Presentasi Kasus Osteochondroma

47
PRESENTASI KASUS Osteochondroma Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Radiologi Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo Diajukan Kepada : dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad Disusun Oleh : Ewo Jatmiko 20100310006 BAGIAN ILMU RADIOLOGI BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1

description

iyes

Transcript of Presentasi Kasus Osteochondroma

PRESENTASI KASUS

Osteochondroma

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam MengikutiProgram Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Radiologi

Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada :

dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad

Disusun Oleh :

Ewo Jatmiko

20100310006

BAGIAN ILMU RADIOLOGI

BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

2016

1

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui Presentasi Kasus dengan judul :

Osteochondroma

Tanggal : Januari 2016

Tempat : RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Oleh :

Ewo Jatmiko

20100310006

Disahkan oleh :

Dokter Pembimbing

dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad

2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk

dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Presentasi Kasus “Osteochondroma”.

Presentasi Kasus ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai

pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang tak ternilai kepada:

1. dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad selaku dosen pembimbing bagian Ilmu

Radiologi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah mengarahkan

dan membimbing dalam menjalani stase serta dalam penyusunan

Presentasi Kasus ini.

2. Petugas bagian Radiologi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.

3. Rekan-rekan Co-Assisten atas bantuan dan kerjasamanya.

4. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian Presentasi

Kasus ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dalam penyusunan Presentasi Kasus ini, penulis menyadari masih terdapat

banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun

demi kesempurnaan penyusunan Presentasi kasus di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Wonosobo, Januari 2016

Penulis

3

DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS 1

HALAMAN PENGESAHAN 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

BAB I 6

LAPORAN KASUS 6

A. Identitas Pasien 6

B. Anamnesis 6

C. Pemeriksaan Fisik 7

D. Pemeriksaan Penunjang 9

E. Diagnosis 14

F. Diagnosis Banding 14

G. Penatalaksanaan 14

BAB II 15

TINJAUAN PUSTAKA 15

A. Definisi 15

B. Etiologi 16

C. Epidemiologi 17

D. Patofisiologi 18

E. Gambaran klinis 19

F. Diagnosis 20

G. Diagnosa Banding 26

H. Penatalaksanaan 28

I. Komplikasi Osteokondroma 28

4

J. Prognosis 30

BAB III 31

PEMBAHASAN 31

BAB IV 33

KESIMPULAN 33

DAFTAR PUSTAKA 34

5

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. Ahmad Sulaiman

Alamat : Batur, Banjarnegara

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Nomor CM : 653732

Tanggal periksa : 20 Januari 2016

B. Anamnesis

Keluhan utama :

Terdapat benjolan pada sekitar lutut kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang anak berusia 9 tahun datang ke poliklinik Orthopedi RSUD KRT

Setjonegoro dengan keluhan benjolan pada sekitar lutut kanan dan kiri. Benjolan

dirasakan sudah bertahun-tahun. Awalnya benjolan teraba kecil, lama kelamaan

benjolan semakin besar.benjolan teraba keras, tidak nyeri dan tidak terasa panas.

Pasien mengatakan jika terlalu lama melipat kaki kadang terasa nyeri dan

kesemutan. Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam beraktifitas

termasuk berjalan ataupun berlari.

Riwayat Penyaki Dahulu :

Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :

6

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat penyakit atopic :

Tidak ada riwayat alergi

Riwayat Trauma dan Operasi :

Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan, patah tulang ataupun operasi

sebelumnya.

Resume Anamnesis :

Seorang pasien berusia 9 tahun datang ke poliklinik Orthopedi RSUD KRT

Setjonegoro dengan keluhan benjolan pada regio genu dextra dan sinistra.

Benjolan dirasakan sudah bertahun-tahun. Bernjolan teraba keras, tidak nyeri dan

tidak teraba panas. Awalnya benjolan kecil dan semakin lama semakin membesar,

jika terlalu lama melipat kaki kadang terasa nyeri dan kesemutan. Pasien tidak

mengalami keterbatasan gerak. Riwayat penyakit dahulu disangkal.riwayat

penyakit serupa disangkal. Riwayat atopik disangkal. Riwayat trauma disangkal.

C. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : baik, tampak sehat

Kesadaran : compos mentis

Vital Sign :

Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur

Respiratory rate : 28 x/menit

Suhu : 36,8 0C

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Berat Badan : 25 kg

Kulit

Warna coklat sawo matang, tidak terdapat adanya tanda-tanda peradangan, ikterus

tidak ada, edema umum tidak ada dan turgor baik kembali cepat.

7

Kepala

Bentuk : bulat, simetris, bentuk normochepal,

Rambut : rambut hitam distribusi merata lurus, tidak mudah

dicabut

Mata : visus normal, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek cahaya

positif, palpebra tidak edema, tidak eksoftalmus

Telinga : pendengaran normal, bentuk dan ukuran dalam

batas normal, sekret tidak ada, simetris

Hidung : bentuk dan ukuran normal, sekret tidak ada,

deformitas tulang hidung tidak ada.

Mulut : sianosis tidak ada, mukosa bibir tidak kering

Tenggorokan : uvula dan tonsila di tengah, faring tidak hiperemis

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada deformitas, tidak

ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding

dada, tidak ada jejas

Palpasi : nyeri tekan tidak ada, fokal fremitus sama kanan

dan kiri, pengembangan paru-paru simestris

Perkusi : sonor kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler kedua lapang paru, suara tambahan tidak ada

wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

8

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba

di SIC VI linea Axilaris anterior sinistra

Perkusi : batas jantung

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah : SIC V linea parasternalis dextra

Kiri atas : SIC III linea midclavicularis sinistra

Kiri bawah : SIC VI linea Axillaris anterior sinistra

Auskultasi : S1-S2, irama reguler, bunyi tambahan tidak ada,

bising tidak ada

Abdomen

Inspeksi : datar, simetris, tanda peradangan tidak ada

Auskultasi : peristaltik normal

Perkusi : tympani seluruh regio abdomen

Palpasi : nyeri tekan tidak ada, supel, lien tidak teraba,

hepar tidak teraba

Ekstremitas

Akral hangat, edema (-/-), CRT <2 detik

Status Lokalis regio Genu dextra dan sinistra

Look : tampak adanya massa, tidak bengkak, tidak kemerahan

Feel : teraba massa padat dan keras, tidak mobile, batas tegas, ukuran sulit

dinilai, bentuk sulit dinilai, tidak teraba panas, tidak ada nyeri tekan

Move : ROM baik, tidak terdapat keterbatasan gerak

D. Pemeriksaan Penunjang Foto Femur dextra dan sinistra tampak Genu AP/Lateral

9

10

11

12

Foto Femur dextra dan sinistra tampak Genu AP/Lateral

Struktur tulang baikTampak penonjolan tulang/pedunculated pada Femur Distal dextra dan sinistra, Tibia dan Fibula Proksimal dextra dan sinistraTak tampak lesi litik

Kesan : Pedunculated Osteochondroma pada Femur Distal dextra dan sinistra, Tibia dan Fibula Proksimal dextra dan sinistra.

13

E. DiagnosisOsteochondroma

F. Diagnosis BandingChondrosarkoma

Osteosarkoma

G. PenatalaksanaanPro tindakan pembedahan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiOsteokondroma berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan chondroma

yang berarti tumor jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor yang terdiri dari tulang

rawan hialin matur, sehingga osteokondroma dapat didefinisikan sebagai tumor jinak

pada tulang yang terdiri dari penonjolan tulang dewasa yang dilapisi tulang rawan

yang menonjol dari kontur lateral tulang endokondral. Osteokondroma dapat disebut

juga sebagai kondrosteoma atau osteokartilagenous eksotosis.1 Osteokondroma atau

dikenal juga dengan eksostosis dapat terjadi dalam bentuk lesi soradis yang soliter

atau dalam bentuk lesi yang luas sebagai bagian dari sindrom eksostosis herediter

multiple yang bersifat autosomal dominan. Eksostosis biasanya ditemukan ada akhir

usia anak-anak atau pada usia remaja.3 Osteokondroma merupakan tumor jinak

tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama ditemukan

pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Sebagian besar dari

penderita tumor ini biasanya tanpa gejala (asimptomatik), gangguan yang sering

muncul biasanya menyebabkan gejala mekanik tergantung lokasi dan ukuran dari

tumor tersebut.2

Gambar Perkembangan dari osteokondroma, dimulai dari kartilago epifisial

15

Sebagai lesi jinak, osteochondroma tidak memiliki kecenderungan untuk

metastasis. Dalam kurang dari 1% dari osteochondromas soliter, degenerasi ganas

dari tutup tulang rawan ke chondrosarcoma sekunder telah dijelaskan dan biasanya

ditandai dengan pertumbuhan awal tumor, lesi baru terasa sakit, atau pertumbuhan

yang cepat dari lesi.1

B. EtiologiOsteochondroma tulang kemungkinan besar disebabkan oleh salah satu cacat

bawaan atau trauma perichondrium yang yang menghasilkan herniasi dari fragmen

lempeng epifisis pertumbuhan melalui manset tulang periosteal. Meskipun etiologi

pasti dari pertumbuhan ini tidak diketahui, sebagian perifer fisis diduga mengalami

herniasi dari lempeng pertumbuhannya. Herniasi ini mungkin idiopatik atau mungkin

hasil dari trauma atau defisiensi dari cincin perichondrial. Apapun penyebabnya,

hasilnya adalah perpanjangan yang abnormal dari tulang rawan metaplastik yang

merespon faktor-faktor yang merangsang lempeng pertumbuhan dan dengan

demikian menghasilkan pertumbuhan yang exostosis. 4

Pulau-pulau tulang rawan mengatur ke dalam struktur yang mirip dengan

epiphysis Karena ini metaplastic cartilage dirangsang, terjadi pembentukan tulang

enchondral, dan terjadi pengembangan tangkai tulang. Histologi tulang rawan

mencerminkan, zona klasik didefinisikan diamati dalam pertumbuhan dari lempeng

yaitu yaitu, zona proliferasi, columniation, hipertrofi, kalsifikasi, dan pengerasan.

Teori ini diperkirakan untuk menjelaskan temuan klasik dari osteochondroma terkait

dengan pertumbuhan lempeng dan berkembang jauh dari fisis untuk tetap menjaga

kelangsungan meduler nya.

Karyotyping genetik telah menyarankan bahwa kelainan genetik direproduksi

berhubungan dengan pertumbuhan jinak dan bahwa mereka benar-benar dapat

mewakili proses neoplastik sejati, bukan yang reaktif. Penelitian ini masih pada

tahap awal, dan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.4

16

C. EpidemiologiFrekuensi

Frekuensi aktual osteochondroma tidak diketahui karena banyak yang tidak

didiagnosis. Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun, Rasio

laki-laki:perempuan adalah 3:1. Osteochondroma dapat terjadi dalam setiap

tulang yang mengalami pembentukan tulang enchondral, tetapi yang paling umum

di sekitar lutut.

seperti pada gambar di bawah.

Gambar Epidemiologi dari osteokondroma.4

Lokasi

Osteokondroma biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang panjang, dan

tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal

tibia(20%), dan humerus(2%). Osteokondroma juga dapat mengenai tulang

tangan dan kaki (10%) serta tulang pipih seperti pelvis (5%) dan scapula (4%)

walaupun jarang. Osteokondroma terdiri dari 2 tipe yaitu tipe bertangkai

(pedunculated) dan tipe tidak bertangkai (sesile). Tulang panjang yang terkena

biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis adalah tipe sesile. Tumor bersifat

soliter dengan dasar lebar atau kecil seperti tankai dan bila multiple dikenal

17

sebagai diafisial aklasia (eksostosis herediter multiple) yang bersifat herediter dan

diturunkan secara dominan gen mutan.2

D. PatofisiologiDitemukan adanya tulang rawan hialin didaerah sekitar tumor dan terdapat

eksostosis yang berbentuk didalamnya. Lesi yang besar dapat berbentuk gambaran

bunga kol dengan degenerasi dan kalsifkasi ditengahnya.

Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang (osteosit) dan

sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan abnormal ini awalnya

hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang dengan korteks dan

spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar makan akan tampak

sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengan komponen osteosit sebagai batangnya

dan komponen kondrosit sebagai bunganya.4

Tumor akan tumbuh dari metafisis, tetapi adanya pertumbuhan tulang yang

semakin memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis tulang.

Pertumbuhan ini membawa ke bentuk klasik “coat hanger” variasi dari

osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi terdekat. 4

Stadium (Staging) osteokondroma

Osteochondroma adalah lesi jinak dan dapat dikelompokkan berdasarkan staging berdasarkan muskuloskeletal Tumor Society (MSTS) untuk lesi jinak, sebagai berikut: 1

• Tahap I - lesi aktif atau statis

• Tahap II - lesi aktif tumbuh

• Tahap III - lesi aktif yang berkembang bahwa secara lokal destruktif / agresif

Rata-rata Osteochondroma berada pada stadium I atau II. Namun, deformitas sekunder yang signifikan untuk efek massa dapat terjadi di daerah seperti sendi

18

radioulnar dan tibiofibular. Meskipun klasifikasi ini tidak sempurna, lesi tersebut dapat dianggap lesi tahap III.

Gambar Solitary osteochondroma. Radiograf menunjukkan deformasi dari sendi

tibiofibular distal pada pasien dengan osteochondroma soliter.

E. Gambaran klinisTumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secara

kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama dan

membesar. Bila tumor ini menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akan

menimbulkan rasa sakit. Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur patologis

pada tangkai tumor,terutama pada bagian tangkai tipis. Kadang bursa dapat tumbuh

diatas tumor (bursa exotica) dan bila mengalami inflamasi pasien dapat mengeluh

bengkak dan sakit. Apabila timbul rasa sakit tanpa adanya fraktur, bursitis, atau

penekanan pada saraf dan tumor terus tumbuh setelah lempeng epifisis menutup

maka harus dicurigai adanya keganasan.5

Osteokondroma dapat menyebabkan timbulnya pseudoaneurisma terutama

pada a.poplitea dan a.femoralis disebabkan karena fraktur pada tangkai tumor di

19

daerah distal femur atau proximal tibia. Osteokondroma yang besar pada kolumna

vertebralis dapat menyebabkan angulasi kyfosis dan menimbulkan gejala

spondylolitesis. Pada herediter multipel exositosis keluhan dapat berupa massa yang

multipel dan tidak nyeri dekat persendian. Umumnya bilateral dan simetris.5

Gejala nyeri terjadi bila terdapat penekanan pada bursa atau jaringan lunak

sekitarnya. Nyeri biasanya disebabkan oleh efek, langsung mekanik, massa

osteochondroma pada jaringan lunak di atasnya. Hal ini dapat mengakibatkan

kantung terkait atau bursitis atas exostosis tersebut. Iritasi tendon sekitarnya, otot,

atau saraf dapat mengakibatkan rasa sakit . Nyeri juga dapat hasil dari fraktur tangkai

dari osteochondroma dari trauma langsung. Tutup tulang tangkai mungkin infark atau

mengalami nekrosis iskemik. 5

Gejala yang paling umum dari osteochondroma adalah benjolan tidak nyeri di

dekat sendi. Sendi lutut dan bahu lebih sering terlibat. Suatu osteochondroma dapat

terletak di bawah tendon. Ketika itu, patah jaringan di atas tumor dapat menyebabkan

aktivitas yang berhubungan dengan nyeri.

Suatu osteochondroma dapat terletak dekat saraf atau pembuluh darah, seperti

di belakang lutut. Ketika itu, mungkin ada mati rasa dan kesemutan pada ekstremitas

itu. Suatu tumor yang menekan pada pembuluh darah dapat menyebabkan perubahan

periodik dalam aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya pulsasi atau

perubahan dalam warna ekstremitas. Perubahan dalam aliran darah yang dihasilkan

dari suatu osteochondroma jarang terjadi. Benjolan yang keras dapat ditemukan pada

daerah sekitar lesi.6

F. DiagnosisPemeriksaan radiologis

Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) / narrow base

dan tidak bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe pedunculated, pada foto polos

tampak penonjolan tulang yang menjauhi sendi dengan korteks dan spongiosa

masih normal. Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan

20

komponen osteosit sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai bunganya.

Densitas penonjolan tulang inhomogen (opaq pada tangkai dan lusen pada

bunga). Terkadang tampak adanya kalsifikasi berupa bercak opaq akibat

komponen kondral yang mengalami kalsifikasi.7

Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai

eksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil disbanding

dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena sebagian besar tumor

ini diliputi oleh tulang rawan. Tumor dapat bersifat tunggal atau multiple

tergantung dari jenisnya. Untuk pemeriksaan radiologis dapat menggunakan:7

Foto Polos

Radiografi polos / foto polos adalah pemeriksaan penunjang dalam

pencitraan untuk osteochondroma. Radiograf dengan kualitas yang baik harus

diperoleh dalam 2 pesawat tegak lurus dengan ciri lesi sepenuhnya. Fitur

radiografi klasik termasuk orientasi lesi jauh dari fisis dan kontinuitas meduler

Lihat gambar di bawah.

21

 Gambar Foto AP dari osteochondroma pedunkulata femur distal.

Gambar Anteroposterior radiograf dari osteochondroma sessile humerus.

22

Gambar Foto AP Pedinculated dan Sessile osteochondroma

CT Scan

Pada tulang tertentu, seperti panggul dan tulang belikat, CT scan merupakan

tambahan yang berguna untuk melokalisasi lesi. Lokalisasi CT dapat berguna ketika

merencanakan reseksi atau tindakan pembedahan.

23

Gambar CT scan panggul menggambarkan osteochondroma soliter

Besar

Gambar CT scan dari osteochondroma sessile humerus

24

MRI (Magnetic resonance Imaging)

MRI diperlukan hanya dalam kasus-kasus yang curiga terjadinya keganasan

atau anatomi jaringan lunak yang relevan perlu digambarkan. MRI adalah modalitas

pilihan untuk menilai ketebalan tutup tulang rawan, seperti pada gambar di bawah.

Meskipun tidak merupakan indikasi mutlak, ketebalan dari cartilage cap

berhubungan dengan keganasan. Tebal cartilage cap yang > 2 cm adalah sugestif

degenerasi ganas, terutama jika manifestasinya berhubungan dengan nyeri.7

Gambar MRI sessile osteochondroma femur menunjukkan ketebalan tutup tulang

rawan.

Histopatologi

Merupakan gold standar pemeriksaan dalam menentukan osteochondroma.

Pemeriksaan histopatologi juga berguna untuk mengetahui apakah lesi tersebut

bersifat ganas atau tidak.

25

G. Diagnosa BandingChondrosarkoma

Adalah tumor ganas tulang dan tulang rawan. Paling banyak ditemukan pada

tulang pelvis, femur, iga, humerus, dan scapula. Tetapi selain itu juga dapat

ditemukan disemua tulang termasuk tulang-tulang kecil di tangan dan kaki.8

Gambaran radiologis : lesi luas tampak tidak teratur dengan tepi tulang yang

menghilang. Tumor berisi daerah kalsifikasi dengan gambaran seperti popcorn.8

Gambar Chondrosarkoma

Osteosarkoma

Merupakan tumor ganas primer pada tulang. Lokasi tumor terbanyak adalah di

distal, femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus. Tumor juga dapat

menyerang tulang pipih seperti pelvis, tengkorak, dan mandibula.8

Gambaran radiologi :

Gambaran detruksi tulang

Sunburst appearance

26

Codman triangle

Gambar Osteosarkoma “sunburst appearance”

Gambar Osteosarkoma “Codman Triangle”

27

H. Penatalaksanaan Apabila terdapat gejala penekanan pada jaringan lunak misalnya pembuluh

darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-tiba membesar disertai rasa nyeri maka

diperlukan tindakan operasi secepatnya, terutama bila hal ini terjadi pada orang

dewasa.8

Terapi Medis

Tidak ada terapi medis saat ini ada untuk osteochondroma. Andalan

pengobatan nonoperatif adalah observasi karena lesi kebanyakan tanpa gejala. Lesi

yang ditemukan secara kebetulan dapat diamati, dan pasien dapat diyakinkan.2

Terapi Bedah

Perawatan untuk gejala osteochondroma adalah reseksi. Perawatan harus

diambil untuk memastikan bahwa tidak ada tutup tulang rawan atau perichondrium

yang tersisa, jika tidak, mungkin ada kekambuhan. Idealnya, garis reseksi harus

melalui dasar tangkai, dengan demikian, seluruh lesi dihapus secara en blok. Lesi

atipikal atau sangat besar harus diselidiki sepenuhnya untuk mengecualikan

kemungkinan terpencil keganasan. MRI berguna dalam menilai ketebalan dari

cartilage cap.8

I. Komplikasi OsteokondromaFraktur

Fraktur pada osteochondroma adalah komplikasi yang tidak biasa yang

merupakan hasil dari trauma yang terlokalisir dan biasanya melibatkan dasar dari

tangkai lesi . Osteochondromas pedunkulata di lutut yang paling mungkin untuk

terjadinya fraktur. Selanjutnya, pembentukan kalus menyebabkan sklerosis

bandlike pada radiografi terjadi dengan penyembuhan. Tidak ada kejadian

signifikan nonunion yang dilaporkan. Menariknya, regresi atau resorpsi

28

osteochondroma soliter yang terjadi baik secara spontan dan setelah patah tulang

telah dilaporkan.4

Komplikasi Vaskuler

Komplikasi vaskular yang berhubungan dengan osteochondroma termasuk

kelainan pembuluh darah, stenosis, oklusi, dan pembentukan pseudoaneurysm.

Gejala klinis pada kasus kompromi vaskular termasuk rasa sakit, bengkak, dan

jarang klaudikasio atau massa berdenyut teraba biasanya mempengaruhi pasien

muda. Trombosis pembuluh darah atau oklusi dapat mempengaruhi baik sistem

arteri atau vena dan paling sering terlihat dalam pembuluh tentang lutut, terutama

arteri poplitea atau vena. Pseudoaneurysm formasi yang terkait dengan

osteochondroma pertama kali dilaporkan oleh Paulus pada tahun 1953. lokasi

dari kelainan komplikasi ini terutama mengenai arteri femoralis, brakialis, dan

arteri tibialis posterior, arteri poplitea . Komplikasi ini mempengaruhi pasien

muda di dekat akhir pertumbuhan tulang normal dan terjadi dengan lesi soliter

dan beberapa dengan frekuensi yang sama.4

Gejala Neurologis

Kompromi neurologis dapat dikaitkan dengan kedua (dasar tulang belakang atau

tengkorak) osteochondromas yang terjadi di vertebra atau di basis kranii. Lesi

perifer dapat menekan saraf, menyebabkan dop foot, dan keterlibatan saraf

peroneal dari fibula osteochondroma telah dilaporkan paling sering . Keterlibatan

saraf radialis juga telah dijelaskan. Osteochondromas yang terjadi pada dasar

tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk atau kepala dapat menyebabkan defisit

saraf kranial, radikulopati, stenosis tulang belakang, cauda equina syndrome, dan

myelomalacia.4

29

J. PrognosisUntuk osteochondroma soliter, hasil dan prognosis setelah operasi sangat baik, an

tingkat kekambuhan lokal kurang dari 2% tapi masih bisa terjadi keganasan. Hasil

yang lebih buruk biasanya berkaitan dengan morbiditas atau berhubungan dengan

deformitas tulang sekunder. 4

30

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis Osteochondroma ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis kasus ini seorang pasien bernama An.

Ahmad Sulaiman berusia 9 tahun datang ke poliklinik Orthopedi RSUD KRT

Setjonegoro dengan keluhan benjolan pada regio genu dextra dan sinistra. Benjolan

dirasakan sudah bertahun-tahun. Bernjolan teraba keras, tidak nyeri dan tidak teraba

panas. Awalnya benjolan kecil dan semakin lama semakin membesar, jika terlalu

lama melipat kaki kadang terasa nyeri dan kesemutan. Pasien tidak mengalami

keterbatasan gerak. Riwayat penyakit dahulu disangkal.riwayat penyakit serupa

disangkal. Riwayat atopik disangkal. Riwayat trauma disangkal.

Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa osteochondroma

sering terjadi/kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda kurang dari 20 tahun,

Rasio laki-laki:perempuan adalah 3:1. Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga

sering ditemukan secara kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan

sangat lama dan membesar. Nyeri biasanya disebabkan oleh efek, langsung mekanik,

massa osteochondroma pada jaringan lunak di atasnya, iritasi tendon sekitarnya, otot,

atau saraf dapat mengakibatkan rasa sakit. Gejala yang paling umum dari

osteochondroma adalah benjolan tidak nyeri di dekat sendi. Sendi lutut dan bahu

lebih sering terlibat. Suatu osteochondroma dapat terletak dekat saraf atau pembuluh

darah, seperti di belakang lutut, mungkin ada mati rasa dan kesemutan pada

ekstremitas karena terjadi penekanan pada saraf.

Pada pemeriksaan fisik terutama di regio Genu dextra dan sinistra didapatkan

pada Look : tidak tampak tanda-tanda peradangan, tidak tampak adanya massa. Feel :

31

teraba massa padat dan keras, tidak mobile, batas tegas, ukuran sulit dinilai, bentuk

sulit dinilai, tidak teraba panas, tidak ada nyeri tekan. Move : ROM baik, tidak

terdapat keterbatasan gerak.

Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa gejala yang paling

umum dari osteochondroma adalah benjolan tidak nyeri di dekat sendi. Pada

osteochondroma ditemukan massa padat tidak mobile dan tidak nyeri saat ditekan.

Pada pemeriksaan penunjang yaitu foto polos Femur dextra dan sinistra

tampak Genu AP/Lateral didapatkan gambaran struktur tulang baik. Tampak

penonjolan tulang/pedunculated pada Femur Distal dextra dan sinistra, Tibia dan

Fibula Proksimal dextra dan sinistra, penonjolan tampak sebagai benjolan

menyerupai bunga kol (cauliflower) dengan komponen osteosit sebagai batangnya

dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Tampak gambaran “coat hanger”. Tak

tampak lesi litik. Kesan : Pedunculated Osteochondroma pada Femur Distal dextra

dan sinistra, Tibia dan Fibula Proksimal dextra dan sinistra.

Hal ini juga sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa ada 2 tipe

osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) / narrow base dan tidak bertangkai

(sesile) / broad base. Pada tipe pedunculated, pada foto polos tampak penonjolan

tulang yang menjauhi sendi dengan korteks dan spongiosa masih normal. Penonjolan

ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen osteosit sebagai

tangkai dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Tumor akan tumbuh dari

metafisis, tetapi adanya pertumbuhan tulang yang semakin memanjang maka makin

lama tumor akan mengarah ke diafisis tulang. Pertumbuhan ini membawa ke bentuk

klasik “coat hanger” variasi dari osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi

terdekat.

32

BAB IV

KESIMPULAN

Osteokondroma berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan chondroma

yang berarti tumor jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor yang terdiri dari tulang

rawan hialin matur, sehingga osteokondroma dapat didefinisikan sebagai tumor jinak

pada tulang yang terdiri dari penonjolan tulang dewasa yang dilapisi tulang rawan

yang menonjol dari kontur lateral tulang endokondral. Osteokondroma dapat disebut

juga sebagai kondrosteoma atau osteokartilagenous eksotosis.

Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun, Rasio laki-

laki:perempuan adalah 3:1. Osteochondroma dapat terjadi dalam setiap tulang yang

mengalami pembentukan tulang enchondral, tetapi yang paling umum di sekitar lutut.

Gejala yang paling umum dari osteochondroma adalah benjolan tidak nyeri di dekat

sendi. Lutut dan bahu lebih sering terlibat.

Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secara

kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama dan

membesar. Bila tumor ini menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akan

menimbulkan rasa sakit. Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur patologis

pada tangkai tumor,terutama pada bagian tangkai tipis.

Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) / narrow base dan

tidak bertangkai (sesile) / broad base. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan

pemeriksaan penunjang berupa foto polos, CT Scan, atau bahkan MRI.

Untuk osteochondroma prognosis setelah operasi sangat baik dan tingkat

kekambuhan lokal kurang dari 2%. Tapi masih terdapat kemungkinan menjadi

keganasan.

33

DAFTAR PUSTAKA

Newman, M.A. 2002. Dorland: Kamus kedokteran. Jakarta : EGC

Appley, A.G & L. Solomon. 2002. Appley System Of Orthopaedics And Fractures. Oxford: ELBS

Robbins & cotran. 2005. Buku saku Dasar Patologi Penyakit (735-736). Jakarta: EGC

Allan, G & Blonchi, S, et al. 2004. Paediatric Musculoskeletal Disease. Cambridge: Cambridge University Press.

Schmall, G.A. et al. 2008. Hereditery Multiple Osteochondroma. Seattle: NCBI Book Shelf.

Dickey, I.D. 2011. Solitary Osteochondroma. Eastern maine medical centre. www. Medscape. Com. Diakses tanggal: 21 Januari 2016.

Murphey, M. Et al. 2000. Imaging of osteochondroma : Variant complication with radiologic corelation.

Weiner, D.S. 2004. Paediatric Orthopaedic For Primary Care Physician 2nd ed. New York : Cambridge University Press

34