Uu Etika Presentasi
-
Upload
putri-nur-handayani -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
Transcript of Uu Etika Presentasi
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
1/65
KELOMPOK2D
Rahmi sertiana N
1111102000085
Inten Novita Sari
1111102000087
Askandari
1111102000089 Rizka Nurbaiti
1111102000091
Aditya Ramadhan
1111102000093
Nova Sari Aulia
1111102000098 M.A.W Khairurijal
1111102000102
Ana Yuliana
1111102000109
Niekha Zoelinna
1111102000109
Khairunisa
1111102000117 Khairul Bahtiar
1111102000096
Rian Hidayat
1111102000100
Vina Fauziah
1111102000100 Putri Nur Handayani
1111102000114
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
2/65
PENDAHULUAN
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
3/65
Menurut peraturan pemerintah RI no. 51 tahun 2009Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulussebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker. Secara umum obat dapat diartikan sebagai semua
bahan tunggal/campuran yang dipergunakan olehsemua mahluk hidup untuk bagian dalam maupun luar,guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkanpenyakit.
Sedangkan menurut UU
Obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yangdimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan,menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka ataukelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atauhewan, untuk memperelok badan atau bagian badanmanusia.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
4/65
DASAR PELAYANAN OBAT
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
5/65
PELAYANANINFORMASIOBAT(PIO)
UU No 36 tahun 2009 dan PP 51 tahun 2009
Kemenkes No 1197 tahun 2004 BAB VI mendefinisikan PIOsebagai kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apotekeruntuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan
terkini, baik kepada dokter, apoteker, perawat, profesikesehatan lainnya dan pasien.
Pelayanan Informasi Obat dalam implementasi kode etikapoteker Indonesia tertuang dalam pasal 7, seorang Apotekerharus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
6/65
PP no 20 tahun 1996 tentang sumpah apoteker
disebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya,
apoteker tidak boleh terpengaruh agama, bangsa,
suku, politik dan kedudukan sosial.
Undang-undang No 36 tahun 2009 serta pada PP
51 tahun 2009 menyebutkan bahwa PIO termasuk
dalam pekerjaan kefarmasian
Pelayanan Obat Resep
Permenkes No. 347 tahun 1990
Permenkes No. 924 tahun 1993
Pelayanan Obat Non-Resep
Permenkes No. 24 tahun 1993
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
7/65
KODE ETIK
Sesuai kode etik apoteker Indonesia pasal 7 :
Menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Kode etik apoteker Indonesia Pasal 3 : Setiap
Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
8/65
TUGAS DAN KEWAJIBAN APOTEKER
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
9/65
BAB I
Kewajiban Umum
Pasal 1: Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, danmengamalkan Sumpah/Janji Apoteker
Pasal 2 : Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguhmenghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
Pasal 3 :Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinyasesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakankewajibannya.
Pasal 4 :Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangandi bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
10/65
Pasal 5 :Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harusmenjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6 :Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh
yang baik bagi orang lain.Pasal 7 :Seorang Apoteker menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8 :Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembanganperaturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan di bidang farmasi pada khususnya.
BAB II
Kewajiban apoteker terhadap Pasien
Pasal 9 :Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasianharus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak
asasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
11/65
BAB III
Kewajiban apoteker terhadap Teman Sejawat
Pasal 10 : Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiriingin diperlakukan.
Pasal 11 : Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasihati untukmematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Pasal 12 :Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkankerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatankefarmasian serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
Kewajiban Apoteker terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya
Pasal 13 :Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun danmeningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan lain.
Pasal 14 :Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yangdapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lainnya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
12/65
BAB V
Penutup
Pasal 15 :Setiap Apoteker bersungguh-sungguh
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-
hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tidak
sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik
Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesifarmasi yang menanganinya (IAI) dan mempertanggung-
jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
13/65
Selain dari hal diatas, juga telah dibahas Tugas dan Kewajiban seorangApoteker Apotek.
1. Bertanggungjawab atas proses pembuatan obat,meskipun obat dibuat oleh asisten apoteker.
2. Kehadirannya di tempat bertugas diatur oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
3. Wajib berada di tempat selama jam apotek buka.
4. Wajib menerangkan ke konsumen tentang kandunganobat yang ditebus. Penjelasan ini tidak dapatdiwakilkan kepada asisten atau petugas apotek.
5. Membahas dan mendiskusikan resep obat langsungkepada dokter, bukan asisten atau petugas apotek.
6. Wajib menjaga kerahasiaan resep pasien.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
14/65
ETIKA APOTEKER DI RUMAH SAKIT
E A P O R
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
15/65
ETIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDIRUMAH
SAKIT
Klasifikasi aktivitas apoteker (American Pharmacists Assoc iation/APha) baik apotekerrumah sakit maupun di apotek:
Memastikan terapi dan hasil yang sesuai Memastikan farmakoterapi yang sesuai
Memastikan kepahaman/kepatuhan pasien terhadap rencana pengobatannya
Monitoring dan pelaporan hasil
Dispensing obat dan alat kesehatan
Memproses resep atau pesanan obat Menyiapkan produk farmasi
Mengantarkan obat atau alat kesehatan
Promosi kesehatan dan penanggulangan penyakit Pengantaran jasa penanggulangan klinis
Pengawasan dan pelaporan issue kesehatan masyarakat
Promosi penggunaan obat yang aman dalam masyarakat
Manajemen sistem kesehatan Pengelolaan praktek
Pengelolaan pengobatan dalam sistem kesehatan
Pengelolaan penggunaan obat dalam sistem kesehatan
Partisipasi dalam aktivitas penelitian
Kerjasama antardisiplin
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
16/65
ETIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDI
RUMAHSAKIT
apoteker bertanggung jawab langsung pada pasien
tentang biaya, kualitas, dan hasil pelayanan
kefarmasian. Dalam aplikasi praktek pelayanan
kefarmasian untuk keselamatan pasien terutama
medication error adalah menurunkan risiko danpromosi penggunaan obat yang aman.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
17/65
ETIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDI
RUMAHSAKIT
Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika
melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker
yang sudah terlatih.
Oleh sebab itu sangat penting bagi seorang apoteker
yang akan memberikan pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) untuk membekali diri sebaik-
baiknya dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilanyang diperlukan.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
18/65
ETIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDIRUMAHSAKIT
Saat ini di negara-negara maju sudah ada apoteker dengan spesialisasi
khusus menangani medication safety.Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (MedicationSafety Pharmacist)
meliputi:
Mengelola laporan medication error.
Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk.
Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi.
Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin
medication safety.
Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication
error. Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan.
Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan
insiden yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis.
Cont....
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
19/65
ETIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDI
RUMAHSAKIT
Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untukmenggalakkan praktek pengobatan yang aman. Mengembangkan program pendidikan untuk
meningkatkan medication safety dan kepatuhanterhadap aturan/SOP yang ada.
Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungandengan medication safety.
Komite Keselamatan Pasien RS.
Dan komite terkait lainnya.
Terlibat didalam pengembangan dan pengkajian
kebijakan penggunaan obat. Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan
Keselamatan Pasien yang ada.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
20/65
ETIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDIRUMAH
SAKIT
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses
yang meliputi :
Pemilihan
Pengadaan Penyimpanan
Skrining Resep
Dispensing
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Penggunaan Obat
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
21/65
RUMAHSAKIT
PROSEDURPELAPORANKESALAHAN
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang
sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris
terjadi.
Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja atau
staf farmasi yang pertama kali menemukan
kejadian atau terlibat dalam kejadian.
Pelaporan dilakukan dengan mengisi Formulir
Laporan Insidenyang bersifat rahasia.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
22/65
DIRUMAHSAKIT
Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/Kejadian Sentinel) terkait dengan
pelayanan kefarmasian, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah/ditangani)untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak diharapkan.
Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi
Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Apoteker
penanggung jawab dan jangan menunda laporan (paling lambat 2 x 24
jam).
Laporan segera diserahkan kepada Apoteker penanggung jawab.
Apoteker penanggung jawab memeriksa laporan dan melakukan grading
risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akandilakukan :
Grade biru
Grade hijau
Grade kuning
Grade merahCont....
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
23/65
ALURPELAPORANINSIDENKETIMKESELAMATAN
PASIEN(KP) DIRUMAHSAKIT
Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS. Tim KP di RS akan menganalis kembali hasil investigasi dan Laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutanRoot Cause Analysis (RCA) dengan melakukan Regrading.
Untuk Grade kuning/merah, Tim KP di RS akan melakukan RootCause Analysis (RCA).
Setelah melakukan Root Cause Analysis (RCA), Tim KP di RS akanmembuat laporan dan Rekomendasi untuk perbaikan sertapembelajaran berupa: Petunjuk/Safety alert untuk mencegahkejadian yang sama terulang kembali.
Hasil Root Cause Analysis (RCA), rekomendasi dan rencana kerjadilaporkan kepada Direksi.
Rekomendasi untuk Perbaikandan Pembelajarandiberikan umpanbalik kepada instalasi farmasi.
Apoteker penanggung jawab akan membuat analisis dan trenkejadian di satuan kerjanya.
Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
KATEGORI KESALAHAN DALAM PEMBERIAN
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
24/65
KATEGORIKESALAHANDALAMPEMBERIAN
OBAT
Pasien mengalami reaksi alergi.
Kontraindikasi. Obat kadaluwarsa.
Bentuk sediaan yang salah.
Frekuensi pemberian yang salah.
Label obat salah / tidak ada / tidak jelas. Informasi obat kepada pasien yang salah / tidak jelas.
Obat diberikan pada pasien yang salah.
Cara menyiapkan (meracik) obat yang salah.
Jumlah obat yang tidak sesuai.
ADR ( jika digunakan berulang).
Rute pemberian yang salah.
Cara penyimpanan yang salah.
Penjelasan petunjuk penggunaan kepada pasien yang
salah.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
25/65
PERMASALAHANDALAMPENCATATANDAN
PELAPORAN
Yang bertangggungjawab dalam pencatatan laporan
adalah :
Staf IFRS/Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya yang
pertama menemukan kejadian atau supervisornya. Staf IFRS/ Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya yang
terlibat dengan kejadian atau supervisornya.
Staf IFRS/ Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya yang
perlu melaporkan kejadian.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
26/65
MASALAHYANGDIHADAPIDALAMPENCATATANDAN
PELAPORANKEJADIAN
Laporan dipersepsikan sebagai pekerjaanperawat.
Laporan sering tidak diuraikan secara rinci karena takut
disalahkan.
Laporan terlambat. Laporan kurang lengkap (cara mengisi formulir salah,
data kurang lengkap).
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
27/65
HAL-HALYANGPERLUDILAKUKANDANYANGTIDAK
BOLEHDILAKUKAN:
Jangan melaporkan insiden lebih dari 24 jam.
Jangan menunda laporan insiden dengan alasan
belum ditindaklanjuti atau ditandatangani.
Jangan menambah catatan medis pasien bila telah
tercatat dalam laporan insiden.
Jangan meletakan laporan insiden sebagai bagian
dari rekam medik pasien.
Jangan membuat salinan laporan insiden untukalasan apapun.
Catatlah keadaan yang tidak diantisipasi.
HAMBATAN DALAM PENCATATAN DAN
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
28/65
HAMBATANDALAMPENCATATANDAN
PELAPORAN
Pandangan bahwa kesalahan adalah suatu kegagalan dan
kesalahan dibebankan pada satu orang saja.
Takut disalahkan karena dengan melaporkan KTD, KNC,
dan Kejadian.
sentinel akan membeberkan keburukan dari personal atau
tim yang ada dalam rumah sakit/sarana pelayanan
kesehatan lain.
Terkena risiko tuntutan hukum terhadap kesalahan yang
dibuat.
Laporan disebarluaskan untuk tujuan yang merugikan.
Pelaporan tidak memberi manfaat langsung kepada
pelapor.
Kurangnya sumber daya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
29/65
ETIKA APOTEKER DI APOTEK
TIKA APOTEKER DALAM PELAYANAN OBAT DI
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
30/65
TIKAAPOTEKERDALAMPELAYANANOBATDIAPOTEK
Pelayanan kefarmasian saat ini mengacu kepada
Pharmaceutical Care
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.
Pelayanan pasien meliputi (Kepmenkes No.1027/Menkes/SK/IX/2004):
1. Pelayanan resep. Mencakup ;
skrining administrative resep,
Skrining kesesuaian farmasetik, serta Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
2. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai
sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
31/65
3. Promosi dan Edukasi. Dalam rangka pemberdayaan
masyarakat. Apoteker harus ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet, brosur,
poster, penyuluhan, dan lain lainnya.4. Pelayanan Residensial (home care). Yaitu pelayanan
apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian
di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Untuk
aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatanpengobatan (medication record).
Adapun tujuan dari pemberian informasi kepada pengunjung
apotek adalah mengoptimalkan hasil terapi obat dan tujuan
medis dari terapi obat dapat tercapaiAda 3050% kasus perilaku ketidakpatuhan pengunjung
apotek yang menerima obat. Penyebab kegagalan obat yang
demikian bersifat multifokus, antara lain adalah karena
kurangnya edukasi, berkaitan dengan terapi sampai pada
hambatan finansial yang menghalangi pembelian obat.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
32/65
ETIKADANMORALDOKTERDALAM
MENDIAGNOSIS
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
33/65
A. PENDAHULUAN
Diagnosis adalah upaya untuk menegakan atau mengetahui
jenis penyakit yang diderita oleh seseorang atau masalahkesehatan yang dialami oleh masyarakat
Diagnosis merupakan hal yang penting dalam penentuan OPD
(obat pilihan dokter). Agar mampu menyeleksi obat terbaik untukkondisi tertentu, dokter harus mempelajari patofisiologi penyakit
(diagnosis). Semakin dokter mengetahui tentang patofisiologi
penyakit (diagnosis), makin mudah dokter menyeleksi suatu obat.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
34/65
Keluhan pasien kebanyakan berhubungan dengan gejala. Gejala
bukan suatu diagnosis, walaupun gejala itu biasanya mengarahkan
kepada diagnosis.
Diagnosis suatu penyakit merupakan salah satu bentuk praktik
kedokteran. Hal ini sesuai dengan dalam pasal 35 ayat (1) undang-undang
nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Salah satu praktik
kedokteran yang dimaksud adalah menegakkan diagnosis sebagaimana
yang disebut dalam pasal 35 ayat (1).
(J.P siregar, Charles., kumolosas, endang .2005)
C di i
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
35/65
Cara diagnosis:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
1. AnamnesisAnamnesis adalah upaya untuk mencari keluhan yang berupa gejala(simptom) yang dirasakan pasien. Berdasarkan apa yang dirasakanpasien (hasil observasi objektif pasien). Contoh: sakit kepala, mual, sakitperut, linu-linu
2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik adalah upaya untuk mencari Tanda (sign) yaitu hasilpengamatan obyektif dokter/tenaga kesehatan terhadap keluhan pasien.Berdasarkan apa yang ditemukan tenaga kesehatan dalam pemeriksaan.Contoh: panas, edem, memar, kembung
3. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang adalah upaya untuk membantu menegakandiagnosis dengan Pemeriksaan laboratorium atau alat lain (USG, EKG,Rontgen). Contoh: pemeriksaan darah lengkap, widal, foto dada, USGabdomen
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
36/65
Dalam upaya menegakkan diagnosis atau
melaksanakan terapi, dokter biasanya melakukan suatu
tindakan medik. Tindakan medik tersebut ada kalanya
atau sering dirasa menyakitkan atau menimbulkan rasa
tidak menyenangkan. Secara material, suatu tindakan
medik itu sifatnya tidak bertentangan dengan hukum
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yangkonkret.
Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu
kedokteran. Kedua syarat ini dapat juga disebut sebagai
bertindak secara lege artis.
Harus sudah mendapat persetujuan dulu dari pasien.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
37/65
ETIKADOKTERGIGIDANTENAGAKESEHATAN
LAINNYADALAMMEMBERIPELAYANAN
KEPADAPASIEN
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
38/65
ETIKAKEDOKTERANGIGIDIINDONESIAI. DEFINISI
Kode etik adalah :
Kode yang digunakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan tertulis. (K. Bertens)
Pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari hari
(UU no. 8 tentang pokok- pokok kepegawaian)
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
39/65
II. KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI
Kode etik sangat diperlukan untuk :
Menyelamatkan reputasi suatu profesi dengan jalan
menyediakan criteria eksplisit yang dapat dipakai untuk
mengatur perilaku para anggotanya.
Meningkatkan praktik secara lebih kompeten dan lebih
bertanggung jawab oleh para anggotanya.
Melindungi khalayak dari eksploitasi yang dilakukan oleh
praktikan-praktikan yang tidak kompeten.
Kedokteran gigi tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan
dalam bidang kesehatan, maka perlu memiliki suatu kode
etik yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
40/65
Berikut adalah isi dari kode etik kedokteran gigi :
BAB I KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter gigi Indonesia wajib menghayati, menaati, danmengamalkan Lafal Sumpah/Janji Dokter Gigi Indonesia.
Pasal 2
Setiap dokter gigi Indonesia harus senantiasa menjalankanprofesinya secara optimal.
Pasal 3
Setiap dokter gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-normahidup yang luhur.
Pasal 4
Dalam menjalankan profesinya setiap dokter gigi Indonesia tidakdibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kodeetik.
Pasal 5
Setiap dokter gigi Indonesia harus memberikan kesan danketerangan atau pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
41/65
Pasal 6
Setiap dokter gigi Indonesia agar menjalin kerjasama yang
baik dengan tenaga kesehatan lainnya.
Pasal 7
Setiap dokter gigi Indonesia sebagai sarjana kesehatan wajib
bertindak sebagai motivator dan pendidik masyarakat.
Pasal 8
Setiap dokter gigi Indonesia wajib berupaya untuk
meningkatkan kesehatan gigi masyarakat dalam bidang
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
42/65
BAB II KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PENDERITA
Pasal 9
Dalam menjalankan profesinya, setiap dokter gigi Indonesia wajibmemberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada penderita.
Pasal 10
Dalam hal ketidak mampuan menangani suatu kasus, maka setiapdokter gigi Indonesiaberkewajiban merujuk atau mengkonsultasikankepada teman sejawat yang lebih ahli.
Pasal 11Setiap dokter gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatuyang ia ketahui tentang penderita, bahkan juga setelah penderitameninggal dunia.
Pasal 12
Setiap dokter gigi Indonesia wajib memberikan pertolongan daruratdalam batas-batas kemampuannya, sebagai suatu tugasperikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada orang lain yang lebihmampu memberikan pertolongan.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
43/65
BAB III KEWAJIBAN DOTER GIGI TERHADAP TEMAN
SEJAWATNYA
Pasal 13
Setiap dokter gigi harus memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 14
Setiap dokter gigi Indonesia tidak dibenarkan mengambil alih
penderita dari teman sejawat tanpa persetujuannya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
44/65
BAB IV KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI
SENDIRI
Pasal 15
Setiap dokter gigi Indonesia wajib mempertahankan dan
meningkatkan martabat dirinya.
Pasal 16
Setiap dokter gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif
perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi.
Pasal 17
Setiap dokter gigi Indonesia harus memelihara kesehatnnyasupaya dapat bekerja dengan baik.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
45/65
A. BENTUK-BENTUK PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEDOKTERAN GIGI
Sila Pertama
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.Perwujudan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa berupa
sikap dan pandangan hidup, taatdan takzim kepada Tuhan Yang Maha Esa dengandibimbing oleh ajaran- ajaran-Nya.Pengamalan Pancasila lebih rinci yaitu:
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan percobaan, perawatan, penelitian,
maupunpengobatan. Bisa dilakukan oleh dokter gigi, perawat gigi, maupun pasien
yangsedang menjalani perawatan.
Meyakini sepenuhnya bahwa segala hal mengenai konsep sehat dan sakit
kaitannyadalam kesehatan gigi dan mulut adalah dari Tuhan Yang Maha Esa. Agenpenyakit seperti streptococcus mutant merupakan perantara penyebab Karies dan
dokter gigi maupun obatnya juga merupakan perantara dalam upaya menuju sehat.
Tidak ikut campur apalagi memaksakan kehendak kepada pasien yang
berbedakeyakinan untuk mengikuti ajaran agama dokter gigi.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah masing-
masing jika antara dokter gigi maupun perawat gigi berbeda keyakinandenganpasien.
Sebagai dokter gigi tidak boleh mendakwahkan atau menyiarkan ajaran-
ajaran/ sekte-sekte agama yang telah dinyatakan terlarang/ sesat oleh pemerintah
kepadapasien.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
46/65
Sila Kedua
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Sebagai dokter gigi mengakui dan memperlakukan
pasien sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, seorang dokter gigi
semestinya memenuhi hak dan kewajibannya sebagai
dokter gigi serta mematuhi kode etik dokter gigi. Adapun hak
dokter gigi menurut UUPK yaitu:1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai standar profesi
2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya3) Menerima imbalan jasa.
S
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
47/65
Sila Ketiga
3. Persatuan Indonesia.
Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada
kepentingan pribadi. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatangigi di puskesmas maupun sekolah. Tim inidapat berupa dokter gigi, perawat gigi, tenagapuskesmas, kadersukarela, guru, maupun petugas UKS.Tugas Dokter Gigi dalamsebuah Tim yaitu:
a. Melaksanakan pelayanan medik gigi dasar.
b. Menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujukkasus-kasus spesialistik.
c. Bila diperlukan dapat melaksanakan pelayanan asuhan baikasuha sistematik maupunasuhan masyarakat.
d. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan maslah,mengevaluasi masalah kesehatangigi dan mulut di wilayahkerjanya.
e. Mengoordinir perawat gigi dalam menjalankan pelayanan asuhan
f. Bertanggung jawab dalam pelaporan pelayanan kesehatan gigidan mulut di wilayahnya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
48/65
Sila Keempat
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalamPermusyawaratan Perwakilan.
Pasien memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama seperti tersebut diatas
Tidak boleh memaksakan kehendak pada pasien
Menggunakan perjanjian untuk mencapai keputusan.
Misalnya dengan pemilihan warnauntuk protesa gigi
tiruan dengan menggunakan shade guide.
Menghargai dan menjunjung tinggi setiap hasil
keputusan dan kesepakatan.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
49/65
Sila Kelima
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Mengembangkan sikap adil terhadap semua pasien.
Menghormati hak setiap orangc. Suka bekerja
kerasd. Melakukan kegiatan dalam rangka
mewujudkan kemajuan yang merata dankeadilan
sosial.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
50/65
III. PENUTUP
Kode Etik Kedokteram Gigi Indonesia yang menjadi landasankehidupan dan landasan dalam melaksanakan perkerjaan profesi.Pada hakikatnya fungsi dan tanggung jawab dokter gigi telahdiatur dengan peraturan perundang-undangan, antara lain :
Undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokokkesehatan
Peraturan Pemerintah no. 36 tahun 1984 tentang pendaftaran
ijazah dan pemberian ijinmenjalankan pekerjaan dokter/doktergigi/apoteker.
Peraturan Pemerintah no.1 tahun 1988 tentang masa bakti danpraktik dokter dan dokter gigi
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 385/Menkes/Per/VI/1988
tentang pelaksanaan masabakti dan izin praktik bagi dokter dandokter gigi. Dengan demikian telah jelas pula arah organisasiprofesi dalam mencapai tujuannya serta melakukan usaha-usahanya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
51/65
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/1989 tentang
persetujuan tindakan medik.
Undang-undang RI No. 23/1992 tentang kesehatan.
Perturan Pemerintah no. 33 tahun 1963 tentang Lafal
Sumpah/ Janji dokter gigi. Secara keseluruhan, petunjuk
dalam Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia menganjurkan
tindakan jujur baik terhadap pasien, maupun terhadap
teman sejawatnya.Tindakan di atas tidak dapat terlaksanatanpa ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan sila pertama Pancasila. Mengawali rincian yang
menyangkut hubungan dengan pasien, masyarakat, dan
teman sejawat, dalam mukadimahnya dikemukakan inti saridari Kode Etik yang menyatakan bahwa para dokter gigi
wajib melakukan pekerjaan di bidang keahliannya dengan
sikap dan tindakan yang terpuji.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
52/65
Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963 Tentang Tenaga
Kesehatan
Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu:
a. dokter;
b. dokter-gigi;
c. apoteker;
d. sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan;
Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:
a. dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya;
b. dibidang kebidanan: bidan dan sebagainy;
c. dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya;
d. dibidang kesehatan masyarakat : pemilik kesehatan, nutrisionis
dan lain-lain;
e. dibidang-bidang kesehatan lain.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
53/65
APOTEKER
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
54/65
KEDOKTERAN
Pasal 10
Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat
Seorang dokter wajib senantiasa menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenagakesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Cakupan Pasal :
(1) Seorang dokter wajib memberikan akses kepada pasien dan mengobatinya tanpa prasangka
terhadap ras, agama, suku, kedudukan sosial, kondisi kecacatan tubuh dan status kemampuan
membayarnya.
(2) Seorang dokter dalam mengobati pasien wajib senantiasa menghormati, melindungi
dan/atau memenuhi hak-hak pasien sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam bidang
kesehatan.
(3) Seorang dokter wajib berperilaku berwibawa, tutur kata sopan, perilaku santun,
menghormati hak-hak pasien, sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
(4) Seorang dokter wajib memberikan informasi yang jelas dan memadai serta menghormati
pendapat atau tanggapan pasien atas penjelasan dokter.
(5) Seorang dokter seharusnya tidak menyembunyikan informasi yang dibutuhkan pasien,
kecuali dokter berpendapat hal tersebut untuk kepentingan pasien, dalam hal ini dokter dapat
menyampaikan informasi ini kepada pihak keluarga atau wali pasien.
(6) Seorang dokter dilarang merokok dan minum minuman keras di depan pasiennya.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
55/65
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruhkeilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika iatidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokteryang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa
dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalamberibadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentangseorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujudtugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia danmampu memberikannya.
KEPERAWATAN
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
56/65
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yangmerupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiatkeperawatan.
Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditunjukanbagi individu, keluarga kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakitn yangmencangkup seluruh proses kehidupan manusia berdasarkan konsep keperawatandiatas,
P rinsip dari keperawatan, antara lain; (asmadi, 2005) :
1. Keperawatan sebagai bagian integral dari layanan kesehatan kedudukan
perawat dengan profesi kesehatan lainnya (mis. Dokter) ada dengan pengakuandan penghormatan terahadap profesi perawat.
2. Keperawatan mempunyai beberapa tujuan, antara lain memberi bantuan yangparipurna dan efektif kepada klien serta memenuhi kebutuhan dasar manusia(KDM) klien
3. Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hinggamasyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan4. Intervensi keperawatan dilakukan dalam upaya meingkatan kesehatan,
mencegah penyakit, menyembuhkan, serta memelihara kesehatan melalui upayapromotif, preventif, kuratif, dan rehabilitattif sesuai wewenang, tanggung jawab,etika profesi keperawatan yang memungkinkan setiap orang mencapaikemampuan hidup sehat dan produktif.
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
57/65
Menghargai otonomi (facilitate autonomy)Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorangmempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusandirinya menurut rencana pilihannya sendiri.
Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatutanpa tekanan atau paksaan pihak lain.Bahwasiapapun bebas menentukan pilihan yang menurutpandangannya sesuatu yang terbaik.
Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima ataumenolak asuhan keperawatan yang diberikan.
Kebenaran (Veracity) truth
Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalammembangun hubungan saling percaya dengan pasien.
Keadilan (Justice)
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
58/65
Keadilan (Justice)
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individumendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikankehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah merekauang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain.Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil.
Kemurahan Hati (Benefiecence)
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien.
Kesetiaan (fidelity)Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjagajanji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian. .
Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwa perawat menghargai semua
informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dansemua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidaktepat.
Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas, berhubungandengan hukum legal.
BIDAN
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
59/65
PERILAKUBIDANYANGSESUAIDENGAN
KODEETIKKEBIDANAN
a. Bidan memeriksa kehamilan dengan berperilaku
ramah
harus menerapkan nilai-nilai yang etis dan
bermoral dalam asuhannya
Seorang bidan harus memiliki komitmen yang
tinggi dalam menjalankan asuhan kebidanan
yang berkualitas dengan berperilaku etis dalam
praktik pelayanan kebidanan.
memiliki komitmen yang tinggi dalammenjalankan perannya
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
60/65
KRITERIAPERILAKUPROFESIONAL
DIANTARANYA
bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukungoleh pengetahuan dan pengalaman serta penampilan
berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepadadiri sendiri
tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidakdidukung ilmu pengetahuan profesi
bermoral tinggi
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
61/65
tidak memberikan janji yang berlebihan
tidak melakukan tindakan yang semata-matadidorong oleh pertimbangan komersial
memegang teguh etika profesi
mengenali batas-batas kemampuan
serta menyadari ketentuan hukum yangmembatasi geraknya
D P
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
62/65
DAFTARPUSTAKA
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004 tentang StandarPelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
Anonim, 2006, Keputusan Direktur Jenderal Bina KefarmasianDan Alat Kesehatan No.Hk.00.Dj.Ii.924 entang PembentukanTim Penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian DiPuskesmas.
Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35Tahun 2009 Tentang Narkotika
Anonim, 1962, Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1962tentang Lafal/ Sumpah Janji Apoteker
Anonim. 2005. Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kesehatan Khusus Farmasi. Direktorat JendralPelayanan Kefarmasian dan Alatkesehatan RI: Jakarta.
Anonim. 2000. Modul 9 Manajemen Risiko K3 Rumah Sakit.Jakarta: Pusat Pendidikandan Latihan Kesehatan Depkes &Kessos RI.
DAFTAR PUSTAKA
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
63/65
DAFTARPUSTAKA Anonim. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 2005. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta: Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS).
Anonim. 1999. Managing The Risks From Medical Product Use. U.S Food and Drug
Administration.
Ashcroft D. et al. 2005. Patient Safety in Community Pharmacy: Understanding Errors
and Managing Risk. Pharmacy and Pharmaceutical Sciences & Department of
Psychology. University ofManchester.
Bates, D.W. et al. Incidence of adverse drug events and potential adversedrug events:
Implications for prevention. Journal of American Medical Association. (1995) 274:29-34.
Cohen MR. 1999. Medication Errors, The American Pharmaceutical Association.
Effect Of Pharmacist-Led Pediatrics Medication Safety Team On Medication-Error
Reporting.Am J Health-Sist Pharm. 64 (2007);1422-26.
Siregar, C. J. P. 2006. Farmasi Klinik. Teori & Penerapan. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.
United States Department of Health and Human Services. Glossary AHRQ (Agency for
Healthcare Research and Quality).
-
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
64/65
DAFTARPUSTAKA
Abdullah, Nur Alam , Andrajati, Retnosari , Supardi, Sudibyo.2010. Pengetahuan, Sikap dan Kebutuhan Pengunjung
Apotek terhadap Informasi Obat di Kota Depok.BuletinPenelitian Sistem KesehatanVol. 13 No. 4 Oktober 2010:344352
Arhayani. 2007. Perencanaan dan Penyiapan PelayananKonseling Obat serta Pengkajian Resep bagi Penderita RawatJalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Sekolah Farmasi,
Institut Teknologi Bandung Depkes. 2006. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan AlatKesehatan Departemen Kesehatan RI.
Siregar, Charles JP. 2006. Farmasi Klinik. Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/download/dokumen_iai/Kode%20Etik%20Apoteker%20Indonesia.pdf
J.P siregar, Charles., kumolosas, endang .2005. Farmasiklinik.Jakarta:EGC
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/download/dokumen_iai/Kode%20Etik%20Apoteker%20Indonesia.pdfhttp://www.ikatanapotekerindonesia.net/download/dokumen_iai/Kode%20Etik%20Apoteker%20Indonesia.pdfhttp://www.ikatanapotekerindonesia.net/download/dokumen_iai/Kode%20Etik%20Apoteker%20Indonesia.pdfhttp://www.ikatanapotekerindonesia.net/download/dokumen_iai/Kode%20Etik%20Apoteker%20Indonesia.pdf -
7/22/2019 Uu Etika Presentasi
65/65
DAFTARPUSTAKA J.P siregar, Charles., kumolosas, endang .2005. Farmasi
klinik.Jakarta:EGC
Siregar, Charles., J. 2005. Farmasi Klinik: Teori & Penerapan. EGC.Jakarta.
Wasita, Broto et al. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Konsil
Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan Ed. 4. EGC. Jakarta.
Dewanto, george . Budi riyanto.dkk . 2009. Panduan Praktis
Diagnosisi & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC