BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Folklorrepository.ump.ac.id/8486/3/CASIM_BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Folklorrepository.ump.ac.id/8486/3/CASIM_BAB...
10
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kajian Teoretis
Pada subbab ini akan dibahas mengenai lima pokok pembahasan, di
antaranya: (1) hakikat folklor, (2) hakikat, jenis, dan fungsi cerita rakyat, (3)
kajian struktur cerita rakyat, (4) kajian nilai edukatif cerita rakyat, dan (5)
pengajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama.
1. Hakikat Folklor
Sebelum penulis membahas mengenai kajian cerita rakyat, penulis akan
membahas mengenai tradisi lisan, karena pada dasarnya tradisi lisan merupakan
salah satu istilah yang muncul dalam kajian folklor, dan cerita rakyat termasuk di
dalamnya. Menurut Darban (dalam Priyadi, 2017: 18-19) bahwa tradisi lisan
adalah cerita rakyat yang diungkapkan melalui lisan dan dikembangkan secara
beruntun melalui lisan (leluri). Pelisanan ini terikat dengan peristiwa saat itu
(lampau) karena masa hidupnya tidak sezaman. Pelisan itu bukan penyaksi dan
bukan peserta dalam peristiwa sehingga tidak bertanggung jawab atas kebenaran
dari pernyataan yang dikisahkan. Dipertegas bahwa seorang penutur lisan tidak
termasuk dalam saksi (kejadian masa lampau) melainkan hanya sebagai penutur
lisan. Sedangkan menurut Sedyawati (dalam Muslihah, 2001: 28) tradisi lisan
adalah segala wacana yang disampaikan secara lisan, mengikuti tata cara atau adat
istiadat yang telah memola dalam suatu masyarakat.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
11
Menurut Dananjaja (dalam Endraswara 2017: 58) folklor adalah bagian
kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun,
antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik
dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat. Danandjaja (dalam Endaswara, 2017: 59) merumuskan ciri-
ciri pengenal folklor yaitu: (a) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara
lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut (leluri), dan kadang-kadang
tidak disadari; (b) bersifat tradisional, artinya disebarkan dalam waktu yang relatif
lama atau dalam bentuk standar; (c) bersifat anonim, penciptanya tidak diketahui
secara pasti; (d) menjadi milik bersama.
Melalui ciri-ciri folklor di atas, peneliti dapat mengenali tata kelakuan,
pandangan hidup dan etika pendukungnya. Menurut Sudikan (dalam Endraswara,
2017: 59) ada beberapa fungsi folklor bagi pendukungnya, yaitu: (a) sebagai
sistem proyeksi; (b) sebagai alat pengesahan kebudayaan; dan (c) sebagai alat
pendidikan.
Dari beberapa pengertian mengenai tradisi kelisanan, folklor, dan ciri-ciri
folklor. Penulis menyimpulkan bahwa dalam melakukan sebuah kajian khususnya
mengenai cerita rakyat, perlu dipahami terlebih dulu mengenai ciri-ciri folklor.
2. Hakitat, Jenis, dan Fungsi Cerita Rakyat
a. Hakikat Cerita Rakyat
Cerita rakyat pada hakikatnya merupakan cerita lisan yang telah lama
hidup dan berkembang di kalangan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa cerita
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
12
rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap
bangsa. Cerita rakyat menyebar dan berkembang secara lisan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dalam suatu masyarakat. Sebuah cerita rakyat dianggap
sebagai hasil dari sastra rakyat atau masyarakat setempat, karena lahir di kalangan
rakyat, menjadi warisan suatu masyarakat, merujuk masa lampau, dan merupakan
sebagian dari kehidupan budaya masyarakat
Cerita rakyat adalah cerita yang mengisahkan kejadian masa lalu yang
penyampaiannya melalui lisan atau ceritanya disampaikan dari mulut ke mulut
(leluri). Cerita rakyat biasanya bercerita tentang suatu tokoh, tokoh itu bisa
manusia, binatang, nama-nama dewa, dll. Sebelum mengenal tulisan, cerita rakyat
sudah melekat di dalam masyarakat, cerita rakyat dijadikan sebagai alat untuk
menyampaikan nilai-nilai seperti nilai moral, nilai pendidikan, nilai budaya, nilai
agama, dll. Cerita rakyat merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia, dan
ketika terus digali cerita rakyat dari setiap daerahnya akan banyak ditemukan
cerita-cerita yang menarik.
Menurut Hutomo (1991: 4), cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi
budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan
berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu,
cerita rakyat diwariskan secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya secara lisan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Endraswara
(2010: 3) bahwa cerita rakyat diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu. Tradisi lisan dalam cerita
rakyat merupakan bagian dari folklor, yaitu folklor lisan. Menilik dari pengertian
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
13
tersebut, jika dicermati pendapat itu benar adanya, karena semua tradisi lisan
dalam cerita rakyat memang merupakan bagian dari folklor.
Seseorang dapat mengenal cerita rakyat karena adanya proses tutur dan
proses pewarisan dari seseorang yang mengetahui cerita rakyat tersebut.
Mengenal cerita rakyat merupakan bagian dari mengenal sejarah, budaya masa
lampau yang masih ada hingga sekarang. Secara umum cerita rakyat biasanya
mengisahkan tentang suatu kejadian, bisa kejadian alam semesta, asal muasal
penamaan sebuah tempat, cerita tentang tokoh-tokoh seperti tokoh manusia,
binatang dan sebagainya.
Menurut Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2016: 163) cerita rakyat
merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu yang umumnya
disampaikan secara lisan. Cerita dan tradisi bercerita sudah dikenal sejak manusia
ada muka bumi ini, jauh sebelum mereka mengenal tulisan. Cerita merupakan
salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi diri, (Nurgiyantoro
2016: 164).
Sejalan dengan pendapat di atas, Saxby (dalam Nurgiyantoro, 2016: 165),
karena cerita rakyat hanya diwariskan secara lisan, maka dari itu sastra kategori
ini bersifat tradisional dan sekaligus personal. Disebut tradisional karena berasal
atau diderivasikan dari cerita rakyat yang telah ada secara turun temurun. Namun,
cerita rakyat ini juga bersifat personal, dikatakan personal karena tiap pencerita
memiliki kebebasan dalam memilih bahasa yang dituturkan (semua tergantung
selera individu pencerita), dan kebebasan dalam perspektif tentang cerita tersebut.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
14
Saat ini cerita rakyat tidak hanya disampaikan secara leluri, melainkan
telah banyak dibukukan atau dituliskan dalam jurnal-jurnal nasional. Meskipun
belum semua daerah tersentuh tentang cerita rakyatnya; namun, ini menjadi bukti
bahwa beberapa cerita rakyat sudah tergali oleh pihak-pihak atau pemerhati sastra
lama, khususnya cerita rakyat.
b. Jenis-jenis Cerita Rakyat
Sebelumnya dibahas mengenai hakikat cerita rakyat. Dalam subbab ini
akan dibahas mengenai jenis-jenis cerita rakyat. Jenis-jenis cerita rakyat oleh
beberapa para ahli dikemukakan secara bervariasi dan beragam. Namun, dalam
hal ini meski penamaannya berbeda, disisi lain mempunyai kesamaan-kesamaan,
yang membedakan hanya dari segi penamaan bentuk cerita rakyat. Untuk lebih
jelasnya penulis akan paparkan di bawah ini.
Berbicara mengenai jenis-jenis cerita rakyat, dipembahasan sebelumnya
sempat disinggung bahwa cerita rakyat tidak terlepas dari folklor, folklor juga
sering disamakan dengan tradisi lisan. Hanya, dalam folklor mempunyai arti yang
cukup luas. Hal ini sejalan dengan bentuk folklor yang dijelaskan oleh Dananjaja
(dalam Priyadi, 2017: 28) bentuk folklor dibagi atas tiga bentuk, yaitu: (1) folklor
lisan; mencakup bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional,
cerita prosa rakyat (mite, legenda dan dongeng), (2) folklor sebagai lisan;
mencakup permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, dan
pesta rakyat, (3) folklor bukan lisan; mencakup material dan non-material.
Menurut Bascom (dalam Dananjaja, 1986: 50), dijelaskan bahwa dari
semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
15
adalah cerita prosa rakyat. Cerita rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:
(1) mite/ myth, (2) legenda/ legend, (3) dongeng/ folktale. Nurgiyantoro (2016:
172-215) mengemukakan bahwa dalam sastra tradisional terbagi atas beberapa
bentuk atau jenis, diantaranya: (1) mitos, (2) legenda, (3) cerita binatang/ fabel,
(4) dongeng, dan (5) cerita wayang. Hal serupa dikemukan oleh Fang (dalam
Sarmadi, 2009: 11) membagi cerita rakyat menjadi lima golongan, yaitu; (1) cerita
asal-usul, (2) cerita binatang, (3) cerita jenaka, (4) cerita penglipur lara, dan (5)
pantun. Sejalan dengan itu Haviland (dalam Sarmadi, 2009: 11) juga membagi
cerita rakyat ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: (1) mitos, (2) legenda, dan (3)
dongeng.
Dari beberapa bentuk atau genre cerita rakyat, pada dasarnya memiliki
kesamaan dalam isi, stuktur dan makna, yang membedakan dari hal tersebut
adalah istilah penamaan. Ada yang mengistilahkan cerita rakyat sebagai sastra
tradisional, cerita prosa rakyat, dan banyak pula menyatakan cerita rakyat ya
cerita rakyat yang dibagi atas mite, legenda, dan dongeng.
Berkenaan dengan hal di atas, dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan pendapat Bascom. Atas dasar pertimbangan bahwa di Kabupaten
Tasikmalaya cukup memenuhi data penelitiaan yang berkenaan dengan cerita
rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng. Namun, penulis akan menitikberatkan
pada cerita rakyat dengan jenis dongeng. Dari ketiga jenis cerita rakyat secara
teoretis akan dijelaskan di bawah ini.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
16
1) Mite (Myth)
Mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau
makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan
seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau (Bascom; dalam
Dananjaja, 1986: 50). Nurgiyantoro (2016: 172-173) mengemukakan bahwa mite
adalah salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau
kekuatan-kekuatan supranatural yang lain yang melebihi batas-batas kemampuan
manusia.
Sejalan dengan hal itu Riswandi, dkk (2010: 26) mengemukakan bahwa
mite adalah jenis prosa yang memiliki karakteristik kisahan gaib, tentang dewa-
dewa, asal-muasal sebuah tempat, dan cerita tentang hutan-hutan larangan.
Keberadaan mite bagi suatu kelompok masyarakat diyakini sebagai kebenaran
yang dihormati. Hakikatnya bisa diterima atau bahkan sebaliknya. Misalnya: Nyi
Roro Kidul. Sedangkan dalam KBBI (Edisi IV, 2008: 921-922) mite adalah cerita
yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita
yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal yang ajaib,
dan umumnya ditokohi oleh dewa. Selajutnya KBBI (Edisi IV, 2008: 922)
menjelaskan bahwa mitos merupakan cerita suatu bangsa tentang dewa dan
pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam,
manusia, dan bangsa tersebut, mengandung arti mendalam yang diungkapkan
dengan cara gaib.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
17
Bascom (dalam Dananjaja, 1986: 51) mengemukakan bahwa mite pada
umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama,
terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk tipografi, gejala alam dan
sebagainya. Mite juga mengisahkan tentang petualangan para dewa, kisah
percintaan mereka, kisah perang mereka, dan sebagainya. Mite di Indonesia dapat
dibagi menjadi dua macam berdasarkan tempat asalnya, yakni: yang asli berasal
dari Indonesia dan yang berasal dari luar negeri, terutama dari India, Arab, dan
Negara sekitar laut tengah. Mite Indonesia biasanya menceritakan terjadinya alam
semesta (cosmogony); terjadinya susunan para dewa; dunia dewata (pantheon),
terjadinya manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan (culture hero);
terjadinya makanan pokok, seperti padi, dan sebagainya untuk pertama kali.
Berdasarkan beberapa pengertian mite di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa mite merupakan cerita rakyat dalam bentuk prosa yang
mengisahkan terjadinya alam semesta, yang di dalamnya terdapat tokoh dewa-
dewa, manusia, dan sebagainya. Salah satu contoh mite yang terkenal di Indonesia
hingga saat ini adalah tentang Nyi Roro Kidul.
2) Legenda (Legend)
Legenda sama halnya seperti mite, legenda adalah cerita prosa rakyat,
yang dianggap oleh yang empunya, cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-
sungguh pernah terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler
(keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di
dunia seperti yang kita kenal sekarang (Dananjaja, 1986: 66).
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
18
Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2016:181-189) legenda sama halnya dengan
mitos, legenda juga termasuk bagian dari cerita rakyat, perbedaan antara mitos
dan legenda tidak pernah jelas. Keduanya sama-sama menampilkan cerita yang
menarik dengan tokoh-tokoh yang hebat yang berada di luar batas-batas
kemampuan manusia lumrah. Hal yang membedakan adalah bahwa mitos sering
dikaitkan dengan tokoh dewa-dewa dan atau kekuatan-kekuatan supranatural yang
di luar jangkauan manusia. Sebaliknya walau sama-sama menghadirkan tokoh-
tokoh yang hebat, legenda tidak mengaitkan dengan tokoh dewa-dewa atau yang
berkekuatan supranatural, melainkan dengan tokoh, peristiwa, atau tempat-tempat
nyata yang mempunyai kebenaran sejarah.
Sejalan dengan pendapat di atas, Riswandi, dkk (2010: 30) legenda
merupakan jenis prosa yang bercerita tentang keadaan atau kejadian alam.
Misalnya legenda tangkuban perahu, danau toba, malin kundang, dan sebagainya.
Sedangkan menurut KBBI (Edisi IV, 2008: 803) legenda merupakan cerita rakyat
pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah,
karakteristiknya ada tokoh terkenal atau tokoh yang berprestasi hebat.
Brunvand (dalam Danandjaja, 1986: 67-75) menggolongkan legenda
menjadi empat kelompok, yaitu; (1) legenda keagamaan, (2) legenda alam gaib,
(3) legenda perseorangan, dan (4) legenda setempat. Sedangkan Nurgiyantoro
(2016: 183-189) menggolongkan legenda menjadi tiga kelompok, yaitu; (1)
legenda tokoh, (2) legenda tempat peninggalan, dan (3) legenda peristiwa. Untuk
lebih jelasnya penulis akan mendeskripsikan jenis-jenis legenda menurut
Nurgiyantoro (2016: 183-189) sebagai berikut.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
19
a) Legenda Tokoh
Legenda tokoh yang dimaksudkan sebagai sebuah cerita legenda yang
mengisahkan ketokohan seorang tokoh. Ia mirip mitos kepahlawanan yang juga
sama-sama mengisahkan perjalanan hidup dan atau kepahlawanan seseorang.
Biasanya tokoh pahlawan ini dikagumi banyak orang atas kehebatan, kecerdasan,
kekuatan, dan kegagahannya. Contoh legenda seorang tokoh terkenal di Betawi
dan pernah difilmkan yaitu “Si Pitung”.
b) Legenda Tempat Peninggalan
Legenda tentang tempat-tempat peninggalan atau cerita asal-usul
dimaksudkan sebagai cerita yang berkaitan dengan adanya peninggalan-
peninggalan tertentu dan atau asal-usul terjadinya sesuatu dan penamaan tempat-
tempat. Contoh legenda tempat peninggalan; Telaga Warna, Banyuwangi, Gunung
Tangkuban Perahu, Danau Toba, Situ Gede di Tasikmalaya.
c) Legenda Peristiwa
Legenda peristiwa adalah adanya peristiwa-peristiwa besar tertentu yang
kemudian menjadi legenda karenanya. Legenda yang berkaitan dengan peristiwa
besar tersebut tidak dapat dipisahkan dengan tokoh-tokoh besar yang
dilegendakan. Artinya tokoh-tokoh besar yang melegenda itulah yang sering
menjadi pelaku peristiwa besar. Namun, peristiwa besar itu tidak harus dilakukan
oleh tokoh, melainkan juga karena alam atau kehendak alam semesta. Contoh
legenda peristiwa tenggelamnya kapal pesiar super mewah Titanic atau Kisah
Malin Kundang dari Sumatera Barat.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
20
Dari beberapa pengertian dan penjelasan mengenai legenda, dapat
disimpulkan bahwa legenda hampir sama dengan mite. Keduanya sama-sama
menghadirkan tokoh-tokoh hebat dalam setiap peristiwa. Namun, secara
sederhana dapat dibedakan dari tokohnya, jika mite erat kaitannya dengan tokoh
dewa-dewa sedangkan dalam legenda tokoh yang dihadirkan adalah tokoh
manusia.
3) Dongeng (Folktale)
Jika sebelumnya membahas mengenai mite dan legenda yang mempunyai
kemiripan. Sama halnya dengan dongeng, karena dongeng juga merupakan salah
satu dari bentuk cerita rakyat.
Jika legenda adalah sejarah kolektif (folk history), maka dongeng adalah
cerita pendek kolektif kesusasteraan lisan. Dongeng adalah cerita prosa rakyat
yang tidak benar-benar dianggap terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk
hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran
(moral), atau bahkan sindirian, pernyataan ini dikemukakan oleh Danandjaja
(1986: 83).
Menurut Nurgiyantoro (2016: 198-199) dongeng merupakan salah satu
cerita rakyat (folktale) yang cukup beragam cakupannya. Istilah dongeng dapat
dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal
sering tidak masuk akal. Sedangkan dalam KBBI (Edisi IV, 2008: 340) bahwa
dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian-
kejadian zaman dulu yang aneh-aneh. Aneh yang dimaksud di sini adalah
ceritanya yang terkadang tidak ada pembuktian dan tidak masuk akal.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
21
Dongeng biasanya mempunyai kalimat pembuka dan penutup yang
bersifat klise. Pada bahasa Inggrisnya biasanya selalu dimulai dengan kalimat
pembuka: Once upon a time, there lived a ….. (pada suatu waktu hidup
seorang…..), dan kalimat penutup: ….. and they lived happily aver after (……
dan pada akhrinya mereka hidup bahagia untuk selama-lamanya), Danandjaja
(1986: 84).
Kemunculan dongeng yang sebagai bagian dari cerita rakyat, selain
berfungsi untuk memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Perlu
diketahui selain cerita rakyat mempunyai fungsi tertentu, dongeng juga dapat
digolongkan ke dalam beberapa kelompok jenis dongeng.
Thompson (dalam Danandjaja, 1986: 86) dongeng memiliki beberapa
jenis, yaitu: (1) dongeng binatang, (2) dongeng biasa, (3) dongeng lelucon dan
anekdot, serta (4) dongeng berumus. Madzab (dalam Taum, 2011) penggolongan
cerita rakyat (dongeng) dibagi menjadi dua kriteria dasar yaitu type dan motif.
Type berarti cerita tersebut digolongkap berdasarkan tipe atau jenisnya.
Aarne-Thompson (dalam Taum, 2011: 85-87) membuat sistem klasifikasi
dongeng yang menggolongkannya ke dalam tujuh type jenis dongeng, yaitu
sebagai berikut:
a) Animal Tales (dongeng binatang)
Dongeng binatang ini meliputi: binatang buas (serigala yang pintar dan
binatang buas lainnya), binatang buas dan binatang peliharaan, binatang buas dan
manusia, binatang peliharaan, dan binatang serta objek-objek lainnya. Legenda
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
22
terjadinya Gunung Kelud di Kediri termasuk animal tales karena melibatkan
sosok manusia berkepala kerbau bernama Lembu Sura.
b) Tales of Magic (dongeng tentang hal-hal magis)
Dongeng ini meliputi: tantangan supranatural, istri atau suami atau kerabat
supranatural, tugas-tugas supranatural, penolong supranatural, barang-barang
magis, kekuatan atau pengetahuan supranatural, dan dongeng-dongeng lainnya
tentang supranatural. Legenda terjadinya Gunung Kelud di Kediri dan Legenda
Candi Loro Jonggrang di Yogyakarta termasuk juga jenis tales of magic karena
berkaitan dengan kekuatan-kekuatan supranatural yang dimiliki tokoh Lembu
Sura (Gunung Kelud) dan Bandung Bondowoso (Candi Loro Jonggrang).
c) Religious Tales (dongeng keagamaan)
Dongeng ini meliputi: imbalan hadiah atau hukuman dewa, kebenaran
yang terwujud, surge, hantu, dan dongeng keagamaan lainnya.
d) Realistic Tales (dongeng realistik)
Dongeng ini meliputi: cerita-cerita seperti seorang pemuda biasa menikahi
putri raja, seorang wanita biasa menikah dengan sang pangeran, bukti kesetiaan
dan kemurnian, istri yang keras kepala belajar menjadi setia, prinsip-prinsip hidup
yang baik, tindakan dan kata-kata yang cerdas, dongeng tentang nasib, perampok,
pembunuh dan dongeng-dongeng realistik lainnya.
e) Tales of the Stupid Orgre/ Giant/ Devil (dongeng tentang raksasa atau hantu
yang bodoh)
Dongeng ini meliputi: kontrak kerja, hubungan antara manusia dengan
raksasa, persaingan antara manusia dan raksasa, manusia membunuh dan melukai
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
23
raksasa, raksasa ditakut-takuti oleh manusia, manusia menaklukkan raksasa, jiwa
diselamatkan dari gangguan setan.
f) Anecdotes and Jokes (anekdot atau lelucon)
Dongeng ini meliputi: cerita-cerita tentang si pandir, cerita tentang
pasangan yang sudah menikah (istri yang bodoh dan suaminya, suami yang bodoh
dan istrinya, dan pasangan yang bodoh), cerita tentang seorang wanita (mencari
suami, lelucon tentang seorang nyonya tua), cerita tentang seorang laki-laki (pria
yang cerdas, keberuntungan, lelaki bodoh), lelucon tentang tokoh-tokoh agama
(tokoh agama ditipu, tokoh agama dan perihal lainnya), lelucon tentang kelompok
masyarakat lain.
g) Formula Tales (dongeng yang memiliki formula)
Dongeng ini meliputi: dongeng-dongeng kumulatif (yang didasarkan pada
jumlah, objek, binatang atau nama; yang selalu dikaitkan dengan kematian;
makan, atau kejadian-kejadian lainnya), dongeng tentang jebakan, dan dongeng-
dongeng formula lainnya.
Yang dimaksud dengan dongeng formula adalah dongeng yang terikat
pada rumusan tertentu, seperti jumlah, nama, binatang, dan lainnya yang
disiapkan oleh tradisi. Selain dongeng memiliki type seperti yang sudah
dijelaskan di atas, dongengpun memiliki bebera motif. Untuk lebih jelasnya akan
penulis paparkan di bawah ini.
Menurut Taum (2011: 87) motif didefinisikan sebagai anasir terkecil
dalam sebuah cerita yang mempunyai daya tahan dalam tradisi. Berdasarkan
kriteria tersebut, mereka menyusun index atau katalogus tipe-tipe dan motif-motif
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
24
yang dapat diterapkan secara universal pada cerita-cerita rakyat. Secara lebih
lengkap, yang dimaksud dengan motif adalah unsur-unsur suatu cerita (narratives
elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita tersebut yang
menonjol dan tidak biasa sifatnya Danandjaja (dalam Taum, 2011: 53).
Danandjaja (dalam Taum, 2011: 88-90) bahwa ada beberapa motif yang
dapat ditemukan dalam berbagai cerita rakyat. Beberapa motif yang biasa
dijumpai dalam cerita-cerita rakyat khususnya dongeng adalah sebagai berikut.
a) Motif Berupa Benda
Motif berupa benda ini yaitu motif yang berkenaan dengan; tongkat
wasiat, sapu ajaib, lampu ajaib, bunga mawar, tanah liat, benda-benda angkasa.
Misalnya cerita asal-usus manusia yang dibuat dari tanah liat, manusia berasal
dari telur burung garuda, manusia berasal dari sejenis pohon tertentu, dll. Hal ini
akan berkaitan dengan keyakinan religious ataupun fauna dan flora totem.
b) Motif Berupa Hewan yang Luar Biasa
Motif berupa hewan yang luar biasa yaitu motif yang berkenaan dengan
kuda yang bisa terbang, buaya siluman, singa berkepala manusia, raksasa, hewan
yang bisa berbicara, burung phoenix, ular naga, ayam jantan. Misalnya dalam
dongeng Ande-Ande Lumut, dikisahkan tentang seekor kepiting raksasa bernama
Yuyu Kangkang dan seekor burung bangau raksasa yang bisa berbicara.
c) Motif yang Berupa Suatu Konsep
Motif yang berupa suatu konsep yaitu motif yang berkenaan dengan
larangan-larangan atau hal-hal yang tabu. Misalnya konsep yang menjelaskan
mengapa wanita hamil tidak boleh makan pisang kembar. Mengapa setelah sunat
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
25
tradisional (sifon) seorang lelaki harus melalui hubungan seks ritual dengan tiga
perempuan yang bukan istrinya. Mengapa seorang gadis tidak boleh makan di
ambang pintu. Mengapa perlu dilakukan ritual bersih desa. Mengapa pohon-pohon
tertentu di hutan tidak boleh ditebang atau diambil kayunya. Mengapa perlu
diadakan ritual sedekah laut oleh masyarakat nelayan. Motif yang berupa konsep-
konsep larangan ataupun anjuran seperti ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita
rakyat di Indonesia. Motif tentang larang menghina ibu kandung, misalnya dapat
dijumpai dalam Legenda Malin Kundang (Minangkabau) dan Legenda Batu
Menangis (Kalimantan Barat). Jika dikaji secara lebih mendalam, akan dijumpai
berbagai kearifan lokal kelompok-kelompok etnis melalui motif ini. Misalnya
mengapa manusia perlu menjaga kelestarian hutan, flora, dan fauna, mengapa
manusia perlu hidup dalam keseimbangan kosmos.
d) Motif Berupa Suatu Perbuatan
Motif berupa suatu perbuatan ini yaitu motif yang berupa ujian
ketangkasan, minum alcohol, bertemu di gunung, turun dari gunung, menyamar
sebagai fakir miskin, menghambakan diri, melakukan tindakan laku tapa, moksa,
melewati alam gaib, bertarung dengan raksasa, dll. Misalnya dongeng Ande-Ande
Lumut dari Kediri, Jawa Timur, terdapat motif perbuatan ini, yaitu (Pangeran
Asmara Bangun menyamar sebagai Ande-Ande Lumut dan Dewi Sekar Taji
sebagai Klenting Kuning), menghambakan diri (Dewi Sekar Taji menjadi
pembanti Nyai Intan). Dongeng Jaka Budug dan Putri Kemuning dari daerah
Ngawi, Jawa Timur, bermotifkan sayembara uji ketangkasan mendapatkan daun
sirna ganda. Jaka Budug (budug artinya kudis) berhasil berhasil mendapatkan
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
26
daun sirna ganda setelah membunuh ular naga yang menjaga daun tersebut. Jaka
Budug pun menikah dengan putri raja Prabu Aryo Seto bernama Putri Kemuning.
e) Motif Tentang Penipuan Terhadap Suatu Tokoh (raksasa atau hewan)
Di Indonesia banyak dijumpai motif hewan-hewan yang luar biasa, seperti
cerita tentang si kancil, raksasa yang bisa menelan manusia yang mudah ditipu,
dll. Legenda Gunung Kelud dan Legenda Candi Loro Jonggrang memiliki motif
penipuan.
f) Motif yang Menggambarkan Tipe Orang Tertentu
Motif ini menggambarkan tipe orang tertentu, misalnya mengenai orang
yang sangat pandai seperti Abu Nawas, tokoh yang selalu tertimpa nasib sial
seperti si Pandir, dan si Kabayan, tokoh yang sangat bijaksana seperti raja
Sulaiman, tokoh pemberani seperti Si Pitung, tokoh pelaut ulung seperti Hang
Tuah.
Di atas telah dipaparkan mengenai type dan motif. Type dan motif di atas
merupakan salah satu hal yang bisa dikaji atau dianalisis dalam bentuk atau jenis
dongeng. Namun, ketika ditemukan motif sama pada kedua kelompok etnis yang
berbeda, maka dapat diterapkan dua teori. Seperti yang dikemukakan oleh Taum
(2001: 91) bahwa dalam kajian Madzhab Finlandia, jika ditemukan dua motif
yang sama pada kedua kelompok etnis yang berbeda, maka mereka mengajukan
pandangan teoretis yang berbeda, di antaranya teori monogenesis dan teori
poligenesis. Teori monogenesis adalah teori yang mengatakan bahwa motif
tertentu pasti berasal dari satu daerah. Baru kemudian terjadi proses penyebaran
atau difusi (diffusion). Sedangkan teori poligenesis adalah teori yang
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
27
berpandangan bahwa motif-motif tersebut merupakan penemuan-penemuan
tersendiri yang tidak ada kaitannya (independent invention) atau sejajar (parallel
invention).
c. Fungsi Cerita Rakyat
Keberadaan cerita rakyat memang memiliki fungsi penuh bagi suatu
masyarakat. Selain sebagai media hiburan, cerita rakyat juga berfungsi sebagai
media pendidikan. Bascom (dalam Danandjaja, 1997: 19) menyatakan bahwa
cerita rakyat mempunyai empat fungsi, yakni: (a) sebagai sistem proyeksi, yaitu
sebagai alat pencermin angan-angan kolektif; (b) sebagai pengesahan
pranatapranata dalam kebudayaan; (c) sebagai alat pendidikan; dan (d) sebagai
alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma yang ada di dalam masyarakat
akan selalu dipahami oleh anggota kolektifnya. Pendapat serupa juga
dikemukakan oleh Hamidy (2003: 28) bahwa fungsi cerita rakyat adalah sebagai
sarana pendidikan, harga diri, dan sebagai hiburan atau pelipur lara. Berkaitan
dengan hal di atas, Atmazaki (2007: 138) menyatakan bahwa fungsi cerita rakyat
meliputi: (a) untuk mengekspresikan gejolak jiwa dan renungannya tentang
kehidupan oleh masyarakat terdahulu, (b) untuk mengukuhkan solidaritas
masyarakat, dan (c) digunakan untuk memuji raja, pemimpin, dan orang atau
benda yang dianggap suci, keramat, atau berwibawa oleh kolektifnya.
Menurut Sugono (dalam Sarmadi, 2009: 35) cerita rakyat, selain
merupakan hiburan, juga merupakan sarana untuk mengetahui (1) asal-usul nenek
moyang, (2) jasa atau teladan kehidupan para pendahulu kita, (3) hubungan
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
28
kekerabatan (silsilah), (4) asal mula tempat, (5) adat istiadat , dan (6) sejarah
benda pusaka.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat
merupakan bagian dari folklor yang berkembang di masa lalu dan diceritakan
secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena diceritakan secara
lisan, seringkali mendapat beberapa variasi atau tambahan. Hal ini tergantung
pada kemahiran tukang cerita atau pawang cerita. Namun lambat laun, sudah
banyak cerita rakyat yang telah dibukukan. Sehingga, sering dijumpai cerita yang
sama namun dalam versi yang berbeda-beda.
3. Kajian Struktur Cerita Rakyat
Kajian mengenai struktur cerita rakyat berupa mite, legenda, maupun
dongeng telah banyak dilakukan oleh para peneliti folklor khususnya mengenai
cerita rakyat. Kajian struktur cerita rakyat juga bervariasi, ada yang menggunakan
pendekatan strukturalisme, ada yang menggunakan struktur yang memfokuskan
pada struktur cerita rakyat berupa unsur intrinsik dan pendekatan teori lainnya.
Dalam hal ini, penulis akan menggunakan pendekatan strukturalisme dan
pendekatan antropolinguistik. Menurut penulis kajian struktur ini tidak hanya
dilakukan dengan mengkaji unsur intrinsik (alur, tokoh, latar, setting, dll) dalam
cerita rakyat, namun penting juga dikaji di luar unsur intrinsik tersebut, seperti
pendekatan antropolinguistik yang mencakup proses penuturan penuturan, proses
penciptaan, proses pewarisan, konteks sosial, konteks budaya, dan konteks
ideologi. Untuk mendukung fokus dan kajian terhadap struktur cerita rakyat, akan
didukung oleh teori-teori yang relevan di bawah ini.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
29
a. Pendekatan Strukturalisme Cerita Rakyat
Diuraikan oleh Abrams (dalam Jabrohim, 2017: 67) bahwa model yang
menonjolkan kajiannya terhadap peran pengarang sebagai pencipta karya sastra
disebut ekspresif; yang lebih menitikberatkan sorotannya terhadap peranan
pembaca sebagai penyambut dan penghayat sastra disebut pragmatic; yang lebih
berorientasi pada aspek referensial dalam kaitannya dengan dunia nyata disebut
mimetic; sedangkan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai
struktur yang otonom dengan koherensi intrinsik disebut pendekatan objektif. Dari
keempat model pendekatan tersebut, keempat model tersebut saling melengkapi,
meskipun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut bisa
diaplikasikan secara bersamaan, sesuai dengan kekhasan cirinya.
Menurut Pradopo (dalam Jabrohim, 2017: 69) dijelaskan bahwa satu
konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan
bahwa di dalam dirinya sendiri, karya sastra merupakan suatu struktur yang
otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-
unsur pembangunnya yang saling berjalinan. Hawks (dalam Jabrohim, 2017: 69)
mengatakan bahwa strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang
dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur. Pada hakikatnya dunia ini lebih
tersusun dari hubungan-hubungan daripada benda-bendanya itu sendiri.
Sedangkan menurut Veuger (dalam Jabrohim, 2017: 70) menyatakan bahwa
struktur adalah suatu sistem transformasi yang bercirikan keseluruhan; dan
keseluruhan itu dikuasai oleh hukum-hukum (rule of composition) tertentu dam
mempertahankan atau bahkan memperkaya dirinya sendiri karena cara
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
30
dijalankannya transformasi-transformasi itu tidak memasukan ke dalamnya unsur-
unsur dari luar.
Sejalan dengan pendapat di atas, Stanton (dalam Jabrohim, 2017: 72)
mendeskripsikan unsur-unsur struktur karya sastra seperti berikut; unsur-unsur
pembangun struktur itu terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana sastra; fakta
cerita itu sendiri terdiri atas alur, tokoh, dan latar; sedangkan sarana sastra
biasanya terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa dan suasana, simbol-simbol,
imaji-imaji, dan juga cara pemilihan judul.
Menurut pendapat Teeuw (2003: 112) makna unsur-unsur karya sastra
hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan
fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Menurutnya tanpa dilakukan
analisis struktural , kebulatan makna instrinsik yang hanya dapat digali dari karya
itu sendiri tidak akan tertangkap. Untuk itu, analisis yang menjadi prioritas
pertama pada tahap awal adalah analisis struktur terhadap karya sastra. Sedangkan
menurut Fananie (2001: 76) bahwa sebuah karya sastra baru bisa disebut bernilai
apabila masing-masing unsur pembentuknya (unsur instrinsiknya) tercermin
dalam strukturnya, seperti tema, karakter, plot, setting, dan bahasa merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Menurut Nurgiyantoro (dalam Sarmadi, 2009: 23) analisis struktural karya
sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan
fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang bersangkutan. Mula-mula
diidentifikasikan dan dideskrepsikan, misalnya tema, plot, tokoh, latar, amanat,
dan lain-lain.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
31
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam pendekatan struktural langkah-langkah kajian dapat dilakukan
dengan mengindentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan hubungan yang
saling berhubungan antar unsur intrinsik. Dengan mengkaji struktur cerita rakyat
maka unsur-unsur pembangun itulah yang menjadi objek utama dalam kajian
struktur cerita rakyat yang mencakup unsur instrinsik.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji struktur cerita
rakyat, seperti unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur tersebut adalah
unsur intrinsik yang mencakup; tokoh/ penokohan, alur (plot), latar (setting),
tema, dan amanat. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai unsur intrinsik dalam
kajian struktur cerita rakyat dengan teori yan relevan.
1) Tokoh dan Penokohan
Di dalam mengkaji unsur-unsur ini ada beberapa istilah yang mesti
dipahami, yaitu istilah tokoh dan penokohan. Menurut Riswandi dan Titin (2010:
47) tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh ini tidak selalu berwujud manusia,
tergantung pada siapa yang diceritakannya itu dalam cerita. Sedangkan penokohan
adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya itu dalam
cerita. Dalam melakukan penokohan (menampilkan tokoh-tokoh dan watak tokoh
dalam suatu cerita). Ada beberapa cara yang dilakukan pengarang, antara lain
melalui; (1) penggambaran fisik, penggambaran fisik yang dimaksud adalah
penggambaran mengenai bentuk wajah, cara berpakaian, dll, (2) dialog, pengarang
menggambarkan tokoh lewat percakapan tokoh dengan tokoh lain, (3)
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
32
penggambaran tokoh dan perasaan tokoh, (4) reaksi tokoh lain, dan (5) narasi,
pengarang/ narrator yang langsung mengungkapkan watak tokoh itu.
Sedangkan menurut Wahyuningtyas & Santosa (2011: 5) tokoh dan
penokohan merupakan dua istilah yang berkaitan erat. Istilah tokoh menunjuk
pada orangnya atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya
dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai
peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2016: 222).
Tokoh dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa perbedaan seperti adanya
tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonist, dan tokoh antagonis. Dalam
Riswandi dan Titin (2010: 48-49) perbedaan tokoh terbagi atas beberapa
perbedaan, di antaranya; (1) tokoh utama yaitu tokoh yang tergolong penting dan
ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita; (2)
tokoh tambahan yaitu tokoh yang hanya dimunculkan sekali-kali (beberapa kali)
dalam cerita dan penceritaannya relatif singkat; (3) tokoh protagonis yaitu tokoh
yang mendapatkan empati pembaca, sementara tokoh antagonis yaitu tokoh yang
menyebabkan terjadinya konflik; (4) tokoh statis yaitu tokoh yang memiliki sifat
dan watak yang tetap, sedangkan tokoh dinamis yaitu tokoh yang mengalami
perkembangan watak sejalan dengan plot yang diceritakan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
tokoh dan penokohan merupakan bagian dari unsur intrinsik yang tidak dapat
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
33
dipisahkan. Keduanya saling berhubungan dan saling berkaitan dengan alur, latar,
dan lainnya.
2) Alur (Plot)
Istilah yang biasa dipergunakan untuk menyebut alur adalah alur cerita,
plot, atau jalan cerita. Istilah mana yang akan dipakai terserah kepada tiap orang
walau sebenarnya alur lebih dari sekedar jalan cerita.
Selama ini sering terjadi kesalahpahaman dalam mendefinsikan alur. Alur
sering dianggap sebagai jalan cerita. Pendefinisian itu sebenarnya tidak tepat.
Jalan cerita adalah peristiwa demi peristiwa yang terjadi saling susul menyusul.
Lebih dari itu, alur adalah rangkaian peristiwa yang sering berkaitan karena
hubungan sebab akibat (Riswandi & Titin Kusmini, 2010: 49-50).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2016: 237)
mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan
hubungan sebab akibat. Dalam sebuah cerita meski banyak peristiwa yang
dirangkai menjadi satu kesatuan yang padu. Peristiwa-peristiwa yang
dimunculkan itu sendiri tidak boleh terjadi secara insidental yang tidak saling
terkait, melainkan masih dalam kaitan sebab akibat. Jadi, faktor sebab akibat
itulah yang dipandang sebagai menggerakan alur cerita.
Lebih lanjut tahapan plot secara rinci dikemukakan oleh Tasrif (dalam
Nurgiyantoro, 2015: 209-210) yaitu tahapan plot dibagi atas lima tahapan yaitu
sebagai berikut.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
34
a) Tahap Situation (Tahap Penyituasian)
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh
dalam cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi
awal, dan berfungsi untuk melandastumpui tahap berikutnya.
b) Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik)
Tahap pemunculan konflik merupakan tahap awal munculnya konflik, dan
konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-
konflik pada tahap berikutnya.
c) Tahap Rising Action (Tahap Peningkatan Konflik)
Tahap ini yaitu konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang dan dikembangkan kadar itensitasinya. Peristiwa-peristiwa
dramatic yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-
konflik yang terjadi, internal dan eksternal, atau keduanya, pertentangan-
pertentangan, dan sebagainya yang mengarah pada tahap klimaks semakin tidak
dapat dihindari.
d) Tahap Climax (Tahap Klimaks)
Konflik atau pertentangan yang terjadi ditimpakan kepada para tokoh
cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh
tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik
utama.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
35
e) Tahap Denouement (Tahap Penyelesaian)
Tahap penyelesaian adalah konflik yang telah mencapai klimaks diberi
jalur keluar, cerita diakhiri.
Dalam kaitannya dengan alur cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal
seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks, serta
bagaimana kisah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana
peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi
sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Selain itu, alur juga mengatur
berbagai peristiwa dan tokoh itu tampil dalam urutan yang enak, menarik, tetapi
juga kelogisan dan kelancaran ceritanya.
3) Latar (Setting)
Bersama dengan unsur tokoh dan alur cerita, unsur latar merupakan sebuah
fakta cerita yang secara konkret dapat ditemukan dalam berbagai cerita fiksi,
khususnya dalam cerita rakyat.
Menurut Abrams (dalam Riswandi & Titin Kusmini, 2010: 50-51) latar
adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan
menjadi; (1) latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi terjadinya peristiwa
cerita, (2) latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan saat terjadinya
peristiwa tersebut, dan (3) latar sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat,
budaya, nilai-nilai/ norma, dan sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.
Sejalan dengan pendapat di atas, Nurgiyantoro (2016: 249)
mengemukakan bahwa latar dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
36
berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar menunjuk
pada tempat, yaitu lokasi di mana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi,
dan lingkungan sosial-budaya, keadaan kehidupan bermasyarakat, tempat tokoh
dan peristiwa terjadi.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa latar merupakan unsur yang
selalu muncul dalam setiap cerita, seperti apapun bentuk ceritanya, latar tidak
akan terpisahkan dari tokoh dan alur dalam sebuah cerita, khususnya cerita rakyat.
4) Tema
Tema adalah ide/ gagasan yang ingin disampaikan pengarang dalam
ceritanya. Tema ini akan diketahui setelah seluruh unsur prosa fiksi itu dikaji.
Dalam menerapkan unsur-unsur tersebut pada saat mengapresiasi karya prosa,
seorang pengapresiasi tentu saja tidak sekedar menganalisis dan memecahnya
perbagian. Tetapi, setiap unsur itu harus dilihat kepaduannya dengan unsur lain.
Apakah unsur itu saling mendukung dan memperkuat, dalam menyampaikan tema
cerita, atau bahkan sebaliknya (Riswandi & Titin Kusmini, 2010: 55).
Sedangkan menurut Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2016: 260) secara
sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat cerita. Mengikat
berbagai unsur intrinsik yang membangun cerita sehingga tampil sebagai sebuah
kesatupaduan yang harmonis. Jadi, dalam kaitan ini tema merupakan dasar
pengembangan sebuah cerita.
Tarigan (2008: 167) mengungkapkan tema ialah gagasan utama, gagasan
sentral, atau pikiran pokok. Sehingga tema merupakan pikiran yang akan ditemui
oleh pembaca sebagai akibat dari membaca suatu karya sastra. Senada dengan itu,
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
37
Jabrohim & Sayuti (2009: 65) menyatakan bahwa tema adalah sesuatu yang
menjadi pikiran pengarang. Cerita yang tidak mempunyai tema tidak ada
manfaatnya bagi khalayak (Sugono, 2005: 168). Pada umumnya, tema yang
diangkat dalam suatu karya sastra sangat beragam, misalnya moral, agama.
Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang
bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, bahkan
situasi tertentu. Dalam banyak hal tema bersifat mengikat terhadap kehadiran atau
ketidakhadiran peristiwa, konflik, atau situasi tertentu, termasuk berbagai unsur
yang lainnya. Maka, dapat dikatakan bila tema ialah dasar pengembangan seluruh
cerita dan tema juga bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Untuk
menentukan tema dalam suatu cerita, harus disimpulkan dari keseluruhan cerita,
artinya tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam suatu cerita saja.
Bahkan, seringkali kehadiran tema terimplisit sehingga para pembaca harus benar-
benar jeli dalam menemukan suatu tema dalam sebuah cerita.
Tema yang sering ditemukan dalam karya sastra, baik lisan maupun
tertulis, bersifat didaktis. Artinya, tema biasanya berisi pertentangan antara
kebaikan dan kejahatan. Tema-tema seperti itu dituangkan dalam karya sastra
dalam bentuk keadilan melawan ketidakadilan, kesabaran melawan ketamakan
dan sebagainya.
5) Amanat
Amanat merupakan pemecahan suatu tema. Di dalam amanat terlihat
pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Amanat dapat diungkapkan secara
eksplisit dan dapat juga secara implisit, Esten (dalam Sarmadi, 2009: 42). Amanat
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
38
berurusan dengan makna, yaitu sesuatu yang khas, umum, subjektif, sehingga
harus dilakukan dengan penafsiran Teeuw (dalam Sarmadi, 2009: 42).
Pendapat di atas menunjukkan bahwa amanat merupakan suatu hikmah
dari permasalahan hidup yang terkandung dalam cerita. Melalui amanat
pengarang ingin memberikan sesuatu hal yang positif, dan dari amanat tersebut
diharapkan pembaca akan bisa mengambil sesuatu manfaat dari cerita. Suatu
amanat dikatakan baik bila amanat tersebut berhasil membukakan kemungkinan-
kemungkinan yang luas dan baru bagi manusia dan kemanusiaan. Begitu juga
dalam cerita prosa rakyat terkandung amanat yang dapat dijadikan teladan oleh
warga masyarakat yang melingkupinya.
b. Pendekatan Antropolinguistik dalam Cerita Rakyat
Dalam penelitian mengenai cerita rakyat daerah, pendekatan
antropolinguistik mempunyai peranan yang sangat penting. Pendekatan
antropolinguistik erat hubungannya dengan pendekatan strukturalisme, karena
selain mengkaji unsur-unsur intrinsiknya perlu juga diketahui dan dikaji unsur
lainnya. Unsur-unsur dalam pendekatan antropolinguistik difokuskan pada
hubungan bahasa dengan seluk-beluk kehidupan manusia termasuk
kebudayaannya.
Dalam mengkaji penggunaan bahasa, antropolinguistik memegang dan
menerapkan tiga parameter, yakni; (1) keterhubungan (interconnection), (2)
kebernilaian (valuability), dan (3) keberlanjutan (continuity). Keterhubungan, itu
mungkin hubungan linier yang secara vertikal atau hubungan formal yang secara
horizontal. Hubungan formal berkenaan dengan struktur bahasa atau teks dengan
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
39
konteks (situasi, budaya, sosial, ideologi) dan ko-teks (paralinguistik, gerak-
isyarat, unsur-unsur material) yang berkenaan dengan bahasa dan proses
berbahasa, sedangkan hubungan linier berkenaan dengan struktur alur seperti
performansi. Kebernilaian, memperlihatkan makna atau fungsi, sampai ke nilai
atau norma, serta akhirnya sampai pada kearifan lokal aspek-aspek yang diteliti.
Keberlanjutan, memperlihatkan keadaan objek yang diteliti termasuk nilai
budayanya dan pewarisannya pada generasi berikutnya (Sibarani, 2014: 319).
Pendapat serupa disampaikan oleh Foley (1997: 3) bahwa linguistik
antropologi merupakan cabang linguistik yang berkenaan dengan posisi bahasa
dalam konteks sosial dan kultural yang lebih luas, peran bahasa dalam memadu
dan menopang praktik-praktik kultural dan struktur sosial. Konsep
antropolinguistik ini memandang bahasa (language) dalam kaitannya dengan
konteks sosio-kultural dan bahasa sebagai proses praktik budaya dan struktur
sosial.
Sejalan dengan pendapat di atas, bahwa kajian dengan pendekatan
antropolinguistik dalam cerita rakyat dapat dibagi atas tiga bagian penting, yakni
kajian tentang; (1) bentuk tradisi lisan yang menyangkut teks, konteks, dan ko-
teks, (2) kandungan tradisi lisan yang berkenaan dengan makna dan fungsi, nilai
dan norma, dan kearifan lokal, serta (3) revitalisasi dan pelestarian tradisi lisan
yang berkenaan dengan pengaktifan atau perlindungan, pengelolaan dan
pengembangan, serta pewarisan dan pemanfaatan. Ketiga bagian tradisi lisan
tersebut dapat dikaji berdasarkan parameter antropolinguistik.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
40
Pengkajian cerita rakyat dengan menggunakan pendekatan
antropolinguistik difokuskan pada ko-teks dan konteks. Ko-teks yang dimaksud
yaitu berkenaan dengan proses penuturan dan proses pencipataan atau proses
pewarisan. Lebih jelas dapat dilihat di bawah ini.
1) Ko-teks
Dalam tradisi lisan, sebuah teks seringkali didampingi oleh unsur-unsur
nonverbal yang disebut dengan “ko-teks” (co-text). Ko-teks mungkin berupa
unsur paralinguistik, unsur proksemik, unsur kinetik atau unsur material yang
kesemuanya penting dipertimbangkan dalam menganalisis struktur teks. Ketika
ada proses mendongeng, bukan hanya struktur dongenya yang perlu dianalisis,
tetapi juga struktur unsur nonverbalnya sebagai ko-teks seperti tekanan suara,
tinggi rendahnya suara, penjagaan jarak antara pendongeng dengan pendengar,
gerak isyarat pendongeng atau benda-benda yang digunakan oleh pendongeng.
Keseluruhan teks dan ko-teks itu menjadi satu kesatuan dalam produksi dan
distribusi performansi tradisi lisan (Sibarani, 2010: 306).
Dalam komunikasi, teks sebagai tanda verbal pada umumnya didampingi
bersama dengan tanda lain yang disebut dengan ko-teks. Ko-teks dibagi atas
empat unsur yaitu, paralinguistik, kinetik, proksemik, dan unsur material. Ko-teks
berfungsi untuk memperjelas pesan atau makna sebuah teks. Keempat unsur itu
didampingi teks dalam proses penciptaan (production), penyampaian
(distribution), dan panafsiran (consumtion) wacana tradisi lisan (Sibarani, 2010:
318). Ko-teks dalam penelitian cerita rakyat difokuskan pada proses penuturan
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
41
dan proses peciptaan atau proses pewarisan. Lebih jelas dapat dilihat dalam
penjelasan di bawah ini.
a) Proses Penuturan
Proses penuturan menurut Dundes (dalam Badrun, 2003: 39) didefinisikan
sebagai situasi sosial khusus tempat sesuatu (item) khusus dibawakan. Sementara
menurut Schecher (dalam Nurjamin, 1998: 30) merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh individu atau kelompok, di hadapan individu atau kelompok.
Sebuah pertunjukan pada dasarnya mempunyai esensi yang sama dengan
percakapan, yaitu sebagai sarana komunikasi yang menggunakan bahasa.
Perbedaan keduanya hanya tampak pada sifatnya, yaitu pertunjukan merupakan
komunikasi khusus, sedangkan percakapan merupakan komunikasi biasa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Badrun, 2003: 38).
Menurut Finnegan (dalam Nurjamin, 1998: 31) hal yang termasuk ke
dalam unsur-unsur pertunjukan antara lain penyaji, khalayak, dan interaksi di
antara keduanya. Selain itu, dibentuk juga oleh faktor lainnya. Pertama, situasi
yang biasanya dipengaruhi oleh (1) waktu, tempat, dan jarak; (2) susunan dan
organisasi pertunjukan; (3) perilaku khalayaknya; (4) pandangan masyarakatnya.
Kedua, dari segi medianya yang dapat dibedakan atas (1) saluran akustik yang
terdiri atas aspek bahasa (bunyi), aspek musikal, dan aspek lainnya seperti
jentikan jari; (2) saluran visual dan material seperti warna, kostum, dan perhiasan;
alat-alat musik; aransemen; sistem tanda dan simbol.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
42
b) Proses Penciptaan/ Proses Pewarisan
Taum (2013: 14) mengemukakan bahwa dalam proses penciptaan
dipentingkan aspek mimesis, yakni representasi, meniru, meneladani,
membayangkan kenyataan. Proses penciptaan tersebut yakni, baik dalam
pertunjukan, maupun di luar, merupakan tradisi yang sangat bergantung pada
masyarakat pemilik dan sifat sebuah cerita yang diciptakan. Penggunaan proses
penciptaan itu dapat terjadi dalam suatu masyarakat. Oleh sebab itu, pilihan proses
penciptaan dapat dikembalikan pada kebiasaan masyarakat pemilik tradisi lisan.
Proses penciptaan sebuah cerita rakyat (mite, legenda dan dongeng)
menujukkan kesamaan dengan proses penciptaan dalam masyarakat tradisional,
yakni skematik. Artinya, ada bagian-bagian tertentu yang harus tetap dan ada
bagian tertentu yang boleh berbeda, tetapi bagian-bagian tersebut membentuk
suatu pola, seperti adanya bagian awal, tengah, dan akhir. Skema tersebut
merupakan hasil akumulasi ingatan penutur.
Selain itu, proses penciptaan berkaitan dengan proses pewarisan. Legenda
tersebut diwariskan dengan cara vertikal dan horizontal. Pewarisan vertikal
merupakan pewarisan yang dilakukan oleh generasi yang berbeda, seperti yang
dilakukan oleh para penutur terhadap putra-putrinya. Adapun pewarisan
horizontal, yakni pewarisan yang dilakukan oleh generasi yang sama atau
dilakukan di lingkungan masyarakat, seperti yang dilakukan oleh juru kunci/
kuncen yang mengetahui keaslian cerita rakyat yang ada pada setiap daerahnya
secara turun temurun disampaikan dari seorang nenek ke anaknya, ke cucunya,
dan seterusnya.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
43
2) Konteks
Konteks mempunyai peranan penting dalam pengkajian makna sebuah
teks wacana. Berkaitan dengan fungsinya dalam konteks, menurut Osch (1988: 8),
wacana merupakan seperangkat makna yang menghubungkan struktur bahasa
dengan konteks yang melatarinya yang dirajut oleh penutur dan pendengar dalam
proses memproduksi dan menafsirkan makna.
Pemahaman makna dan fungsi teks tradisi lisan juga perlu
mempertimbangkan konteks yang ada dalam cerita rakyat. Konteks cerita rakyat
dapat berupa konteks situasi, konteks budaya, konteks sosial, dan konteks
ideologi. Ungkapan-ungkapan dan bentuk-bentuk verbal tradisi lisan dianalisis
untuk mengungkapkan makna dan fungsi serta nilai dan norma budaya dengan
menggunakan berbagai teori yang relevan termasuk teori pragmatik, teori
semantik, dan teori semiotik. Teori semantik dan pragmatik mengkaji teks dari
segala tatarannya (bunyi, kata, kalimat, dan wacana) untuk mencari makna,
maksud, fungsi, pesan bentuk lingual itu berdasarkan ko-teks dan konteksnya. Ko-
teks dan konteks itulah yang membuat pentingnya pragmatik dan semantik dalam
kajian antropolinguistik. Pemahaman bentuk lingual (teks verbal) tidak lepas dari
ko-teks dan konteks seperti disebutkan di atas, tetapi harus terikat pada ko-teks
dan konteks penggunaannya. Oleh karena itu, ada dua tahap proses pemahaman
teks secara linguistik, yakni menganalisis bentuk lingualnya dahulu dari tataran
linguistik yang sesuai, kemudian mencari makna, maksud, fungsi, dan pesan
bentuk lingual itu sesuai dengan ko-teks dan konteksnya. Pemahaman teks
berdasarkan ko-teks dan konteks itu berkenaan dengan performansi tradisi lisan.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
44
Dengan memahami makna, maksud, pesan, dan fungsi sebuah teks dalam suatu
performansi tradisi lisan, akan dapat diinterpretasi nilai dan norma budaya tradisi
lisan, kemudian dipahami kearifan lokalnya (Sibarani, 2010: 307).
Konteks merupakan bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna; di sisi lain konteks merupakan
situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Misalnya orang itu harus
dilihat sebagai manusia yang utuh atau kehidupan pribadi dan masyarakatnya
(KBBI, Edisi IV, 2008: 728).
Dalam tradisi lisan (cerita rakyat yang mencakup mite, legenda dan
dongeng) konteks memberikan keutuhan pemaknaan sebuah tradisi. Pertunjukan
tradisi lisan akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila konteksnya berbeda.
Konteks adalah segala keadaan atau kondisi yang berada di sekitar suatu tradisi
lisan yang membuat tradisi itu hidup dan tercipta. Melalui konteks pemahaman
terhadap keseluruhan tradisi lisan tercipta. Konteks dibagi atas empat bagian yaitu
konteks situasi, konteks budaya, konteks sosial, dan konteks ideologi. Untuk lebih
jelasnya mengenai klasifikasi konteks dapat dilihat dalam rincian di bawah ini.
a) Konteks Situasi
Konteks situasi dalam penelitian cerita rakyat difokuskan pada situasi
waktu dan tempat. Situasi waktu merupakan waktu yang digunakan oleh penutur
cerita dalam menurutkan ceritanya kepada mitra tutur atau khalayak umum.
Situasi tempat yaitu berkaitan dengan lokasi di mana penutur menuturkan
ceritanya, misalnya di rumah, di kebun, di gedung, di panggung, dan sebagainya.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
45
Konteks situasi mengacu pada waktu, tempat, dan penggunaan teks.
Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan konteks situasi ini adalah kapan, di
mana, dan bagaimana sebuah teks dilakonkan atau dituturkan. Deskripsi konteks
situasi waktu akan menghasilkan waktu pelaksanaan, pertunjukkan atau
performansi sebuah tradisi baik dari pembagian waktu dalam sehari seperti pagi,
siang, sore, dan malam., pembagian minggu dan bulan, seperti awal, pertengahan
atau akhir bulan. Deskripsi konteks situasi tempat akan menghasilkan lokasi
pelaksanaan, pertunjukkan atau performasi sebuah tradisi lisan. Lokasi
pelaksanaan atau pertunjukan tradisi lisan meliputi bentuk “pentas”, tempat
pemain dan penonton atau pelaku dan khalayak, permanen atau berpindah-pindah,
dan sebagainya (Sibarani, 2010: 325).
b) Konteks Budaya
Konteks budaya mengacu pada tujuan budaya yang menggunakan suatu
teks. Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan konteks budaya ini adalah
untuk tujuan budaya apa teks itu digunakan. Tujuan budaya yang dimaksud yaitu
peristiwa budaya yang melibatkan tradisi lisan. Teks tradisi lisan yang digunakan
untuk ritual kelahiran berarti bahwa ritual kelahiran atau upacara kelahiran itulah
yang menjadi konteks kebudayaan (Sibarani, 2010: 323).
Sejalan dengan pernyataan di atas, Sibarani dan Talhah (2015: 25)
menjelaskan bahwa konteks budaya berkaitan dengan siklus mata pencaharian,
siklus kehidupan. Siklus mata pencaharian yaitu kebiasaan-kebiasaan masyarakat
pemilik tradisi lisan (cerita rakyat) dalam mencukupi kehidupan sehari-harinya.
Siklus kehidupan merupakan siklus kerbelangsungan hidup pemilik tradisi lisan,
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
46
baik siklus kehidupan dalam cerita rakyat, siklus kehidupan setelah
berkembangnya cerita rakyat, hingga siklus kehidupan yang berkembang saat ini.
c) Konteks Sosial
Konteks sosial mengacu pada faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
atau menggunakan teks. Faktor-faktor sosial itu mencakup perbedaan jenis
kelamin, stratifikasi sosial, kelompok etnis, tingkatan pendidikan, usia, dan
sebagainya. Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan konteks sosial ini adalah
siapa yang terlibat dalam teks itu. Konteks sosial ini meliputi orang-orang yang
terlibat seperti pelaku, pengelola, penikmat, dan komunitas pendukungnya
(Sibarani, 2010: 324).
Sejalan dengan pernyataan di atas, Sibarani dan Talhah (2015: 25)
mengemukakan bahwa konteks sosial dapat dibedakan atas jenis kelamin,
pendidikan, usia, stratifikasi sosial, dan etnis. Etnis dalam konteks sosial yaitu
berkenaan dengan kelompok sosial atau sistem sosial seperti keturunan, agama,
bahasa, dan adat/ tradisi.
Konteks sosial dan budaya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
atau berhubungan. Konteks budaya erat kaitannya dengan tradisi atau adat
istiadat, namun adat atau tradisi dipengaruhi oleh kelompok sosial dan sistem
sosial. Konteks budaya yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai fungsi
dalam tradisi lisan, misalnya fungsi cerita rakyat “Asal Muasal Situ Gede” bahwa
sejak zaman dahulu nenek moyang telah memberikan warisan budaya berupa
cerita rakyat “Asal Muasal terjadinya Situ Gede”. Sedangkan konteks sosial yang
berkenaan dengan etnis berfungsi untuk mendeskripsikan sistem sosial seperti
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
47
keturunan, agama, bahasa dan tradisi. Sebagai contoh cerita rakyat “Asal Muasal
Situ Gede” diceritkan oleh penutur dengan menggunakan bahasa Sunda, karena
cerita tersebut berkembang dan menyebar di daerah yang berbahasa Sunda.
d) Konteks Ideologi
Konteks ideologi mengacu kepada kekuasaan atau kekuatan apa yang
mempengaruhi dan mendominasi suatu teks. Ideologi adalah paham, aliran,
kepercayaan, keyakinan, dan nilai yang dianut bersama oleh masyarakat. Ideologi
itu dapat berupa ideologi mengenai politik, agama, negara, teknologi, modernism,
tradisionalisme, dan sebagainya yang mempengaruhi, bahkan mendominasi sistem
ideologi itu menjadi suatu konsep sosiokultural yang mengarahkan dan
menentukan nilai yang terdapat di dalam komunitas (Sibarani, 2010: 328).
Tradisi lisan sebagai proses produksi, distribusi, konsumsi oleh komunitas
dapat juga dipengaruhi dan didominasi suatu ideologi. Pelaku dan khalayak tradisi
lisan memproduksi dan memahami tradisi lisan berdasarkan ideologi yang
mendominasi dan menguasai pikiran masyarakat. Ideologi itu dapat dipahami
secara positif, tetapi dapat juga dipahami secara negatif. Dipahami secara positif,
ideologi dimuat sebagai kebenaran dalam tradisi lisan, tetapi kalau dipahami
secara negatif, ideologi itu “dilawan” dalam teks tradisi lisan (Sibarani, 2010:
329).
Dari beberapa paparan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam pendekatan antropolinguistik terdiri dari beberapa ko-teks dan konteks
yang perlu diperhatikan dalam kajian struktur cerita rakyat. Ko-teks mencakup
proses penuturan, proses penciptaan, dan proses pewarisan, sedangkan konteks itu
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
48
mencakup konteks penuturan, konteks penciptaan atau perawisan, konteks sosial
yang di dalamnya mencakup konteks situasi, konteks budaya dan konteks
ideologi. Pertama, proses penuturan adalah bagaimana cerita itu dituturkan dalam
pertunjukkan berlangsung, lebih sederhananya dalam pertunjukkan berlangsung
mempunyai syarat tertentu, misalnya saat penutur menyampaikan cerita, seorang
pendengar tidak boleh melamun. Kedua, proses penciptaan atau pewarisan ini
bagaimana cerita tersebut disampaikan dan didapatkan. Biasanya cerita tersebut
diperoleh dari mulut ke mulut atau secara leluri, dengan syarat ataupun tidak.
Ketiga adalah konteks sosial, konteks sosial ini terbagi atas tiga bagian yaitu
konteks situasi berkaitan dengan waktu, situasi, cara; konteks budaya berkaitan
dengan mata pencaharian, siklus kehidupan; sedangkan konteks ideologi berkaitan
dengan paham, kepercayaan, atau keyakinan terhadap suatu hal yang tabu ataupun
lainnya.
4. Kajian tentang Nilai-nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat
Setiap karya sastra (lisan atau tulisan) yang baik, termasuk cerita rakyat,
selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang tentunya bermanfaat bagi
pembacanya. Jika digali secara mendalam, di dalam cerita rakyat terdapat
keteladanan dan petuah bijak melalui tokoh atau peristiwa, meskipun tidak
disampaikan secara eksplisit. Pembaca dapat menemukan sifat kejujuran,
kerendahhatian, tanggung jawab, kerjasama, dan sebagainya dalam cerita rakyat
yang dibacanya. Hal ini membuktikan bahwa cerita rakyat erat kaitannya dengan
nilai-nilai pendidikan. Maka dari itu, penulis akan memarkan mengenai pengertian
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
49
secara umum dan nilai-nilai edukatif dalam cerita rakyat, didasari dengan teori
yang relevan.
a. Pengertian Nilai secara Umum
Menurut Persons dan Shills (dalam Marzali, 2007: 105) bahwa nilai
merupakan suatu konsepsi, eksplisit atau implisit yang khas milik seorang
individu atau suatu kelompok, tentang yang seharusnya diinginkan yang
mempengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara dan tujuan
tindakan.
Spradley dan David (1980: 283) mengungkapkan bahwa, “A value is any
concept reffering to a desirable or undesirable state of affairs” (Nilai adalah
konsep yang mengacu kepada sesuatu yang diinginkan atau yang tidak
diinginkan). Jadi, nilai tidak hanya sesuatu yang diinginkan, tetapi dapat juga
sesuatu yang tidak diinginkan.
Sedangkan menurut KBBI (Edisi IV, 2008: 963) dijelaskan bahwa nilai
adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan dan
sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Nilai adalah
kualitas atau sifat yang membuat apa yang bernilai menjadi bernilai, misalnya
nilai “jujur” adalah sifat atau tindakan yang jujur, Scheler (dalam Franz Magnis
Suseno, 2000: 34).
Sejalan dengan pendapat di atas, Marzali (2007: 105) mengungkapkan
bahwa perkataan, perbuatan dan materi merupakan manifestasi dari suatu nilai.
Contoh “Orang harus menghormati guru”, ini bukan sebuah nilai tapi manifestasi
dari suatu nilai yang diungkapkan dengan kata-kata. Contoh lain “Membungkuk
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
50
ketika berjalan di depan orang tua”, ini bukan sebuah nilai tapi manifestasi dari
suatu nilai yang diungkapkan dalam bentuk prilaku.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai bukanlah sesuatu yang dapat dilihat oleh pacaindra manunisa dan tidak bisa
diraba. Nilai hanya dapat diinterpretas dan disimpulkan berdasarkan suatu
perkataan, ucapan, perbuatan, tindakan manusia serta benda-benda kebudayaan
yang dihasilkan manusia.
b. Nilai-nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat
Selain dari kajian struktur cerita rakyat yang sudah penulis paparkan
dalam subbab sebelumnya. Penulis menganggap kajian struktur dengan kajian
nilai edukatif cerita rakyat merupakan peranan penting dalam mengkaji cerita
rakyat. Keduanya saling berkaitan dan berhubungan. Nilai-nilai pendidikan dalam
suatu karya sastra baik lisan maupun tulisan cukup bervariasi, terutama nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita rakyat.
Seperti yang dikemukanan oleh Waluyo (1990: 27) bahwa nilai sastra
berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra
dapat berupa nilai medial (menjadi sarana), nilai final (yang dikejar seseorang),
nilai kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama. Nilai pendidikan sangat erat
nilainya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik (termasuk cerita
rakyat) selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi
pembacanya. Nilai-nilai tersebut bersifat mendidik dan menggugah hati
pembacanya. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan
moral, nilai adat, nilai agama (religi), nilai sejarah.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
51
Kajian nilai edukatif yang dimaksud oleh penulis adalah kajian mengenai
nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat yang sudah ditranskripkan dalam
bentuk teks tulis. Nilai-nilai tersebut di antaranya terbagi atas nilai moral, budaya,
agama, dan sosial. Untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan di bawah ini
dengan teori-teori yang relevan.
1) Nilai Moral
Secara umum moral merujuk pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,dan sebagainya;
akhlak, budi pekerti, dan susila (Nurgiyantoro, 2015: 429). Menurut Kenny
(dalam Nurgiyantoro, 2015: 429) moral dapat dipandang sebagai wujud tema
dalam bentuk yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan moral.
Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2015: 430) menjelaskan bahwa nilai moral
dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan
ditafsirkan), melalui cerita yang ditampilkan dalam cerita itu melalui sikap dan
tingkah laku tokoh-tokohnya.
Dalam KBBI (Edisi V: Online ) nilai moral adalah nilai yang menjadi
standar baik atau buruk, yang mengatur perilaku dan pilihan seseorang, dapat
berasal dari kalangan manapun, bisa pemerintah, masyarakat, agama, atau dari
dalam dirinya sendiri. Sedangkan Nurgiyantoro (2015: 429-430) menyatakan
bahwa moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat
ditafsirkan dan diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Pandangan
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
52
seseorang tentang moral, nilai-nilai, dan kecenderungan-kecenderungan, biasanya
dipengaruhi oleh pandangan hidup, way of life bangsanya. Dalam karya sastra,
moral biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,
pandangan tentang nilai-nilai kebenaran. Hal itulah yang akan disampaikan
kepada pembacanya.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai nilai moral di atas, penulis
menyimpulkan bahwa moral dapat dikatakan sebagai nilai etik, nilai etik yang
dimaksud oleh penulis adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat didasari oleh akhlak individu itu sendiri. Jika nilai
moral dikaitkan dengan cerita rakyat, bahwa melalui cerita, sikap, dan tingkah
laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dan
pesan-pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan.
2) Nilai Budaya/ Adat
Nilai budaya dapat didefinsikan sebagai suatu hal yang bersifat umum
dalam benak sekumpulan orang-orang tertentu, mengacu kepada lingkungan
masyarakat. Orang-orang dalam suatu lingkungan masyarakat memiliki banyak
gagasan, nilai gambar yang sama, singkatnya mereka memiliki perwakilan yang
bersifat kolektif pada diri mereka yang tidak dijumpai pada kumpulan orang lain
(Vansina, 2014: 193-194).
Maksud dari pernyataan Vansina adalah bukan dalam artian setiap orang
dalam masyakarat memiliki pemikiran yang sama, melainkan prinsip-prinsip yang
digunakan dalam memahami sebuah pengalaman dan pemahaman sifatnya serupa.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
53
Serta pandangan-pandangan terhadap realitas juga sama, misalnya kepercayaan
terhadap larangan-larangan yang dianut dalam kelompok tersebut.
Sejalan dengan pendapat Vansina, Sibarani (2013: 19-20) mengungkapkan
bahwa cerita rakyat memiliki nilai budaya sebagai peninggalan leluhur yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat mengandung
pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada masyarakat baik berupa makna dan
fungsi, nilai dan norma maupun kearifan lokal. Nilai lazimnya menunjuk pada
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk, sedangkan norma
biasanya menunjuk pada mana yang dianggap benar dan mana yang dianggap
salah meskipun sering juga disebut “nilai” terutama “nilai budaya” yang mengacu
kepada keduanya baik tentang benar-salah maupun tentang baik-buruk.
Koentjaraningrat (dalam Sibarani, 2013: 20) mengatakan bahwa sistem
nilai budaya adalah konsepsi yang hidup dalam alam pikiran manusia mengenai
hal-hal yang dianggap amat bernilai dalam kehidupan dan berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi tingkah lakunya dalam kehidupan seharihari. Nilai budaya
digolongkan pada nilai identitas, nilai interaksi, dan nilai visi hidup.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai
budaya ataupun nilai adat merupakan suatu hal yang mendasari suatu kelompok
atau masyarakat yang mempunya prinsip-prinsip yang sama. Seperti halnya adat,
adat merupakan wujud ideal kebudayaan. Secara lengkap, wujud itu disebut adat
tata kelakuan. Adat ini berfungsi sebagai pengatur kelakuan. Suatu contoh dari
adat yang memiliki sosial budaya adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
54
bernilai tinggi ialah apabila manusia itu suka bekerja sama dengan sesamanya
berdasarkan rasa solidaritas yang besar.
3) Nilai Pendidikan Agama (Religius)
Nilai pendidikan agama atau nilai religius merupakan satu ikatan. Ikatan
yang dimaksud adalah saling berhubungan. Terkadang banyak orang mengartikan
bahwa nilai pendidikan dan nilai religuis itu sama, namun di sisi lain berbeda.
Secara umum bisa dikatakan sama, namun secara spesifik mempunyai arti dan
fungsi yang berbeda.
Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu
keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari dari sesuatu yang
religius. Pada awal mula sastra adalah riligius (Mangunwijaya, dalam
Nurgiyantoro, 2015: 446). Istilah religius membawa konotasi pada makna agama.
Religius dan agama memang erat kaitannya, berdampingan bahkan dapat melebur
dalam kesatuan, namun sebenarnya keduanya menunjuk pada makna yang
berbeda (Nurgiyantoro, 2015: 446).
Secara lebih jelas, Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro, 2015: 446)
menjelaskan bahwa agama di sini lebih menunjuk pada kelembagaan, kebaktian
kepada Tuhan dengan hukum-hukum atau ajaran-ajaran yang resmi. Sedangkan
religius dapat dilihat dari aspek yang ada dalam lubuk hati, riak getaran nurani
pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat
mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan
resmi.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
55
4) Nilai Sejarah (Historis)
Jika sebelumnya dibahas mengenai nilai moral, budaya, dan agama. Nilai
sejarah/ historis dalam karya sastra khususnya cerita rakyat juga salah satu nilai
yang penting. Karena cerita rakyat yang hubungannya dengan kejadian-kejadian
masa lalu (lampau), tentu berpengaruh terhadap hasil karya sastra cerita rakyat itu
sendiri baik yang tulisan maupun lisan.
Seperti yang dikemukakan oleh Waluyo (2002: 20) bahwa karya sastra
termasuk cerita rakyat yang bermuatan kisah masa silam. Sebab, pada hakikatnya
karya sastra merefleksikan kehidupan masyarakat. Seringkali dinyatakan bahwa
karya sastra merupakan dokumen sosial. Naskah dan tradisi lisan warisan
budaya leluhur bermanfaat untuk mengenali perjalanan sejarah masyarakat lokal
suatu bangsa.
Sejalan dengan pernyataan Waluyo, Abdullah (dalam Sarmadi, 2009: 38)
naskah dan tradisi lisan warisan budaya leluhur bermanfaat untuk mengenali
perjalanan sejarah masyarakat lokal dan bangsa. Melalui tradisi lisan atau naskah
(sastra lisan yang sudah dibukukan) dapat ditelusuri kembali kejadian-kejadian
atau peristiwa-peristiwa masa lampau. Perjalanan hidup masyarakat, bangsa, dan
anggotanya dapat dengan mudah diketahui.
Nilai sejarah dalam cerita rakyat tentu mempunyai kesan tersendiri,
bagaimana kejadian-kejadian masa lalu dapat kita ketahui dari saksi sejarah yang
tertuang dalam cerita rakyat. Saksi sejarah dapat berupa orang yang tahu betul,
buku, dokumentasi, atau benda-benda peninggalan masa lampau.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
56
5) Nilai Kepahlawanan
Orang yang gagah berani mengorbankan harta benda dan jiwa raganya
untuk membela tanah kelahirannya atau negaranya, orang yang terkemuka karena
jasa-jasanya yang baik dan pengabdiannya dapat disebut sebagai Pahlawan. Dari
kata pahlawan terbentuklah kata kepahlawanan yang berarti perihal sifat-sifat
pahlawan, sifat-sifat yang berhubungan dengan keberanian seseorang. Seseorang
disebut pahlawan manakala ia memiliki sikap-sikap seperti yang dikemukakan di
atas. Dapat dikatakan bahwa seluruh hidupnya diabdikan untuk membela
kebenaran dan demi nusa dan bangsa. Hal ini sejalan dengan pengertian dalam
KBBI IV (2008: 999) bahwa pahlawan mempunyai arti orang yang paling
menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau
pejuang yang gagah serta berani. Kepahlawanan yaitu perihal sifat pahlawan
seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, Nurgiyantoro (2002: 174)
mengemukakan bahwa, pembaca sering memberikan reaksi emotif tertentu jika
dihadapkan dengan tokoh-tokoh cerita, seperti merasa akrab, simpati, benci
empati, atau berbagai reaksi afektif. Pembaca atau pendengar cerita sering
mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh yang dikagumi atau dibenci. Segala
tindakan atau apa saja yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut seakan-akan
dialami atau dirasakan oleh pembaca atau pendengar cerita.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
57
5. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada Kurikulum 2013 Revisi
di SMP (Sekolah Menengah Pertama)
a. Kerangka Pengembangan Kurikulum 2013 Revisi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Kerangka pengembangan kurikulum 2013 revisi mata pelajaran Bahasa
Indonesia diberikan sejak sekolah dasar hingga atas (SD-SMA). Mata pelajaran
Bahasa Indonesia dikembangkan untuk mata pelajaran wajib dan mata pelajaran
peminatan. Di bawah ini adalah kerangka pengembangan yang dibuat oleh
Kemendikbud (2017: 2-3);
1. pengembangan kompetensi kurikulum Bahasa Indonesia ditekankan pada
kemampuan mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan
menulis. Pengembangan kemampuan tersebut dilakukan melalui berbagai
teks. Dalam hal ini teks merupakan perwujudan kegiatan sosial dan
memiliki tujuan sosial. Kegiatan komunikasi dapat berbentuk tulisan,
lisan, atau multimodal (teks yang menggabungkan bahasa dan cara/media
komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau lisan sebagaimana disajikan
dalam film atau penyajian komputer);
2. kompetensi dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis.
Untuk mencapai kompetensi tersebut siswa melakukan kegiatan berbahasa
dan bersastra melalui aktivitas lisan dan tulis, cetak dan elektronik, laman
tiga dimensi, serta citra visual lain;
3. lingkup materi mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I-XII merupakan
penjabaran 3 lingkup materi: bahasa, sastra, dan literasi; dan
4. teks dalam pendekatan berbasis genre bukan diartikan --istilah umum--
sebagai tulisan berbentuk artikel. Teks merupakan perwujudan kegiatan
sosial dan bertujuan sosial, baik lisan maupun tulis.
Teks tersebut dapat dipetakan sebagai berikut dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Kerangka Pengembangan Kurikulum 2013 Revisi
(Permendikbud, 2017: 2-3)
Genre Tipe Teks Lokasi Sosial
Menggambarkan Laporan (Report): Buku rujukan, dokumenter,
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
58
(Describing) melaporkan
informasi
buku panduan,
laporan eksperimental
(penelitian), presentasi
kelompok
Menjelaskan
(Explaining)
Eksplanasi:
menjelaskan sesuatu
Paparan, pidato/ceramah,
tulisan ilmiah (popular)
Memerintah
(Instructing)
Instruksi/Prosedur:
menunjukkan
bagamana sesuatu
dilakukan
Buku panduan/manual
(penerapan), instruksi
pengobatan, aturan olahraga,
rencana pembelajaran (RPP),
instruksi, resep,
pengarahan/pengaturan
Berargumen
(Arguing)
Eksposisi: memberi
pendapat atau sudut
pandang
(Meyakinkan/Mempengaruhi):
iklan,
kuliah, ceramah/pidato,
editorial, surat pembaca,
artikel Koran/majalah
Diskusi (Mengevaluasi suatu
persoalan dengan
sudut pandang tertentu, 2 atau
lebih)
Respon/review Menanggapi teks sastra, kritik
sastra, resensi
Menceritakan
(Narrating)
Rekon (Recount):
menceritakan
peristiwa secara
berurutan
Jurnal, buku harian, artikel
Koran, berita, rekon sejarah,
surat, log, garis waktu (time
line)
Narasi: menceritakan
kisah atau nasehat
Prosa (Fiksi ilmiah, fantasi,
fabel, cerita rakyat, mitos,
dll.), dan drama.
Puisi Puisi, puisi rakyat (pantun,
syair, gurindam)
Berdasarkan dari tabel 2.1, bisa dilihat bahwa salah satu pembelajaran
sasttra dilihat dari tipe teksnya adalah narasi dengan lokasi sosial (bacaan, sumber,
atau referensi) mengenai prosa yang di dalamnya terdapat cerita rakyat.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
59
b. Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan
prinsip menurut Permendikbud (2017: 5) sebagai berikut;
1. bahasa merupakan kegiatan sosial. Setiap komunikasi dalam kegiatan
sosial memiliki tujuan, konteks, dan audiens tertentu yang memerlukan
pemilihan aspek kebahasaan (tata bahasa dan kosa kata) yang tepat serta
cara mengungkapkan dengan strukur yang sesuai agar mudah dipahami;
2. bahan pembelajaran bahasa yang digunakan sedapat mungkin bersifat
otentik. Pengembangan bahan otentik didapat dari media massa (cetak dan
elektronik); tulisan guru di kelas, produksi lisan dan tulis oleh siswa.
Semua bahan dikelola guru untuk keberhasilan pembelajaran;
3. proses pembelajaran menekankan aktivitas siswa yang bermakna. Inti dari
siswa aktif adalah siswa mengalami proses belajar yang efesien dan efektif
secara mental dan eksperiensial;
4. dalam pembelajaran berbahasa dan bersastra, dikembangkan budaya
membaca dan menulis secara terpadu. Dalam satu tahun pelajaran siswa
dimotivasi agar dapat membaca paling sedikit 4 buku (2 buku sastra dan 2
buku nonsastra) sehingga setelah siswa menyelesaikan pendidikan pada
jenjang SMP/MTs membaca paling sedikit 12 judul buku.
c. Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Pembelajaran Cerita Rakyat
Kelas VII SMP
Dalam kurikulum 2013 revisi, kompetensi dasar, materi pokok serta
pembelajaran sudah dikelompokan oleh Permendikbud, untuk lebih jelasnya akan
dipaparkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Pembelajaran
Kurikulum 2013 Revisi (Kemendikbud, 2017: 12-13)
KOMPETENSI
DASAR
MATERI POKOK PEMBELAJARAN
3. 11 Mengidentifikasi
informasi tentang
fabel/legenda daerah
setempat yang dibaca
dan didengar
4. 11 Menceritakan
kembali isi
Fabel/legenda
a. Ciri cerita fabel/legenda
b. Langkah memahami isi
cerita fabel
c. Langkah menceritakan
kembali isi fabel/legenda
a. Mencermati cerita rakyat (fabel dan legenda) yang berasal dari daerah setempat
b. Mendata kata ganti,
kata kerja, konjungsi,
kalimat langsung dan
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
60
fabel/legenda daerah
setempat tidak langsung, tema,
alur, karakter tokoh,
latar, sudut pandang,
amanat, dan gaya
bahasa pada
fabel/legenda
c. Berlatih menceritakan
isi fabel/legenda yang
dibaca
d. Menceritakan kembali
isi fabel/legenda yang
dibaca
3.12 Menelaah
struktur dan
kebahasaan fabel/
legenda daerah
setempat yang
dibaca dan didengar
4.12 Memerankan
isi fabel/ legenda
daerah setempat
yang dibaca dan
didengar
a. Struktur teks b. fabel/legenda:
1. orientasi 2. komplikasi 3. resolusi 4. koda
c. Teknik penggambaran
tokoh d. Pemeranan isi
fabel/legenda daerah
setempat
a. Mendiskusikan struktur teks fabel/legenda dan kebahasaan yang digunakan (variasi
b. penyajian, variasi pola pengembangan)
c. Mendata isi,
memperbaiki pilihan
kata, kalimat narasi,
dialog, penyajian latar
agar cerita menjadi
lebih menarik Menulis
fabel/legenda
berdasarkan ide yang
direncanakan dan data
yang diperoleh
d. Memerankan dan
menceritakan
fabel/legenda yang
berasal dari daerah
setempat
Dari tabel 2.2, dapat disimpulkan bahwa pengajaran sastra khususnya
megenai cerita rakyat terdapat di kompetensi dasar; (1) 3.11 Mengidentifikasi
informasi tentang fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar, (2) 4.11
Menceritakan kembali isi fabel/legenda daerah setempat, (3) 3.12 Menelaah struktur
dan kebahasaan fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar, dan (4)
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
61
4.12 Memerankan isi fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.
Dari keempat kompetensi dasar tersebut, pengajaran berlangsung selama 6 jam
pelajaran/minggu. Hal ini dikaitkan dengan relevansi penelitian yang penulis
lakukan terhadap kajian struktur dan nilai edukatif cerita rakyat di kabupaten
Tasikmalaya. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan, bahwa pengajaran sastra
khususnya membahas mengenai cerita rakyat ada di kelas VII semester 2.
d. Cerita Rakyat dalam Pengajaran Sastra di SMP
Menjadi pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini, ada banyak
tuntutan keahlian dan pengalaman yang harus dimiliki tenaga pengajar, selain
rutinitas penyampaian materi yang formal di kelas. Menjadi pengajar Bahasa dan
Sastra Indonesia dewasa ini dituntut menjadi sang kreator. Tidak disarankan
menjadi apresiator pasif. Hal ini tentu harus jadi perhatian pengajar maupun
pelajar, keduanya harus mampu bekerjasama dengan baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Riswandi (2010: 150) bahwa betapa
pentingnya memberikan pengajaran sastra yang baik kepada siswa. Dari mulai
mengenalkan, mencintai, memahami, hingga mencipta. Dengan memberikan
pengajaran sastra yang baik kepada siswa, guru sudah menginvestasi penanaman
moral dan budi pekerti luhur. Melalui sastra seseorang didikik berbudaya,
membina kepekaan jasmani dan rohani untuk mampu membaca juga memahami
realitas yang terjadi di sekelilingnya.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Riswandi, bahwa dengan pengajaran
sastra yang baik, maka akan menumbuhkan nilai moral dan budi pekerti luhur
kepada siswa. Saat ini, hampir seluruh sekolah di Indonesia khususnya pulau jawa
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
62
sudah menerapkan kurikulum 2013 revisi. Adapun pandangan secara rasional dari
kemendikbud mengenai tujuan pelajaran dangan pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah.
Kemendikbud (2017: 1) bahwa kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa
Indonesia secara umum bertujuan agar siswa mampu mendengarkan,
membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar
dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan
dan saling mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan kebahasaan
dan kompetensi keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, memirsa,
berbicara, dan menulis) siswa. Kompetensi sikap secara terpadu
dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi
keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut adalah bahasa
(pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi,
tanggapan, analisis, dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan
kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan, khususnya yang
berkaitan dengan membaca dan menulis).
Berdasarkan dari pernyataan di atas, bahwa pengajaran sastra telah
dikelompokan dalam kompetensi dasar pada kurikulum 2013 revisi. Pengajaran
sastra, khususnya mengenai materi cerita rakyat, ada di kelas VII semester 2.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis relevan dengan beberapa
peneliti sebelumnya, di antaranya sebagai berikut;
1. Penelitian dengan judul Kajian Trukturalisme dan Nilai Edukatif dalam
Cerita Rakyat Kabupaten Klaten (Sarmadi, 2009)
Dalam penelitiannya ada lima cerita rakyat di Kabupaten Klaten yang
dihimpun dan dianalisis. Lima cerita rakyat tersebut, yaitu: (1) “Ki Ageng Padang
Aran”, (2) “Petilasan Sunan Kalijaga”, (3) “Raden Ngabehi Ronggo Warsito”, (4)
“Reyog Brijo Lor”, dan (5) “Kyai Ageng Gribig”. Cerita rakyat Kabupaten Klaten
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
63
tersebut diklasifikasikan ke dalam legenda dan lebih spesifik dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok legenda setempat, legenda perseorangan , dan
legenda keagamaan.
Isi dan tema cerita rakyat Kabupaten Klaten adalah syiar agama,
perjuangan seorang tokoh, dan terjadinya suatu tempat. Alur cerita yang
digunakan adalah alur maju atau lurus. Tokoh yang dominan dalam cerita rakyat
Kabupaten Klaten adalah manusia yang digambarkan sebagai manusia yang
memiliki kasaktian dan berkarakter baik. Latar yang paling dominan adalah latar
tempat. Amanat yang terkandung dalam cerita rakyat Kabupaten Klaten cukup
bervariasi. Nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Klaten
adalah Nilai pendidikan moral, nilai pendidikan adat (tradisi), nilai pendidikan
agama (religi), nilai pendidikan sejarah (historis), dan nilai Kepahlawanan. Hal
ini relevan dalam pengajaran sastra di sekolah dan perlu dikembangkan lagi,
karena setiap daerah mempunyai cerita rakyat yang beragam.
2. Penelitian dengan judul Strukur dan Nilai Edukatif Cerita Rakyat
Kabupaten Wonogiri (Sutarto, 2007)
Dari hasil penelitiannya, bahwa di Kabupaten Wonogiri memiliki
sejumlah cerita rakyat yang masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Cerita
rakyat yang ada antara lain: (1) “Panembahan Senopati kahyangan Dlepih
Tirtomoyo”, (2) “Umbul Nogo” di Karanglor Manyaran, (3) “Asal-usul Goa Putri
Kencana” , (4) “Petilasan Bubakan Girimarto”, dan (5) “Sendang Siwani” .
Secara umum, cerita rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat diklasifikasikan ke
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
64
dalam legenda dan lebioh spesifik dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok
legenda setempat dan legenda perseorangan.
Berdasarkan kajian yang mendalam dapat diketahui bahwa di dalam cerita
rakyat di Kabupaten Wonogiri terkandung nilai edukatif. Nilai-nilai eduktif yang
ada meliputi nilai pendidikan moral, nilai pendidikan adat, nilai pendidikan
agama, dan nilai pendidikan sejarah. Karena dipandang memiliki relevansi dengan
pembelajaran sastra di sekolah, maka cerita rakyat Kabupaten Wonogiri perlu di
kembangkan sebagai materi ajar sastra di sekolah.
3. Penelitian dengan judul Kajian Antropologi Sastra Cerita Rakyat
Datumuseng dan Maipa (Anthropology of Literature Analysis Datu
Museng dan Maipa Deapati Folklore) (Salmah Djirong, 2014).
Dalam penelitiannya Djirong menggunakan metode penelitian etnografis
atau budaya masyarakat, pola pikir masyarakat, tradisi pewarisan kebudayaan dari
waktu ke waktu dan masih dilakukan. Data yang diperoleh diolah serta diuraikan
dengan menggunakan pola penggambaran deskriptif. Tujuan dan hasil yang
hendak dicapai dalam tulisan ini yaitu deskripsi tentang unsur antropologi, baik
bahasa, religi, mitos, hukum, maupun adat istiadat yang terdapat dalam cerita.
Datumuseng dan Maipa Deapati. Masih banyak refleksi yang luput dari
pengamatan menyajikan konsep antropologi sastra dalam Datumuseng dan Maipa
Deapati yang tidak sempat semuanya dibicarakan di dalam tulisan ini. Rajutan
ulasan di atas hanya sebagian dari beberapa yang merefleksikan adanya bahasa,
religi, mitos, hukum, maupun adat istiadat yang terefleksi dalam Datumuseng dan
Maipa Deapati. Dengan melihat selintas gambaran telaah antrologi sastra yang
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
65
disajikan Datumuseng dan Maipa Daepati tersebut, bahwa perlu atau disarankan
ada pemerhati atau pakar kesusasteraan yang berminat meneliti dan
mengungkapkan refleksi antropologi sastra dalam sasrra daerah yang lebih
lengkap dan tuntas.
Dari ketiga peneliti terdahulu yaitu Sarmadi, Sutarto, dan Salmah Djirong
adalah sama-sama mengkaji cerita rakyat. Sarmadi dan Sutarto sama-sama
meneliti tentang kajian struktur dan nilai edukatif dalam cerita rakyat, sedangkan
Salmah Djarong fokus penelitian mengenai kajian antropologi yang berpusat pada
Cerita Rakyat Datumuseng dan Maipa. Pertama, penelitian Sarmadi dan Sutarto
relevan dengan yang dilakukan peneliti, relevansinya dapat dilihat dari kajian
struktur dan nilai edukatif serta relevansi terhadap pengajaran sastra di sekolah.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Salmah Djarong relevan dengan yang
dilakukan penulis, relevansinya dilihat dari kajian dengan pendekatan antropologi
dan penggunaan metode etnografi yang mencakup pola pikir masyarakat, tradisi
pewarisan, dll. Ketiga, dari ketiga peneliti terdahulu secara umum mengatakan
bahwa penelitian tentang kajian struktur dan nilai edukatif cerita rakyat, relevan
dengan pengajaran sastra, dan perlu dikembangkan lagi oleh setiap peneliti,
karena setiap daerah mempunyai cerita rakyat yang berbeda.
Dalam kegiatan penelitian ini, yang dimaksudkan relevan oleh penulis
adalah terletak pada fokus penelitian berupa metode dan kajian yang sebelumnya
sudah dilakukan oleh para peneliti dan dianggap relevan dengan teori. Dalam hal
ini, relevansi peneliti dikiblatkan pada kajian struktur dan nilai edukatif cerita
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018
66
rakyat dengan penggunaan metode etnografi. Selain itu teori-teori atau
pendekatan-pendekatan dalam kajianpun merupakan sebagian dari arti relevan.
Kajian Struktur Dan...Casim, Program Pascasarjana Ump, 2018