................................................................................................................x
PERSEMBAHAN ..........................................................................................................xi
KATA PENGANTAR....................................................................................................xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xviii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar Salmonella typhi ................................................................................ 5
2.1.1 Definisi Salmonella typhi................................................................................ 5
2.1.2 Taksonomi...................................................................................................... 5
2.1.3 Morfologi bakteri Salmonella typhi................................................................ 5
2.1.4 Epidemiologi Salmonella typhi....................................................................... 6
2.1.5 Struktur dan tipe antigen................................................................................. 7
2.1.6 Patogenisis...................................................................................................... 8
2.1.7 Gejala Klinis................................................................................................... 9
2.1.8 Pemeriksaan laboraturium.............................................................................. 10
xiv
2.1.9 Metode pengujian atibiotik............................................................................. 11
2.1.10 Pencegahan................................................................................................... 14
2.2 Konsep dasar tumbuhan mahoni............................................................................... 14
2.2.1 Definisi tumbuhan mahoni.............................................................................. 14
2.2.2 Sistematika tumbuhan mahoni........................................................................ 16
2.2.3 Kandungan kimia............................................................................................ 18
2.2.4 Manfaat tanaman............................................................................................. 20
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual................................................................................................ 21
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian....................................................................................................... 23
4.2 Waktu dan tempat penelitian.................................................................................... 23
4.3 Populasi, Sampling dan Sample................................................................................ 24
4.4 Kerangka kerja.......................................................................................................... 25
4.5 Variabel dan definisi operasional variabel................................................................ 25
4.6 Instrumen penelitian dan prosedur kerja................................................................... 26
4.7 Teknik pengolahan data dan analisa data.................................................................. 30
4.8 Metode difusi cakram kertas................................................................................. 32
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil.......................................................................................................................... 33
5.2 Pembahasan............................................................................................................... 34
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan............................................................................................................... 40
6.2 Saran......................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 41
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1.Klasifikasi Daya Hambat Perumbuhan Bakteri.......................... 122. Tabel 4.1 Definisi operasional penelitian................................................... 263. Tabel 4.2 Hasil pengamatan uji zona.......................................................... 314. Tabel 5.1 Penyajian data hasil besaran zona hambat biji mahoni yang
terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi............... 33
xvi
HalamanNomor
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Pohon Mahoni.......................................................................... 82. Gambar 2.2 Buah Mahoni Basah................................................................. 83. Gambar 2.3 Buah Mahoni Kering............................................................... 84. Gambar 2.4 Biji Mahoni.............................................................................. 95. Gambar 2. 5 Pewarnaan gram bakteri Salmonella typhi.............................. 126. Gambar 3.1 Kerangka konseptual............................................................... 217. Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian........................................................ 258. Gambar 5.1 Zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi...................................... 359. Gambar 5.2 Zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi...................................... 36
xvii
HalamanNomor
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. ICMe : Insan Cendekia Medika
3. RI : Republik Indonesia
4. WHO : World Health Organization
5. cm : Cetimeter
6. m : Meter
7. ml : Mililiter
8. mm : Milimeter
9. pH : Potensial Hidrogen
10. KHM : konsentrasi hambat minimum
11. KBM : Kadar bunuh minimal
12. Kemenkes : Kementrian kesehatan
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Lembar konsultasi...................................................................442. Lampiran 2 Jadwal Kegiatan.......................................................................463. Lampiran 3 Lembar Observasi...................................................................474. Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian..........................................................485. Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian....................................................51
xix
HalamanNomor
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang timbul akibat infeksi bakteri patogen yaitu
demam tifoid atau typhoid fever. Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella typhi bakteri ini menyebabkan penyakit endemik di Indonesia
(Farizal Jon, 2018 : 47). Demam tifoid merupakan penyakit infeksi bakteri
yang menyerang sistem pencernaan pada tubuh manusia gejalanya yaitu
demam terjadi satu minggu atau lebih, gangguan pada saluran pencernaan
seperti diare, konstipasi dan sakit kepala serta yang sudah lama disertai
dengan gangguan penurunan kesadaran (Farissa U el at, 2018 : 228).
Komplikasi pada penyakit demam tifoid atau typhoid fever ini sering
terjadi pada individu yang tidak diobati sehingga memungkinkan terjadinya
pendarahan dan infeksi fecal seperti visceral abses. Bakteri Salmonella typhi
adalah bakteri gram negatif, yang tidak memiliki spora, bergerak dengan
flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan anerob fakultatif yang
menyebabkan spektrum sindrom klinis yang khas termasuk gastroenteritis,
demam enterik, bakteremia, infeksi endovaskular dan infeksi fecal seperti
osteomielitis atau abses (Naveed & Ahmed, 2016).
Obat-obatan antibiotik berkhasiat untuk membunuh Salmonella typhi
seperti Ciprofloxacin, Cefixime, Amoksisilin, Kloramfenikol, Tiamfenikol,
Azitromisin dan Ceftriaxone saat ini tidak efektif lagi (resistensi) karena
1
2
menimbulkan efek toksik dari obat, residu obat dan pengembangan mikroba
resisten (Puspodewi D et al., 2015).
Berdasarkan Data Kemenkes RI (2012), kasus demam tifoid dan
paratipoid yang terjadi di indonesia berada diperingkat ke-3 dengan jumlah
kasus sekitar 41.000 pasien yang dirawat inap dirumah sakit selama tahun
2010 dengan kasus meninggal sebanyak 274 pasien. Penyebab dari penyakit
demam tipoid yaitu adanya infeksi bakteri salmonella paratyphii B,
salmonella paratyphii A atau salmonella typhi ke dalam tubuh manusia.
Namun, pada umumnya spesies yang menyebabkan penyakit demam tifoid ini
adalah salmonella typhi (Farizal Jon, 2018 : 47).
Pengobatan demam tifoid sampai saat ini masih menggunakan
antibiotik yang dapat menimbulkan masalah berkaitan dengan efek toksik dari
obat, residu obat dan pengembangan mikroba resisten (Puspodewi D et al.,
2015). Meningkatnya kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik pada
umumnya, telah mendorong usaha menemukan antibiotik baru yang lebih
efektif, paten, mudah diperoleh, memiliki efek samping ringan, dan tersedia
secara kontinyu dalam jumlah yang cukup yaitu dengan tanaman obat
(Permata A & Fauzana A, 2017).
Salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat luas untuk
pengobatan adalah pohon mahoni (Swietenia Mahagoni). Semua bagian dari
pohon mahoni dapat dimanfaatkan mulai dari kayu, kulit kayu, daun, dan biji
buahnya. Namun yang banyak dimanfaatkan khasiatnya untuk pengobatan
adalah biji buah mahoni, diantaranya mengobati hipertensi, kurang nafsu
makan, demam, diabetes mellitus, masuk angin, eksim, dan rematik. Selain
3
itu, biji mahoni juga berkhasiat antiseptik, antioksidan, dan antimikroba
(Permata A & Fauzana A, 2017).
Masalah tersebut maka perlu diupayakan alternatif pengobatan yang
lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping, seperti pemanfaatan
tanaman obat salah satunya yaitu pemanfaatan biji mahoni (Swietenia
mahagoni). Biji mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki senyawa flavonoid
didalam biji mahoni yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri. Selain
itu, biji mahoni juga berkhasiat antiseptik, antioksidan, dan antimikroba
(Permata A & Fauzana A, 2017 : 16)
Penelitian lebih lanjut menunjukkan biji mahoni mengandung
senyawa aktif golongan alkaloid, terpenoid, antrakuinon, glikosida jantung,
saponin dan minyak atsiri. Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk
membuktikan aktivitas farmakologi dari biji mahoni. Falah et al. (2007)
melaporkan bahwa biji mahoni terbukti mempunyai aktivitas antioksidan,
antimalaria, antidiare, dan antimikroba. Soetjipto et al, (2003) juga telah
membuktikan bahwa ekstrak biji mahoni memiliki aktivitas antimikroba.
Penjelasan ditersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tentang besaran zona hambat ekstrak biji mahoni pada pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi studi di laboratorium mikrobiologi Stikes ICMe Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Berapakah besaran zona hambat ekstrak biji mahoni pada
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi studi di laboratorium mikrobiologi
Stikes ICMe Jombang?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi besaran zona hambat biji mahoni yang terbentuk
pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi studi di laboratorium
mikrobiologi Stikes ICMe Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber bacaan dalam ilmu analis kesehatan dan
kegiatan proses belajar mengajar khususnya analis kesehatan tentang
potensi antimikroba.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan alternatif obat antimikroba alami atau obat
tradisional dalam menghambat atau membunuh Bakteri Salmonella
Typhi.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Salmonella typhi
2.1.1 Definisi Salmonella typhi
Salmonella typhi yaitu penyebab bakteri salmonellosis yang
merupakan penyakit edemis yang menimbulkan kerugian yang serius di
negara berkembang termasuk Indonesia. Penularan bakteri Salmonella
typhi yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
kotoran dari penderita tifoid (Wagner, 2014).
2.1.2 Taksonomi
Taksonomi dari bakteri Salmonella typhi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma Protebacteria
Kelas : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella typhi (Meilisa, 2009)
2.1.3 Morfologi Bakteri Salmonella typhi
Bakteri Salmonella typhi adalah bakteri penyebab demam tifoid.
Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk basil yang bersifat
fakultatif anaerob dan berasal dari famili Enterbactericeae. Bakteri
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi merupakan bakteri patogen 5
6
yang khusus menginfeksi manusia dari kurang lebih 2.300 serotipe
Salmonella yang dibedakan berdasarkan perbedaan pada antigen somatik
(O), flagel (H), dan kapsul (K) (Zhang, Jeza dan Pan, 2008; Nester et al.,
2012).
Bakteri Salmonella typhi memiliki ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm,
rata-rata besar koloni adalah 2-4 mm. Bakteri tubuh pada suhu 15- 41oC
dimana suhu pertumbuhan optimum adalah 37,5oC dan pH pertumbuhan
adalah 6-8. Bakteri ini hanya menghasilkan sedikit H2S dan tidak
membentuk gas pada fermentasi glukosa. Koloni pada agar Endo, EMB,
dan MacConkey berbentuk bulat, kecil dan tidak berwarna, sedangkan
koloni pada agar Wilson-Blair berwarna hitam (Staf Pengajar Bagian
Mikrobiologi FK UI, 2010).
(Gambar 2. 5 pewarnaan gram bakteri Salmonella typhi )
2.1.4 Epidemiologi Salmonella typhi
Penderita tifoid merupakan sebagian besar agen pembawa (carier)
yang terletak pada kandung empedu, saluran empedu, dan sebagian pada
usus atau saluran kemih (Jawetz , 2006).
7
2.1.5 Struktur Dan Tipe Antigen
Bakteri Salmonella sp memiliki 3 jenis antigen utama yaitu :
1. Antigen O ( Antigen somatik )
Antigen O (Somatik) merupakan bagian dinding sel bakteri yang tahan
terhadap pemanasan 100°C, alkohol, dan asam. Struktur antigen
somatik mengandung lipopolisakarida. Beberapa diantaranya
mengandung beberapa jenis gula yang spesifik. Antigen yang
terbentuk terhadap antigen O adalah IgM (Irianto, 2013 dalam
Hariyatin Yuni, 2018).
2. Antigen Flagel atau Antigen H
Antigen ini mengandung beberapa unsur imunologi. Pada Salmonella
sp ditemukan 2 fase yaitu fase spesifik dan tidak spesifik. Antigen H
dapat dirusak dengan alkohol, asam dan pemanasan diatas 60⁰C.
Antigen yang terbentuk dalam antigen H adalah IgG (Irianto, 2013
dalam Hariyatin Yuni, 2018).
3. Antigen Vi atau Antigen IgG
Antigen Vi atau antigen kapsul merupakan polimer polisakarida
bersifat asam yang terdapat di bagian paling luar badan bakteri
(Widiasih dan Budiharto, 2012). Antigen ini dapat dirusak oleh
alkohol, asam, dan pemanasan diatas 60°C selama 1 jam (Irianto, 2013
dalam Hariyatin Yuni, 2018).
8
2.1.6 Patogenesis
Salmonella typhi merupakan bakteri patogen yang secara spesifik
menginfeksi manusia. Bakteri Salmonella typhi yang tertelan oleh manusia
dapat menghindar dari asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus dan berkembang biak. Bila respon imun humoral mukosa IgA usus
kurang baik maka bakteri akan menembus sel epitel dan menuju ke lamina
propia dimana bakteri akan berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel
fagosit terutama makrofag.
Bakteri yang hidup dan berkembang biak di dalam makrofag
kemudian dibawa menuju plaque penyeri pada ileum distal dan kemudian
ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya bakteri yang terdapat di
dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah melalui duktus
torasikus, pada tahap ini terjadi bakteremia primer dan masih asimtomatik
dan kultur darah biasanya masih didapatkan hasil negatif. Periode inkubasi
bakteri ini terjadi selama 7-14 hari (Nelwan, 2012). Bakteri yang sudah
berada di dalam pembuluh darah akan menyebar ke seluruh tubuh dan
berkolonisasi di dalam organ retikuloendoteleal (hepar, lien dan sumsum
tulang).
Bakteri kemudian meninggalkan sel-sel fagosit dan berkembang
biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sistem
peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder. Pada bakteremia
sekunder muncul gejala klinis seperti demam, gangguan pada sistem
pencernaan seperti diare dan konstipasi serta sakit kepala. Pada bakteremia
sekunder, bakteri tersebar luas seperti pada hepar, lien, kandung empedu,
9
Peyer’s patches di mukosa ileum terminal dan di sumsum tulang.
Kekambuhan dapat terjadi apabila bakteri masih terdapat di dalam
organ-organ retikuloendotelial dan muncul kesempatan untuk
berproliferasi kembali. Menetapnya bakteri Salmonella typhi di dalam
tubuh manusia diistilahkan sebagai carrier atau pembawa bakteri (Nelwan,
2012).
2.1.7 Gejala Klinis
Manifestasi klinis dari demam tifoid bervariasi dari gejala ringan
dengan demam, batuk kering, dan malaise hingga gejala yang berat
dengan rasa tidak nyaman pada abdomen hingga disertai dengan
komplikasi. Gejala yang sering muncul pada demam tifoid meliputi
demam persisten (38oC atau lebih) selama 3 hari atau lebih, mialgia,
splenomegali, hepatomegali, dan nyeri tekan pada perut. Pada pasien
dewasa sering disertai dengan konstipasi, sedangkan pada pasien anak
diare sering dijumpai. Pada sekitar 25% kasus muncul ruam makular atau
makulopapular (rose spots) pada hari 7-10 yang terlihat pada dada bagian
bawah dan abdomen dan menetap selama 2-5 hari (World Health
Organization, 2011; Upadhyay et al., 2015).
Untuk menguji infeksi bakteri Salmonella typhi dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa kultur spesimen dan uji serologis. Pada
metode kultur, spesimen didapatkan dari darah pasien, feses, sumsum
tulang, dan urin. Spesimen yang didapatkan dari darah biasanya
menunjukkan hasil positif pada minggu pertama infeksi, kultur feses dan
urin menunjukkan hasil positif setelah minggu kedua. Spesimen kemudian
10
diisolasi pada medium EMB, MacConkey, atau deoksikolat (Nelwan,
2012).
Untuk uji serologis dapat dilakukan tes Widal untuk mendeteksi
antibodi terhadap antigen O dan H, dimana didapatkan hasil serum
aglutinin meningkat pada minggu kedua dan ketiga infeksi Salmonella
typhi (Brooks et al., 2013).
2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan dapat berupa: darah, urin, feses dan sumsum
tulang. Pada pemeriksaan Salmonella typhi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut Brooks et al, (2013) :
1. Kultur pada medium diferensial
Medium EMB, MacConkey atau deoksikolat memungkinkan deteksi
cepat organisme yang tidak memfermentasi laktosa (bukan hanya
Salmonella dan Shigella, tetapi Proteus, Serratia, Pseudomonas, dan
sebagainya). Pertumbuhan organisme gram positif sedikit terhambat.
Medium bismuth sulfite memungkinkan deteksi cepat Salmonella yang
menghasilkan H2S.
2. Kultur pada medium selektif
Spesimen diinokulasikan pada agar Salmonella-Shigella (SS), agar
enterik Hektoen, XLD, atau agar deoxycholate-citrate yang menunjang
pertumbuhan Salmonella dan Shigella dari pada Enterobacteriaceae
lainnya.
3. Kultur pada medium diperkaya
Spesimen (biasanya feses) juga ditempatkan dalam kaldu tetrathionate
11
atau selenit F, keduanya menghambat replikasi bakteri usus normal dan
memungkinkan multiplikasi Salmonella. Setelah inkubasi selama 1-2
hari, hasil kultur dipindahkan ke medium diferensial dan selektif.
4. Identifikasi akhir
Koloni yang diduga merupakan Salmonella dari medium solid
diidentifikasi dengan pola reaksi biokmia dan pemeriksaan aglutinasi
slide dengan menggunakan serum spesifik.
5. Tes serologi
Teknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi kultur yang tidak
dikenal dengan serum yang dikenal dan dapat pula digunakan untuk
menentukan titer antibodi pada pasien dengan penyakit yang tidak
diketahui, meskipun hal ini tidak terlalu membantu dalam menentukan
diagnosis infeksi Salmonella.
2.1.9 Metode Pengujian Antibiotik
Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan
populasi mikroorganisme terhadap antibiotik alami. Salah satu manfaat
dari uji antibiotik alami ini adalah diperolehnya satu sistem pengobatan
alami yang lebih efektif dan efisien. Penentuan setiap kepekaan kuman
terhadap suatu obat adalah dengan menentukan kadar obat terkecil yang
dapat menghambat pertumbuhan kuman in vitro. Beberapa cara pengujian
antibiotik adalah sebagai berikut :
1. Metode Difusi
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan. Dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu difusi cakram kertas, metode lubang, dan
12
metode parit.
a. Metode Difusi Cakram Kertas
Prinsip dari metode difusi cakram adalah bahan atau sampel
yang akan dijadikan antimikroba direndam dalam cakram kemudian
cakram tersebut ditaruh di atas media perbenihan agar yang terlah
dioleskan dengan bakteri yang akan diuji, setelah itu diinkubasi pada
suhu 37˚C selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati zona jernih di
sekitar cakram uji yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
mikroba. Efektivitas antibakteri didasarkan pada klasifikasi respon
penghambatan pertumbuhan bakteri (Greenwood 1995).
Tabel 2.1.Klasifikasi Daya Hambat Perumbuhan Bakteri
Beasaran Zona Hambat Daya Hambat Pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada
Sumber : Greenwood, 1995 dalam Salma Abdul, 2014
2. Metode Lubang
Metode ini dilakukan dengan membuat beberapa lubang pada
media agar yang telah diberi bakteri. Lubang-lubang tersebut kemudian
diisi dengan berbagai zat antibakteri yang akan diuji. Kemudian media
agar tersebut diinkubasi selama 24 jam dan diamat zona hambat yang
terbentuk pada sekeliling lubang.
3. Metode Parit
Lempeng agar yang telah dilakukan inokulasi dengan bakteri
13
dibuat sebidang parit. Parit tersebut diisi dengan zat antimikroba,
kemudian diinkubasi pada waktu dan suhu optimum yang sesuai dengan
mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh adalah ada tidaknya
zona hambatan di sekitar parit.
4. Metode Dilusi
Selain prosedur difusi, metode pengenceran dalam tabung berisi
kaldu dapat digunakan untuk menentukan sensitivitas/kepekaan suatu
organism terhadap suatu antibiotic. Prosedur pengenceran antibiotic ini
juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum
(KHM) suatu antibiotic. KHM adalah konsentrasi terendah suatu senyawa
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme uji.
Pada metode dilusi, diperlukan kadar dari larutan antimikroba
yang dibuat menurun dengan cara/teknik pengenceran serial. Kemudian
pada larutan tersebut ditambahkan perbenihan cair yang telah mengandung
kuman yang di tes. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan
larutan broth didalam tabung atau dengan menggunakan agar padat pada
plate.
Pada cara agar plate, larutan antimikroba yang sudah diencerkan
dicampurkan kedalam mediun agar yang masih cair (tidak terlalu panas)
kemudian dibiarkan sampai memadat selanjutnya diinokulasikan dengan
kuman. Dengan metode dilusi akan dapat diketahui : KHM (Kadar
Hambat Minimal) dari antimikroba dan KBM (Kadar Bunuh Minimal)
dari antimikroba.
14
2.1.10 Pencegahan
Kebanyakan kasus Salmonella sp disebabkan karena pencemaran
makanan, maka cara pencegahan yang terbaik adalah memasak makanan
dengan baik, khusus pada daging menyimpan makanan pada suhu lemari
es yang sesuai, melindungi makanan atau minuman dari binatang pengerat,
lalat, hewan lain, melakukan pemeriksaan berkala pada orang orang yang
menangani pangan, menggunakan metode produksi dan pengobatan
makanan yang sesuai, serta menjaga kebersihan pribadi dan hidup dengan
cara yang memenuhi syarat kesehatan (Irianto, 2013 Hariyatin Yuni,
2018).
Tindakan sanitasi harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi
makanan dan oleh hewan pengerat atau hewan lain yang menyebarkan
Salmonella sp (Jawetz, Melnick dan Adelberg, 2013 Hariyatin Yuni,
2018).
2.2 Konsep Dasar Tanaman Mahoni
2.2.1 Definisi Tanaman Mahoni
Mahoni merupakan pohon dengan tinggi rata-rata 25 m (bahkan
ada yang rnencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang
bular, percabangan banyak dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun
majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bular telur, ujung dan
pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulangmenyirip dengan panjang
daun 3-15 cm (Hasan Husni, 2017).
Mahoni masih muda berwarna merah dan setelah tua berubah
menjadi hijau tua bunga majemuk, tersusun dalam karangan yang keluar
15
dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda.
Kelopak bunganya lepas saru sama lain dengan bentuk menyerupai
sendok, berwarna hijau. Mahkota bunga silindris, berwarna kuning
kecoklatan (Hasan Husni, 2017).
Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis yang
sangat luas, merupakan negara terkaya ke dua akan keanekaragaman
hayati sesudah Brazil. Hutan tropis merupakan sumber keanekaragaman
hayati untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa kimia yang sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu tiang penyangga
pembangunan nasional (Heyne, 2007).
Salah satu kelompok tumbuhan hutan tropis yang banyak terdapat
di Indonesia adalah Famili Meliaceae. Tumbuhan famili ini banyak di
temukan dan tersebar di seluruh Indonesia dengan penyebaran terbanyak
di pulau Jawa (Purwowidodo, 2005).
Mahoni (Swietenia) telah banyak digunakan masyarakat baik
bagian kayu maupun bijinya. Pohon mahoni biasa ditanam sebagai
tanaman peneduh. Di Indonesia biji mahoni dapat digunakan sebagai
bahan tradisional yaitu obat kencing manis (Diabetes Mellitus), tekanan
darah tinggi, encok, peluruhan lemak, masuk angin, kurang nafsu makan,
demam, radang usus, diare, luka, dan bisul (Dalimartha, 2009).
16
2.2.2 Sistematika Tumbuhan Mahoni
1. Secara taksonomi genus mahoni (Swietenia) diklasifikasikan sebagai
berikut (Cronquist, 2005) :
Divisio : Spermatophyta
Klas : Angiospermae
Sub Klas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Family : Meliaceae
Genus : Swietenia
Species : S. mahagoni Jacq
2. Nama lain
Nama Indonesia : Mahoni. Maoni, Moni Nama Asing : Mahogany
(Dalimartha, 2009)
3. Kandungan Kimia
Mahoni memiliki kandungan kimia, yaitu Alkaloid, Saponin dan
Flavonoid (Taufik, 2006 dan Mursiti, 2009).
4. Potensi
Potensi mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau
sebagai bahan untuk membuat segala bentuk mebel. Pohon ini selain
kayunya bagus untuk segala keperluan bangunan dan perkakas, kulit
batang dan bijinya juga dapat digunakan sebagai obat (Dalimartha,
2009)
17
5. Morfologi
Daun mahoni merupakan daun majemuk, menyirip genap dan bulat
telur, ujung dan pangkal daun melengkung dengan tepi rata,
panjangnya 3-15 cm dengan pertulangan menyirip, masih muda
warnanya merah dan setelah tua menjadi hijau. Bunga mahoni
merupakan bunga majemuk tersusun dalam rangkaian dan terletak di
ketiak daun berwarna coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama
lainnya dan berbentuk sendok mahkotanya silindris dan berwarna
kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari
berwarna putih atau kekuningan buahnya kotak atau bulat telur,
berlekuk lima dan berwarna coklat. Bijinya pipih berwarna hitam atau
coklat tua, spesies ini ditemukan di dataran rendah pada ketinggian
400 meter di atas permukaan laut dan hutan campuran berbagai macam
spesies dari Famili melaiceae (Ashton, 2008).
(Gambar 2.1 Pohon Mahoni)
18
(Gambar 2.2 Buah Mahoni Basah)
(Gambar 2.3 Buah Mahoni Kering)
(Gambar 2.4 Biji Mahoni)
2.2.3 Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari tanaman mahoni yaitu saponin dan
flavonoida (Nursakinah N, 2017). Biji mahoni juga memiliki kandungan
metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid/steroid, dan
19
saponin (Hariana, 2007). Kelompok flavonoid yang bersifat insektisida
alami yang kuat adalah isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada
reproduksi, yaitu antifertilitas. Senyawa flavonoid yang lain bekerja
sebagai insektisida ialah rotenon. Rotenon merupakan racun penghambat
metabolisme dan sistem saraf yang bekerja perlahan (Siregar el at, 2005).
Saponin menunjukkan aksi sebagai racun yang dapat menyebabkan
hemolisis (kerusakan) sel darah merah (Sianturi, 2001). Ekstrak metanol
mahoni mempunyai aktivitas sebagai anti nyamuk, larvasida dan dapat
mencegah gigitan nyamuk (Adhikari et.all, 2012; Mustofa M et.all., 2012).
Biji mahoni mengandung senyawa bioaktif. Hasil penelitian oleh
Sahgal et al. (2009) menunjukan bahwa biji mahoni mengandung zat-zat
kimia seperti flavonoid, saponin, tannin, glikosida kardiak, minyak atsiri,
alkaloid, dan antrakuinon. Flavonoid adalah zat yang paling banyak
ditemukan pada biji mahoni. Kandungan biji mahoni adalah minyak atsiri,
minyak atsiri merupakan substansi alami yang dikenal dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan.. Kandungan minyak atsiri
yang diduga mempunyai peranan paling penting dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah fenol yang bersifat bakterisidal. Selain itu,
saponin mempunyai peranan paling penting dalam menghambat
antimikroba, saponin menunjukkan aktivitas antimikroba (Permata Asiska
& Fauzana Annisa, 2018).
20
2.2.4 Manfaat Tanaman
Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) telah digunakan
di Asia dan banyak negara lain untuk mengoati berbagai macam penyakit
diantaranya dapat digunakan sebagai antimikroba, anti-inflamasi, efek
antioksidan, antimutagenik, antikanker, antitumor, dan antidiabetes.
Hampir semua bagian tanaman dari tanaman mahoni dapat digunakan
sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit pada
manusia (Moghadamtousi et al., 2013).
Buah dari tanaman mahoni ini telah digunakan secara komersial
sebagai produk untuk perawatan kesehatan untuk memperlancar sirkulasi
darah dan perawatan kulit. Biji dari tanaman mahoni dapat digunakan
secara significan untuk pengobatan, di Malaysia biji mahoni telah
digunakan secara tradisional untuk mengobati hipertensi, diabetes, dan
sebagai anti-inflamasi. Di Indonesia biji mahoni telah digunakan sebagai
obat tradisional untuk pengobatan diabetes, hipertensi, dan malaria
(Moghadamtousi et al., 2013).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konseptul
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2012).
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pada penelitian besaran zona hambat biji mahoni pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi studi di laboratorium mikrobiologi Stikes ICMe Jombang
21
Salmonella TyphiTypusKasus demam tifoid di
Indonesia berada diperingkat ke-3 dengan jumlah kasus sekitar 41.000 pasien
(Data Kemenkes RI, 2012)
Mahoni
Daun
Ekstrak
Buah
Uji anti mikroba metode difusi cakram kertas
Tidak ada besaran zona hambat
Ada besaran zona hambat
Kulit Buah Biji buah Kandungan kimia biji mahoni :Alkaloid, Saponin, Flavonoid
22
Keterangan kerangka konseptual :
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa Bakteri
Salmonella Typhi dapat menyebabkan penyakit typus, kasus demam tifoid di
Indonesia berada diperingkat ke-3 dengan jumlah kasus sekitar 41.000 pasien
(Data Kemenkes RI, 2012). Meningkatnya kejadian resistensi bakteri terhadap
antibiotik pada umumnya, telah mendorong usaha menemukan antibiotik baru
yaitu dengan tanaman salah satunya pohon mahoni, tumbuhan yang memiliki
daun, buah, kulit buah, dan biji buah. Biji buah mahoni ini akan dibuat ekstrak
yang mempunyai tiga kandungan kimia yaitu senyawa Alkaloid, Saponin,
Flavonoid. Dari ketiga kandungan tersebut yang berfungsi menghambat
pertumbuhan bakteri yaitu senyawa flavonoid yang ada didalam biji mahoni.
Untuk mengetahui ada tidaknya zona hambat ekstrak biji mahoni pada
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan menggunakan uji antimikroba
metode difusi cakram kertas.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode atau cara yang akan digunakan
dalam penelitian yang tercermin melalui langkah-langkah teknis dan
operasional penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2017). Pada bab
ini menjelaskan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi, sampel, kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional,
pengumpulan data, dan analisa data.
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian. Desain penelitian digunakan sebagai petunjuk dalam
merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam, 2011).
Desain penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra
eksperimen yaitu menggambarkan atau memaparkan suatu peristiwa yang
terjadi tanpa mengubah, menambah, meniadakan dan memanipulasi terhadap
obyek atau wilayah penelitian (Arikunto, 2010).
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April 2019 sampai dengan
selesai. Waktu penelitian dihitung dari awal pembuatan proposal sampai
23
24
bulan Agustus.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Program D-III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang.
4.3 Populasi dan sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah bakteri
Salmonella typhi yang diperoleh dari Laboratorium Universitas Brawijaya
Malang.
4.3.2 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2017). Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik
penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2013:68).
4.3.3 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2017). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah bakteri
Salmonella typhi sebanyak ± 106-108 CFU/mL.
4.4 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis datanya (Notoatmodjo,
2010:115).
25
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian besaran zona hambat biji mahoni pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi studi di laboratorium mikrobiologi Stikes ICMe Jombang.
4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan
nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga
merupakan konsep dari berbagi level abstrak yang didefinisikan sebagai
suatu fasilitas untuk pengukuran dan manipulasi suatu penelitian
(Nursalam, 2017). Variabel pada penelitian ini besaran zona hambat biji
mahoni pada pertumbuhan bakteri salmonella typhi studi di laboratorium
mikrobiologi Stikes ICMe Jombang.
Identifikasi Masalah
Jenis Penelitian Diskriptif
PopulasiSalmonella typhi
Pengolahan dataCoding, tabulating
Penyusunan Laporan Akhir
Penyusunan proposal
Analisa data
Pengumpulan data
SampelSalmonella typhi
SamplingTotal samoling
26
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang dapat diamati atau diukur yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam,
2017).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian besaran zona hambat biji mahoni pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi studi di laboratorium mikrobiologi Stikes ICMe Jombang.
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Kriteria Skala
Zona hambat ekstrak biji mahoni (Swietenia Mahagoni) pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
Kemampuan suatu zat untuk menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat.
Kemampuan ekstrak biji mahoni(Swietenia Mahagoni) pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
Penggaris Skala mm
1. Dapat menghambat apabila muncul zona hambat lebih dari 10 mm.
2. Tidak dapat menghambat apabila muncul zona hambat kurang dari dari 10 mm.
(Sumber: Greenwood, 1995 dalam Salma Abdul, 2014).
Nominal
4.6 Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja
4.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Alat yang digunakan dalam
27
penelitian ini adalah
A. Alat penelitian
1. Rak dan tabung reaksi
2. Inkubator
3. Handscoon
4. Masker
5. Pipet ukur
6. Ose jarum
7. Cawan petri
8. Api bunsen
9. Penggaris (mm)
10. Pinset steril
11. Lidi kapas steril
12. Neraca analitik
13. Batang pengaduk
14. Beaker glass
15. Kertas saring
16. Kain kasa
17. Alumunium foil
18. Corong gelas
19. Kapas
20. Pisau.
B. Bahan penelitian
1. Biji mahoni (Swieteni
Mahagoni)
2. Isolate bakteri Salmonella
typhi
3. Aquadest Steril
4. Media NA (Nutrient Agar)
5. Media NB (Nutrient Broth)
6. NaCl 0,9%
7. Etan
4.6.2 Prosedur penelitian
1. Sterilisasi Alat
Alat yang terbuat dari bahan kaca (cawan petri, tabung reaksi)
sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu, kemudian dikeringkan
setelah itu dibungkus dengan kertas lalu dioven dengan suhu 1800C
selama 1 jam.
2. Pembuatan Ekatrak Biji Mahoni
a) Mengumpulkan biji mahoni.
b) Memisahkan biji mahoni dari kulitnya.
c) Biji mahoni dicuci lalu dipotong kecil-kecil.
d) Dikeringkaan pada suhu kamar, terlindungi dari sinar matahari
langsung.
e) Biji mahoni yang sudah kering dihaluskan dengan blender hingga
halus.
f) Serbuk biji mahoni ditimbang sebanyak 100 gr.
g) Biji mahoni direndam menggunakan etanol sebanyak 700 ml selama
3 hari didalam beaker glass pada suhu ruang.
h) Setelah 3 hari proses perendaman, kemudian disaring menggunakan
kain kasa dan corong gelas.
i) Menguapkan diatas kompor gas hingga volumenya berkurang dan
agak mengental (suhu <780C).
3. Pembuatan Media NA (Natrient Agar)
a) Menimbang media NA (Nutrient Agar) sebanyak 2 g, dilarutkan
dengan aquadest 100 mL.
b) Dipanaskan sampai mendidih.
c) Setelah dipanaskan, media dimasukkan kedalam erlenmeyer dan
ditutup dengan aluminium foil. Kemudian disterilkan dalam
autoclave pada suhu 1210C selaman15 menit.
d) Setelah disterilkan media dituang kedalam cawan petri. Proses
ini dilakukan didekat nyala api Bunsen. Kemudian ditunggu
sampai dingin.
4. Membuat Media NB (Nutrient Broth)
a) Menimbang Nutrient Broth serbuk sebanyak 0,04 gram.
b) Melarutkan serbuk dengan 5 mL aquades.
c) Memanaskan diatas hot plate sambil diaduk hingga rata.
d) Menyesuaikan pH nya yaitu 7,0.
e) Memasukkan kedalam tabung reaksi.
f) Menutup tabung dengan kapas dan aluminium foil.
g) Mensterilkan menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama
15 menit.
h) Membiarkan dingin dan memasukkan ke dalam refrigerator
untuk disimpan.
5. Pembuantan Suspensi Bakteri Uji
Sebanyak 1 ose bakteri uji, hasil peremajaan, disuspensikan dalam 1 m
L NaCl 0,9% dalam tabung reaksi steril dan dihomogenkan selama 15
detik.
6. Pembuatan Paper Disk
Paper disk dibuat dari kertas saring untuk konsentrasi 100% dengan
diameter 6 mm, kemudian di sterilisasi menggunakan oven dengan suhu
1800C selama 1 jam.
7. Pengujian daya hambat bakteri
Pengujian antibakteri menggunakan difusi cakram. Metode kali ini
penghambatan pertumbuhan ditunjukkan oleh luasnya wilayah jernih
(zona hambat) disekitar cakram.
a) Mengambil cawan petri yang berisi media NA (Natrient Agar),
kemudian mengambil suspensi bakteri Salmonella typhi menggunakan
kapas lidi steril dan digoreskan sampai merata pada media NA
(Natrient Agar), dibiarkan selama 5–10 menit
b) Pada media yang berisi bakteri, diatasnya paper disk (kertas cakram)
yang telah direndam pada ekstrak biji mahoni
c) Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C
Zona bening yang terbentuk dari masing-masing kertas cakram diukur
menggunakan penggaris dengan satuan mm.
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
4.7.1 Teknik Pengolahan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017). Data yang didapat dari
responden akan dilakukan pengolahan data melalui tahapan coding dan
tabulating.
1. Memberi Tanda Kode (Coding)
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).
Penelitian ini menggunakan kode sebagai berikut :
CCakram 1 Kode 1
CCakram 2 Kode 2
Cakram 3 Kode 3
Cakram 4 Kode 4
2. Tabulating
Tabulating merupakan pembuatan tabel data, sesuai dengan
tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti, dalam penelitian
ini data disajikan dalam bentuk tabel yang menggunakan hasil uji zona
hambat biji mahoni pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Tabel 4.2 Hasil pengamatan uji zona hambat ekstrak biji mahoni pada
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
No Cakram Tidak adanya hambatan Besaran Zona Hambat
1 Cakram 1
2 Cakram 2
3 Cakram 3
4 Cakram 4
4.7.2 Analisa Data
Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan secara
sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan
supaya mudah dideteksi (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini
data tersebut diperoleh dari hasil besaran zona hambat ekstrak biji
mahoni.
4.8 Metode difusi cakram kertas
Prinsip dari metode difusi cakram adalah bahan atau sampel yang
akan dijadikan antimikroba direndam dalam cakram kemudian cakram
tersebut ditaruh di atas media perbenihan agar yang terlah dioleskan
dengan bakteri yang akan diuji, setelah itu diinkubasi pada suhu 37˚C
selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati zona jernih di sekitar cakram uji
yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. Efektivitas
antibakteri didasarkan pada klasifikasi respon penghambatan pertumbuhan
bakteri (Greenwood 1995).
Tabel 2.1.Klasifikasi Daya Hambat Perumbuhan Bakteri
Beasaran Zona Hambat Daya Hambat Pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada
Sumber : Greenwood, 1995 dalam Salma Abdul, 2014
33
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besaran zona hambat
biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Metode yang digunakan yaitu metode difusi cakram. Hasil penelitian dari
besaran zona hambat biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi dapat diketahui pada tabel 5.1 sebagai berikut.
Tabel 5.1 Penyajian data hasil besaran zona hambat biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
No CakramKategori Besaran
Zona Hambat (mm)
Daya Hambat Pertumbuhan
Ada hambatan
Tidak hambatan
Rata-Rata
1 Cakram 1 Ada hambatan
8,5 Tidak ada
2 Cakram 2 Ada hambatan
9,5 Tidak ada
3 Cakram 3 Ada hambatan
12 Lemah
4 Cakram 4 Ada hambatan
12 Lemah
Kesimpulan Ada hambatan
10,5 Lemah
Sumber : Data primer peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 5.1 hasil besaran zona hambat biji mahoni yang
terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan kosentrasi
100% pada cakram 1, 2, 3 dan 4 terdapat zona hambat dengan hasil cakram 1
dengan besaran zona hambat 8,5 mm dalam klasifikasi menurut Greenwood,
1995 dalam Salma Abdul, 2014 daya hambat pertumbuhan tidak ada, cakram
2 dengan besaran zona hambat 9,5 mm dalam klasifikasi menurut
34
Greenwood, 1995 dalam Salma Abdul, 2014 daya hambat pertumbuhan tidak
ada, cakram 3 dengan besaran zona hambat 12 mm daya hambat pertumbuhan
lemah, cakaram 4 dengan besaran zona hambat 12 mm daya hambat
pertumbuhan lemah. Hasil dari cakram 1, 2, 3 dan 4 dapat dikesimpulan
dengan rata-rata besaran zona hambat 10,5 mm dengan daya hambat
pertumbuhan lemah.
Hasil penelitian dari cakram 1,dan 2 zona hambat ekstrak biji mahoni
yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dapat dilihat pada
Gambar 5.1 dibawah ini :
Gambar 5.1 Zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi Sumber : data primer peneliti, 2019
Hasil penelitian dari cakram 1,dan 2 zona hambat ekstrak biji mahoni
yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dapat dilihat pada
Gambar 5.2 sebagai berikut :
Gambar 5.2 Zona hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
35
5.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 hasil besaran zona hambat biji mahoni yang
terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan kosentrasi 100%
pada cakram 1, 2, 3 dan 4 terdapat zona hambat pada cakram 1 dengan
besaran zona hambat 8,5 mm, cakram 2 dengan besaran zona hambat 9,5 mm
pada cakram 1 dan 2 tidak ada zona hambat pada bakteri Salmonella typhi.
Menurut Greenwood, 1995 dalam Salma Abdul, 2014 klasifikasi daya hambat
perumbuhan bakteri jika beasaran zona hambat <10 mm maka daya hambat
pertumbuhan bakteri tidak ada.
Menurut peneliti ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hal
tersebut terjadi yaitu karena dalam pembuatan ektrak kurang maksimal, pada
penjemuran biji mahoni kurang lama sehingga menyebabkan biji kurang
kering, proses penambahan pelarut yang tidak dikocok selama 3 hari dalam
suhu kamar sehingga kurang maksimal dalam mengeluarkan kandungan
kimianya. Selain itu karena lingkungan media tidak sesuai dengan karakteristik
tempat tinggal bateri yang asli, hal tersebut juga bisa mempengaruhi
pertumbuhan bakteri sehingga tidak ada daya hambat pada cakram 1 dan 2.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Novi Yanti
Yuska & Hepiyansori dengan judul “Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia
Mahogany (L.)Jacq) Untuk Pembuatan Obat Anti Nyamuk Elektrik” yaitu Biji
mahoni yang sudah dikeringkan dan dihaluskan dengan blender hingga halus,
serbuk biji mahoni seberat 100 gram dimasukkan kedalam botol gelap tertutup
yang bersih, ditambahkan pelarut 700 ml sambil sering dikocok selama 3 hari
dalam suhu kamar selanjutkan disaring menggunakan kertas saring dan ampas
36
dari penyaringan ditambahkan 300 ml pelarut dan dikocok 3 hari kemudian
disaring menggunakan kertas saring. Kemudian dilakukan pemisahan pelarut
menggunakan waterbath yang memiliki suhu 40-50 oC karena flavonoid akan
rusak pada suhu tinggi. Ekstrak cair tersebut kemudian diencerkan sesuai dosis
penelitian. Uji rendemen dilakukan untuk mengetahui gambaran hasil maserat
dari ekstrak yang akan dihasilkan.
Departemen Kesehatan RI, (2000) dalam Maritsa Adilah, (2018) yaitu
faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu sampel
kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan antara
jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan
pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Semakin lama waktu
ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan makin besar sehingga hasilya juga
bertambah sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah pelarut dengan
jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang
berlebihan tidak akan mengekstraksi lebih banyak, pelarut akan mengekstraksi
secara optimal dalam jumlah tertentu.
Fardiaz (1992), suhu inkubasi yang digunakan pada kisaran suhu
tertentu karena setiap mikroba memiliki karakteristik suhu yang berbeda-beda
untuk tetap hidup dan berkembang biak. Suhu inkubasi sendiri ditentukan dari
suhu optimum pertumbuhan mikroba supaya mikroba dapat tumbuh dengan
baik. Sehingga apabila suhu inkubasi dinaikkan atau diturunkan dari suhu
semula maka akan mengganggu pertumbuhan mikroba bahkan menyebabkan
kematian pada mikroba tersebut karena lingkungan tidak lagi sesuai dengan
karakteristiknya.
37
Berdasarkan tabel 5.1 hasil besaran zona hambat biji mahoni yang
terbentuk pada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan kosentrasi 100%
pada cakram 1, 2, 3 dan 4 terdapat zona hambat dengan rata-rata 10,5 mm.
Pada cakram 3 dengan besaran zona hambat 12 mm daya hambat pertumbuhan
lemah, cakaram 4 dengan besaran zonna hambat 12 mm daya hambat
pertumbuhan lemah. Lama pengasinan 10 hari bakteri Salmonella typhi dengan
ekstrak biji mahoni konsentrasi 100% pada cakram 3 dan 4 terlihat bahwa
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Menurut peneliti berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa ekstrak biji mahoni dapat mengurangi pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi dengan rata-rata besaran zona hambat keseluruhan dari cakram 1, 2, 3 dan
4 adalah 10,5 mm dengan daya hambat pertumbuhan lemah. Hal ini disebabkan
oleh kandungan kimia dari tanaman mahoni yaitu mengandung senyawa
bioaktif dan semua ekstrak dengan jenis pelarut ekstraksi etanol 70% akan
mempengaruhi zona hambat pada bakteri yang diujikan. Selatin itu dipengaruhi
oleh kandungan zat yang terdapat pada biji mahoni yaitu zat flavonoid,
saponin, tannin, minyak atsiri, dan alkaloid yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Artinya bahwa ekstrak biji mahoni
dapat bersifat sebagai antibakteri karena mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Salmonella typhi.
Biji mahoni mengandung zat-zat kimia seperti flavonoid, saponin,
tannin, glikosida kardiak, minyak atsiri, alkaloid, dan antrakuinon (Permata
Asiska & Fauzana Annisa, 2018). Flavonoid adalah zat yang paling banyak
ditemukan pada biji mahoni (Permata Asiska & Fauzana Annisa, 2018).
38
Kelompok flavonoid yang bersifat insektisida alami yang kuat adalah
isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada reproduksi, yaitu antifertilitas.
Senyawa flavonoid yang lain bekerja sebagai insektisida ialah rotenon.
Rotenon merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem saraf yang
bekerja perlahan (Siregar el at, 2005).
Kandungan biji mahoni adalah minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan
substansi alami yang dikenal dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis
bakteri merugikan. Kandungan minyak atsiri yang diduga mempunyai peranan
paling penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah fenol yang
bersifat bakterisidal (Permata Asiska & Fauzana Annisa, 2018).
Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan kuman
dengan mengganggu proses terbentuknya membran dan/atau dinding sel;
membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Tanin
mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang menciutkan atau
mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang. Akan tetapi,
efek spasmolitik ini juga mungkin dapat mengkerutkan dinding sel atau
membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup
sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Permata Asiska &
Fauzana Annisa, 2018).
Masduki (1996) dalam Ajizah Aulia (2004) menyatakan bahwa tanin
juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek
antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi
39
enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Karena tanin pada
biji mahoni cukup banyak, penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi juga disebabkan oleh mekanisme tersebut.
Alkaloid dalam daun Psidium guajava menurut Winarno & Sundari
(1996); Dzulkarnain (1996) dalam Ajizah Aulia (2004) juga bersifat
antibakteri. Alkaloid brotowali dapat mengganggu terbentuknya jembatan
seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
tersebut (Robinson, 1998 dalam Ajizah Aulia 2004). Dengan penjelasan
tersebut penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi juga mungkin
oleh adanya kandungan alkaloid pada ekstrak biji mahoni.
saponin mempunyai peranan paling penting dalam menghambat
antimikroba, saponin menunjukkan aktivitas antimikroba (Permata Asiska &
Fauzana Annisa, 2018).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat zona
hambat ekstrak biji mahoni yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi sebesar 10,5 mm termasuk kategori daya hambat lemah.
6.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Untuk tenaga kesehatan diharapkan dengan adanya hasil
penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan ekstrak
biji mahoni yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dengan hasil penelitian ini
dapat melakukan penelitian sejenis yaitu mengenai zona hambat pada
bakteri Salmonella typhi dengan konsentrasi yang berbeda.
40
DAFTAR PUSTAKA
Alba, S., Bakker M. I., Hatta, M., Et Al. (2016). Risk Factors Of Typhoid Infection In The Indonesian Archipelago. Plos One, 11(6): 1-14
Ajizah Aulia, (2004), Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava L, Volume 1, Nomor 1, Januari 2004 Halaman 31-38, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Ashton, P, S dan Arnold Arboretum. (2008). Flora malesiana: Spermatophyta I, The Hague, 391-436.
Batubuaya, D., Ratag, B, T., Wariki, W. (2017). Hubungan Higiene Perorangan Dan Aspek Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Demam Tifoid Di Rumah Sakit Tk.Iii R.W. Mongisidi Manado. Jurnal Media Kesehatan, 9(3): 1-8
Dalimartha, S, 2009. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus, cetakan 6, penebar swadaya, Jakarta.
Dzulkarnain B, Sundari D Chozin A, 1996. Tanaman Obat Bersifat Antibakteri Di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, 110:35-48.
Dalimartha, S., 2006. Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 2, 131-134, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Farissa Ulfa, Oktia Woro Kasmini Handayani. (2018). Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagiyanten Epidemiologi Dan Biostatistik. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Falah, S., Suzuki, T., dan Katayama, T. (2007). Chemical constituents from Swietenia macrophylla. Bark and their antioxidant activity, Pakistan Biol Sci Vol.11, No.16.
Farizal Jon. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Salmoenella Typhi Impact Test Of Garlic Extract (Allium Sativum) On Salmonella Typhi. Journal Of Nursing And Public Health Volume 6 No. 2. Dosen Iii Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Falah, S., Suzuki, T., Dan Katayama, T.(2007). “Chemical Constituents From Swietenia Macrophylla”, Bark And Their Antioxidant Activity, Pakistan Biol Sci.Vol.11, No.16.
Hasan Husni. (2017). Budidaya Mahoni (Swietenia Macrophylla King). Balai Pengelolaan Hutan Wilayah Lebak Dan Tangerang Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Provinsi Banten.
Hartati, 2013, Pengaruh Jenis Pelarut Ekstraksi Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq) Terhadap Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri, Universiti Teknologi Malaysia,Johor Bahru, Malaysia
Mogasale, V., Mogasale, V. V., Ramani, E., Lee, S.L., Park, J.Y., Lee, K.S., Dan Wierzba, T.F. 2016. Revisiting Typhoid Fever Surveillance In Low And Middle
41
Income Countries: Lessons From Systematic Literature Review Of Population-Based Longitudinal Studies. Bmc Infectious Diseases. 16(35): 1-12.
Mursiti, S. (2004). Identifikasi senyawa alkaloid dalam biji mahoni bebas minyak (swietenia macrophylla, king) dan efek biji mahoni terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus novergicus). Yogyakarta:UGM.
Mursiti, S.(2009). Isolasi, karakterisasi, dan uji aktivitas hipoglikemik senyawa dalam biji mahoni bebas minyak dan minyak biji mahoni (Swietenia Macrophylla King) . Yogyakarta:UGM.
Masduki I, 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran 109 : 21-24.
Novita Sari Siti. (2016). Isolasi Flavonoid Dari Biji Mahoni (Swietenia Macrophylla, King) Dan Uji Aktivitasnya. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Naveed, A. And Ahmed,Z.(2016). Treatment Of Typhoid Fever In Children: Comparison Of Efficacy Of Ciprofloxacin With Ceftriaxone. European Scientific Journal, 12(6). Issn: 1857 – 7881 (Print) E - Issn1857- 7431 Oms. 2013. Données Épidémiologiques Sur La Typhoïde, Rapport Décembre, 89: 545-560.
Notoadmodjo, (2010), Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka CiptaNursalam, (2017), Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis, Edisi
4, Jakarta Selatan: Salemba Medika
Puspodewi Dini, Darmawati Sri , Triwahyuni Maharani Endang. (2015). Daya Hambat Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica) Terhadap Pertumbuhan Salmonella Typhi Penyebab Demam Tifoid. Nursing And Health Faculty Muhammadiyah University Of Semarang. The 2nd University Research Coloquium 2015. Issn 2407-9189.
Permata Dewi Asiska, Fauzana Annisa. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni) Terhadap Shigella Dysenteriae. Analis Farmasi Dan Makanan Universitas Abdurrab. Jops-Volume I-Dec 2017.
Purwowidodo. (2005). Telaah watak tanah hubungannya dengan pertumbuhan tanaman mahoni (switenia macrophylla king): studi kasus di KPH balapulang. UGM, Yogyakarta.
Robinson. 1998. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB, Bandung.
Soetjipto, H., A.I. Kristijanto, F.E.T.Nugroho. (2003). Aktifitas Antibakteri Ekstrak Flavonoid Biji Mahoni (Sweitenia mahagoni Jac.). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains, Universitas Kristen Satya Wacana.
Taufik, Ahmad. (2006). Buah Mahoni, Tingkatkan Vitalitas dan Penyembuhan.Vani Rahmasari, Keri Lestari. (2018). Review: Manajemen Terapi Demam Tifoid: Kajian
Terapi Farmakologis Dan Non Farmakologis. Fakultas Farmasi Universitas. 184 -195.
Winarno MW, Sundari D. 1996. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Diare di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran 109 : 25-32.
42
LEMBAR KONSULTASI
Lampiran 1
LEMBAR KONSULTASI
JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN KTI
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN TAHUN 2019
No Jadwal Kegiatan
BulanMei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persamaan persepsi
2 Pengumuman bimbingan
3Bimbingan proposal & konfrimasi
4Bimbingan proposal & studi pendahuluan
5 Bimbingan proposal
6 Seminar proposal
7 Revisi seminar proposal
8 Pengurusan izin
9Pengambilan data & pengumpulan data
10 Analisa data11 Bimbingan hasil12 Ujian hasil
13 Revisi KTI seminar hasil
14 Pengumpulan dan penggandaan KTI
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
No Cakram KategoriBesaran
Zona Hambat (mm)
Daya Hambat Pertumbuhan
Ada hambatan Tidak hambatan Rata-Rata
1 Cakram 1 Ada hambatan 8,5 Tidak ada
2 Cakram 2 Ada hambatan 9,5 Tidak ada
3 Cakram 3 Ada hambatan 12 Lemah
4 Cakram 4 Ada hambatan 12 Lemah
Kesimpulan Ada hambatan 10,5 Lemah
Lampiran 3
DOKUMENTASI GAMBAR PENELITIAN
Gambar Keterangan
Biji mahoni yang sudah kering dihaluskan dengan blender hingga halus.
Selanjutnya lakukan penimbangan serbuk biji mahoni.
Lampiran 4
Biji mahoni direndam menggunakan etanol sebanyak 700 ml selama 3 hari didalam beaker glass pada suhu ruang.
Setelah 3 hari proses perendaman, kemudian disaring menggunakan kain kasa dan corong gelas.
Menguapkan diatas kompor gas hingga volumenya berkurang dan agak mengental (suhu <780C).
Pembuatan Media NA (Natrient Agar)
Pembuantan suspensi bakteri uji
Proses pelekatan cakram
Penggoresan bakteri Salmonella typhi
Cakram 1 dan cakram 2
Cakram 3 dan cakram 4