PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

35
PRESENTASI KASUS FRAKTUR CLAVICULA DAN COSTA Dokter Pembimbing : dr. Ita Rima Rahmawati, Sp.Rad Disusun Oleh : Anindita Candra Dewi 20110310062

Transcript of PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Page 1: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

PRESENTASI KASUS

FRAKTUR CLAVICULA DAN COSTA

Dokter Pembimbing :

dr. Ita Rima Rahmawati, Sp.Rad

Disusun Oleh :

Anindita Candra Dewi

20110310062

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGIPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Page 2: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Rejosari, Pulutan, Sidorejo

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 24 Desember 2015

No RM : 15-16-320180

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : nyeri pada tangan kiri dan sulit untuk digerakkan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan nyeri pada tangan kiri.

Dari anamnesis dengan pengantar pasien, diketahui sekitar 30 menit sebelum masuk

rumah sakit pasien mengalami kecelakaann lalu lintas motor vs motor. Saat kejadian

pasien pingsan dan tidak bisa mengingat kejadian kecelakaannya. Pasien mengeluh

bahwa nyeri yang dirasakan terasa saangat sakit, bahkan ketika tangan kirinya

digerakkan sedikit saja sudah terasa nyeri. Pasien mengeluhkan pusing namun tidak

merasakan mual dan muntah. Pasien menyangkal mengkonsumsi alkohol sebelum

kecelakaan terjadi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama : (-)

Page 3: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

Riwayat personal sosial :

Pasien merupakan seorang guru salah satu sekolah dasar di Salatiga. Pasien

tinggal dirumah bersama istri dan ketiga anaknya. Kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol dan obat-obatan terlarang disangkal. Kesan ekonomi cukup.

Anamnesis sistem

Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan

Sistem respiratous : tidak ada keluhan

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

Sistem muskuloskeletal : pasien merasakan nyeri yang sangat berat di tangan kiri

setelah mengalami kecelakaan. Tangan kiri tidak bisa

digerakkan.

Sistem integumentum : tidak ada keluhan

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan Umum : Sedang

Page 4: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Tingkat Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign

Tekanan Darah : 125/77 mmHg

Denyut Nadi : 74 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Suhu : 36,0 °C

Frekuensi nafas : 24 x/menit

Pemeriksaan Sistemik

Kepala – Leher : Normocephal, oedem periorbita (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), sianosis (-), pembesaran kelenjar getah bening (-/-),

Thoraks

Pulmo :

- Normothoraks

- Simetris kanan - kiri

- Retraksi dinding dada (-/-)

- Nyeri tekan (-/-)

- Bunyi tambahan : RBK (-/-),

wheezing (-/-)

Cor :

Bunyi jantung I-II murni, regular

Murmur (-)

Gallop (-)

Abdomen : supel (+), distensi (-), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 dtk, edema (-/-)

Status Lokalis:

a. Look : deformitas (+), bengkak (+)

b. Feel : nyeri tekan (+), pulsasi bag distal trauma (+)

c. Move : passive movement (ROM terbatas)

Page 5: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Lekosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

Kimia

GDS

Ureum

Creatinin

SGOT

SGPT

HBs Ag (rapid)

13.3

44.3

4.95

10,21

270

89,5

26,9

30,1

114

31

0,7

33

30

Negative

12 - 16 g/dL

38.00 – 47.00 %

4 - 5 10̂ 6/uL

4.5 - 11 10̂ 3/uL

150 – 45 10̂ 3/ul

85 - 100 fL

28 - 31 pg

30 – 35 g/dl

80 – 144 mg/dl

10 – 50 mg/dl

0.6 – 1.1 mg/dl

< 31 U/l

< 32 U/l

Negative

Page 6: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Pemeriksaan Radiologi

Gambar 1. Foto Thorax pada proyeksi AP

Foto thorax, AP view, inspirasi cukup, kondisi foto keras

Interpretasi hasil :

Corakan bronkovaskuler di kedua pulmo dalam batas normal

Tak tampak area lusensi tanpa corakan vasculer di kedua pulmo

Diafragma dextra et sinistra tampak licin

Tak tampak penebalan pleural space bilateral

Cor, CTR < 0,5

o Tampak diskontinuitas complete pada os clavicula sinistra pars media, cum

contractionum

Page 7: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

o Tampak diskontinuitas pada costa 4 dan 6 posterior sinistra, cum

contractionum

Kesan :

Complete fraktur pada Os Clavicula sinistra pars media, sum

contractionum

Complete fraktur costa 4 dan 6 posterior sinistra, cum contractionum

Tak tampak gambaran hidropneumothorax

Besar cor dalam batas normal

Gambar 2. Foto clavicula sinistra proyeksi AP

Foto clavicula sinistra, AP view, kondisi foto cukup

Interpretasi hasil :

Page 8: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Tampak diskontinuitas pada os clavicula sinistra pars media, aposisi dan

aligment cukup

Tampak diskontinuitas pada costa 4 dan 6posterior sinistra, aposisi dan

aligment cukup

Caput humeri berada dalam fossa glenoidea

Tak tampak penyempitan joint space

Kesan :

Fracture clavicula sinistra pars media, aposisi dan aligment cukup

Fracture costa 4 dan 6 posterior sinistra, aposisi dan aligmnet cukup

Tak tampak dislokasi shoulder joint space

Gambar 3. Foto cranium proyeksi AP dan lateral

Foto cranium AP/lateral view, kondisi foto cukup

Interpretasi hasil :

Tak tampak diskontinuitas pada os nasal

Page 9: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Tak tampak diskontinuitas pada sistema tulang yang tervisualisasi

Tak tampak diskontinuitas pada os mandibularis, maxillaris dan os nasal

Tampak hipertrofi concha nasalis bilateral, tak tampak deviasi septum nasi

Tak tampak gambaran thumb printing pada os calvaria

Kesan :

Hipertrofi concha nasalis bilateral, tak tampak deviasi septum nasi

Tak tampak fracture pada sistema tulang yang tervisualisasi

Tak tampak tanda-tanda penongkatan TIK

V. DIAGNOSIS KLINIS

CKR

Fraktur clavicula sinistra

VI. DIAGNOSIS RADIOLOGI

Fraktur clavicula sinistra pars media

Fracture costa 4 dan 6 posterior sinistra

VII. TERAPI

Infus RL 20 tpm

Inj Ceftriaxon 2.1amp

Inj Citicolin 2. 500 mg

Inj Ketorolac 3. 1amp

Inj Ondancetron 2.1amp

Inj Ranitidin 2.1 amp

Page 10: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Osteologi

Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan tipis, lebih

lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga lateral. Pada potongan axial,

struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas telihat. Tulang klavikula berbentuk

seperti huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk

cekung. Pada proyeksi axial, tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai

permukaan yang datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti

tabung dan tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur

penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling sering terjadi

fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas daerah transisi tulang

klavikula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan jelas

Gambar 1. Osteologi Klavikula

Ligamen medial

Page 11: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Bulbus-bulbus pada ujung medial klavikula menyokong sendi sternoclavicular.

Terdapat beberapa lapis dari ligamen tersebut yang mendukung sendi tersebut, yang sangat

diperlukan secara anatomis apabila terjadi fraktur dan pergeseran tulang.

Ligamen kapsul

Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular menunjukkan suatu ligamen

kapsul. Penebalan ini terdapat pada sisi anterosuperior dan posterior dari kapsul. Ligamen-

ligamen ini mungkin merupakan persendian sternoclavicular yang paling kuat dan yang

menghambat pergeseran superior dari sisi medial klavikula, dan pergeseran inferior pada sisi

ujung lateral klavikula. Kapsul posterior ditetapkan sebagai struktur yang paling penting

dalam menahan pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi

sternoclavicular.

Gambar 2. Ligamen sternoclavicular yang kuat menopang klavikula pada posisi yang tepat.

Page 12: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Gambar 3. Ligamen Glenohumeral.

Gambar 4. Ligamen Sternoclaviular.

Ligamen interclavicula

Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula sampai sisi superior

sternum sampai kontralateral dari klavikula. Ligamen tersebut merenggang pada saat bahu

diangkat tetapi menghambat pergeseran yang menurun dari ujung lateral klavikula.

Ligamen costoclavicula

Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari bagian atas

dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai bagian inferior dari

klavikula. Kadang-kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian medial klavikula yang

menjadi tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan studi tentang anatomi, serat-serat

ligamen costoclavicular menstabilkan medial klavikula melawan rotasi keatas dan kebawah.

Ligamen coracoclavicular

Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal, dan kuat yang berjalan

dari dasar dari processus coracoid dari scapula sampai bagian inferior dari lateral klavikula.

Ligamen trapezoid menempel pada tonjolan tulang yang spesifik, sedangkan ligamen conoid

yang lebih medial berinsersi pada conoid tubercle. Ligamen-ligamen ini memberikan fungsi

yang penting sebagai suspensi dari korset bahu pada klavikula.

Ligamen Acromioclavicular

Page 13: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Kapsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-ligamen acromioclavicular.

Pada bagian superior, dan pada bagian posterosuperior, ligamen tersebut menahan pergeseran

anteroposterior dari distal klavikula. Studi biomekanis yang terbaru menyebutkan bahwa

kapsul acromioclavicular menahan translasi anterior-posterior.

Anatomi otot

Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula. Pada bagian

medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut dari fraktur klavikula

yang paling penting, yaitu pada superomedial klavikula dengan origo pada

sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan klavikula, origo tersebut di konversikan

kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi elevator medial klavikula. Pada permukaan

bawah pertengahan klavikula merupakan titik insersi dari otot subclavius. Pada bagian lateral,

anterior klavikula merupakan tempat dari origo deltoid bagian anterior dengan klavikula

bagian posterosuperior juag menjadi insersi tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang

penting yang berhubungan dengan anatomi klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi

pada jaringan subcutan pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas deltoid dan

pectoralis mayor dan menyilang pada permukaan anterior superfisial klavikula sebelum

berinsersi pada mandibula, kulit, dan otot mulut.

Anatomi Neurovaskular

Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular dibagi

menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling utama yaitu saraf

supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut berorigo sebagai trunkus

pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus tersebut dibagi menjadi anterior,

pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi permukaan superfisial dari bagian dalam

klavikula sampai platysma. Jupiter dan Ring merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf

supraclavicular selama pendekatan bedah pada pertengahan klavikula.

Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang pelindung pleksus

brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik, permukaan superior dari pertengahan

klavikula membentuk batas inferior dari segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga tersebut yang

penting adalah pleksus brachialis dan arteri subclavia

Page 14: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Gambar 5. Pleksus brachialis.

.

2.2 Definisi

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan

epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang

mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaaan trauma yang dapat

menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan

tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah

Page 15: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

kerusakan dari tulang klavikula (biasanya disebut dengan tulang selangka). Tulang tersebut

menghubungkan sternum ke bahu.12

Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :

• Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering terjadi.

• Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan klavikula dengan bahu.

• Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan klavikula dengan sternum.

2.3 Etiologi

a. Trauma langsung : trauma bahu→ hantaman langsung ke bahu atau adanya

tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.

Contoh : kecelakaan lalu lintas

b. Trauma tidak langsung : outstreched hand → akibat jatuh dengan posisi

lengan terputar/tertarik keluar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan

tangan sampai clavicula.

Trauma tidak langsung

Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allmanmenjelaskan bahwa mekanisme

trauma fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh dengan bahu sebagai

tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung merupakan penyebab utama fraktur

klavikula. Stanley et al meneliti 122 pasien yang terkena fraktur klavikula, 87% terjadi

dengan bahu sebagai tumpuan, dan hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak

ditemukan hubungan antara lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama

penyebab fraktur klavikula adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur klavikula,

diperlukan ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas

secara signifikan terulur ke bahu, akan menyebabkan ketegangan dan bukan kompresi yang

menyebabkan fraktur klavikula

Page 16: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

Gambar 6. Mekanisme trauma paling sering terjadi pada fraktur klavikula adalah trauma pada

superolateral bahu

Trauma langsung

Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula rentan

terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna. Mekanisme tersebut

dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Karena trauma langsung tidak

tergantung dari kekuatan otot atau posisi lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena.

Aktivitas olahraga dapat menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk

bersepeda maupun bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa

bersepeda merupakan penyebab utama terjadinya fraktur klavikula baik pada laki-laki

maupun perempuan.

2.4 Patogenesis

Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun

ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula

bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian

Page 17: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur

dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang teletak

dibawah kulit (subcutan) maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah (Hahn B,

2007).

2.5 Klasifikasi

Lokasi patah tulang pada clavicula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 1967 dan

dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang clavicula menjadi 3

kelompok:

1. Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang clavicula (insidensi

kejadian 75-80%) pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya

terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2 : patah tulang clavicula pada sepertiga distal (15-25%).

Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni

(yakni, conoid dan trapezoid).

a. Tipe 1 : Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan

tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.

b. Tipe 2A : Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan

ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

c. Tipe 2B : Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya

d. Tipe 3 : Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.

e. Tipe 4 : Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal

berpindah keatas.

f. Tipe 5 : Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

Page 18: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

3. Kelompok 3 : patah tulang clavicula pada sepertiga proksimal (5%) pada

kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler

Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak membagi

berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua variabel tersebut sangat

potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.

Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe :

• Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.

• Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen trapezoid utuh

sampai ke segmen distal.

• Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal.

• Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.

• Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular.

Subgrup tipe III yaitu:

Type I: Pergeseran minimal.

Type II: Bergeser .

Type III:Intraarticular.

Type IV: Terpisah pada epifisis.

Type V: Komunitif

Page 19: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

2.6 Gejala Klinik

Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan

jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan.

Fraktur klavikula sangat mudah didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena jaringan

subkutis yang sangat tipis. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah

fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit

yang menonjol akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat

disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang

mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula

dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama pada arteri

subklavia

2.7 Diagnosis

Gejala Klinis

Diagnosis dari fraktur clavicula biasanya didasari dari mekanisme kecelakaan dan lokasi

adanya ekimosis, deformitas, ataupun krepitasi. Pasien biasanya mengeluh nyeri setelah

terjadinya kecelakaan tersebut dan sulit untuk mengangkat lengan atau bahu. Fraktur pada

bagian tengah clavicula, pada inspeksi bahu biasanya asimetris, agak jatuh kebawah, lebih

kedepan ataupun lebih ke posterior (Trurnble TE, et al, 2006).

b. Pemeriksaan Radiologi: Foto Polos

- Mid Clavicula proyeksi standar anteroposterior (AP).

- Medial Clavicula dan Sternoclavicula Joint proyeksi standar PA,

lateral, oblique.

- Lateral Clavicula dan Acromioclavicula Joint proyeksi standar AP.

2.8 Pemeriksaan Radiologi

Page 20: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

2.9 Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai

penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa

kelainan bentuk.Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani dengan metode

tanpa operasi.Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah

tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara

reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan

berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,

menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap

klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi

terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus

dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligament

coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling dan pembatasan

gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen coracoclavicular,

akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.

Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus

menghindari aktivitas yang berat.Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan

yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian

setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak

perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan

tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase

remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah

berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh,

dan kekuatan kembali normal

Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup lama.

Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan arm sling selama 6 minggu. Selama

masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang

yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang,

dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. Atau mobilisasi pada tulang untuk

mempercepat penyembuhan. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan

(immobilisasi) (Trurnble TE, et al, 2006).

Imobilisasi bisa dilakukan melalui :

a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Page 21: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang

patah Modifikasi spika bahu (gips clavicula) atau balutan berbentuk angka

delapan atau strap clavicula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik

bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap clavicula,

ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap

pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau

c. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota, gerak pada

tempatnya.

d. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau

batang logam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with internal

fixation (ORIF).

e. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah

dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik

2.10 Komplikasi

1) Komplikasi dini

• Cedera pembuluh darah : Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal

atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.

• Pneumouthorax

• Haemothorax

• Cedera pleksus Brachialis

2) Komplikasi lanjut

• Malunion: Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu

semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa

Page 22: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik,

dimana fungsi dari bahu masih normal. Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang

lebih dari 15 mm dapat menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari

fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk

memperbaiki deformitas tersebut.

• Nonunion: didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi

selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan

klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar 0,9 %

sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak adekuat,

fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan

adanya refaktrur.

2.11 Prognosis

Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat ringannya

trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia penderita. Pada

anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara pada orang

dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat

diminimalisir. Fraktur clavicula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih

buruk daripada pognosis fraktur clavicula murni (Trurnble TE, et al, 2006).

Page 23: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

BAB III

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan nyeri di

daerah punggung sejak ± 2 bulan SMRS. Selain itu pasien juga mengeluh sesak napas,

dimana keluhan tersebut sudah dialami selama bertahun-tahun. Pasien juga merasa lemas

pada kedua tungkai sehingga menyebabkan pasien tidak kuat berjalan sejak ± 3 hari SMRS.

Pasien hanya tiduran saja, bahkan untuk duduk juga tidak kuat. Pasien mengatakan bahwa

nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pasien menyangkal pernah menderita keringat dingin

pada malam hari dan trauma pada tulang belakang. Mual (-), muntah (-).

Pasien juga pernah berobat ke RSUD Ambarawa ± 1 tahun yang lalu dengan keluhan

yang sama yaitu nyeri punggung dan sesak napas disertai dengan batuk lama. Pasien

mendapat terapi OAT selama 6 bulan tetapi baru 1 bulan minum OAT pasien sudah tidak

kuat. Pasien merasa lemas, pusing, dan nafsu makan berkurang sehingga pasien memutuskan

untuk berhenti minum obat OAT.

Dari anamnesis serta pemeriksaan lainnya mendukung diagnosis TB Paru dari pasien

tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan teori penegakan diagnosis dari TB Paru yaitu

adanya riwayat batuk lama (lebih dari 2 minggu), pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi

basah kasar (+/+).

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya RBK pada pulmo kanan dan kiri, wheezing

(-). Dari hasil pemeriksaan hematologi didapatkan adanya peningkatan lekosit, LED1 dan II,

serta hitung jenis basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Dari pemeriksaan radiologi

didapatkan perselubungan semiopaq inhomogen dengan peningkatan corakan

bronchovaskular di kedua pulmo, dominan di lobus superior pulmo dengan air bronchogram

(+) dimana menyokong gambaran TB Paru aktif lesi luas dan tampak compressi corpus V.TH

Page 24: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

12 grade 3 dengan tanda infeksi di sekitarnya mengarah gambaran et causa infeksi proses

spesifik (Spondylitis TB).

Page 25: PRESENTASI KASUS RADIOLOGIX

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Zulkifli, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. dalam: Aru W. Sudoyo (ed.) et. al.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 11 edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. 2006.

2. Dewi lk, edi a, suarthana e, spondilitis tuberkulosa, in mansjoer a,

suprohaita,wardhani wi, setiowulan w, eds, kapita selekta kedokteran media

aesculapius,jakarta

3. Jose A Hidalgo, MD, George Alangaden, MD. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis)

in: http://www.emedicine.medscape.com

4. Price Sylvia A. dan Mary P. Standridge. Tuberkulosis Paru. dalam: Sylvia A. Price,

Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 6.

Jakarta: EGC. 2005.

5. Wim de jong, spondilitis tbc, dalam buku ajar ilmu bedah, jakarta