Download - Fix Presentasi Bismilah (1)

Transcript

PowerPoint Presentation

IMPLEMENTASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2005-2010Moh. Fajar Nugraha071011037

Latar Belakang MasalahKesehatan merupakan hak asasi manusia yang bersifat universal baik sebagai individu, kelompok, masyarakat maupun bangsa. Secara garis besar faktor yang mempengaruhi kesehatan dikelompokan menjadi empat , berdasarkan urutan besarnya (pengaruh) terhadap kesehatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, budaya, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya 2) perilaku 3) pelayanan kesehatan 4) keturunanilmu kesehatan lingkungan sebagai ilmu dan keterampilan yang memusatkan pada pencegahan faktor penyebab penyebaran peyakit berbasis lingkungan fisik yang diperkirakan menimbulkan hal-hal yang merugikan kesehatan maupun kelangsungan hidup manusia (WHO). Water sanitation program (WSP) mengunkapkan 1,8 juta anak dibawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya akibat diare (WSP,2008).

Tabel pertumbuhan akses atau pelayanan sanitasi

NONegaraPersentase1.Vietnam252.Thailand193.Filipina154.Indonesia9Sumber data : water sanitation program tahun 2008

Hasil Penelitian seputar SanitasiBerdasarkan hasil studi basic Human Services (BHS) di indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum membersihkan makan bayi 7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara studi BHS lainnya terhadap pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air minum, tetapi 47,50% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.

Munculnya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Metode Community Lead Total Sanitation

Dalam rangka mendorong peningkatan akses sanitasi dan peningkatan perilaku hygiene yang berkesinambungan. Menteri Kesehatan nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau STBM.Program ini dilatar belakangi oleh kegagalan berbagai program pembangunan sanitasi selama ini. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain kurang keterlibatan masyarakat dalam segala proses pelaksanaannya serta kurangnya demand atau kebutuhan masyarakatBerdasarkan dari pengalaman-pengalaman tersebut pemerintah memperkenalkan metode community lead total sanitations (CLTS) dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat yang dijadikan sebagai subyek, dan dilakukan stimulasi kepada mereka untuk melakukan self assesment terhadap kondisi sanitasi pada komunitas mereka. Metode CLTS merupakan pendekatan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan masyarakat dengan pemicuan beserta ciri khususnya yaitu tanpa subsidi fisik (dana, material, dll), memanfaatkan potensi lokal, mendorong masyarakat untuk menentukan jamban pilihanya, dan dilakukan secara total oleh masyarakat

Prinsip-prinsip (Manual pelaksanaan Program Sanitasi Total & Pemasaran Sanitasi (StoPS), 2008) Memicu perubahan perilaku100% suatu pendekatan yang dikendalikan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Bukan top-downAksi kolektif

Masyarakat yang memimpin untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pencapaian Sanitasi Total,Jamban pilihan lokal (pilihan masyarakat setempat), bukan dengan mempreskripsikan desain standarTolok ukur keberhasilan dan pemantauan dampak program dalam perubahan perilaku, bukan pada kemajuan konstruksiInsentif dapat diberikan setelah perubahan perilaku masyarakat akan memicu aksi kolektifPeran pemerintah daerah - menciptakan demand masyarakat untuk perubahan perilaku, mengembangkan kapasitas supply pada sektor swasta, menetapkan target lokal MDG dan memantau kemajuan dan dampak pada masyarakat lokalMemberikan pemahaman pendekatan secara bertahap menuju perubahan perilakuPeran pemerintah pusat, memformulasikan strategi operasional dan petunjuk pelaksanaan yang mendukung pengembangan kapasitas pemerintah daerah, memantau kemajuan pencapaian nasional untuk target MDGs.

Strategi pemberdayaan Pemicuanpelaksanaannya antara lain membangkitkan rasa jijik , rasa malu, rasa takut sakit, serta sentuhan pada aspek agama terkait dogma dan dalil buang air besar sembarangan.Transect WalkBertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat (lokasi) kebiasaan masyarakat dalam perilaku buang air besarnya. Fasilitator bersama masyarakat sharing dan berdiskusi di tempat dimaksud, dengan harapan akan timbul rasa jijik dan terpicu rasa malu pada diri mereka.Alur Kontaminasi (Fecal Oral)Fasilitator bersama masyarakat belajar dan mengetahui bagaimana proses tinja dapat masuk kedalam makanan masyarakat, dan dampak yang ditimbukannya terhadap kesehatan keluarga.Diskusi Kelompok (FDG)Diskusi bersama masyarakat terkait kondisi kesehatan lingkungan setempat, dengan output masyarakat mampu merumuskan sendiri tindakan dan rencana kerja mereka untuk bisa keluar dari kondisi sanitasi buruk di wilayah mereka.Selanjutnya hasil FGD masyarakat ini menjadi pegangan fasilitator dalam melakukan monitoring dan evaluasi rencana kerja masyarakat.

Metode CLTS di uji coba terhadap enam kabupaten di Indonesia yaitu :Lumajang, Jawa TimurSumbawa, NTBSambas, Kalimantan BaratMuara Enim, Sumatera SelatanMuaro Jambi, JambiBogor, Jawa Barat.Dalam hal ini, kabupaten Lumajang akan menjadi fokus pembahasan karena menjadi satu-satunya daerah yang berhasil melaksanakan program ini dengan baik sehingga diperoleh penghargaan dari Jawa Pos Institute of Pro-otonomy (JPIP) kategori Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada tahun 2009.

Pasca pemicuan yang berhasil pada berbagai komunitas di Kecamatan Gucialit dengan menggunakan metode CLTS, sebanyak 4.427 jamban swadaya, pada tanggal 21 Mei 2007 Kecamatan Gucialit mendeklarasikan diri sebagai kercamatan yang 100% masyarakatnya telah menggunakan sarana sanitasi jambanDisusul dengan kecamatan senduro yang mendeklarasikan dirinya berstatus ODF pada tanggal 8 Juli 2008Pada tahun 2005 angka kepemilikan jamban di Kecamatan Kedungjajang tercatat 5.550 buah/KK, Jumlah ini terus bertambah sehingga sampai tri bulan I tahun 2010 meningkat menjadi 8.694 buah/KK.Dengan akses penggunaan menjadi 100%, masyarakat Kecamatan Kedungjajang Telah Bebas Dari Buang Air Besar Sembarangan pada Tanggal 23 Juni 2010. Optimisme itu terus merebak menyusul kabar baik dari Kec. Padang pada tahun 2010 juga mendeklarasikan sebagai kecamatan ODF.

Kec gucialit20079 Desa (Kecamatan ODF)Kecamatan Senduro200812 Desa (Kecamatan ODF)Kecamatan Padang 20109 Desa (Kecamatan ODF)Kecamatan Kedungjajang201012 Desa (kecamatan ODF)

Beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan yang mempunyai relevansi senada dengan penelitian ini. Antara lain :Penelitian pertama berupa tesis yang ditulis oleh Miftachul Huda pada tahun 2010 dengan judul Implementasi Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Penelitian Huda menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan sanitasi total berbasis masyarakat sudah baik. Penelitian yang kedua disusun oleh Widi Cipto Basuki dalam tesisnya yang berjudul Analisis tentang Dampak Kebijakan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Penelitian ini merupakan studi deskriptif di desa Kudubanjar kecamatan Kudu kabupaten Jombang, peneliti menyimpulkan pelaksanaan STBM kurang efektifDalam penelitian Huda disebutkan bahwa STBM sudah berjalan dengan baik di desa Diwek dan sebaliknya penelitian Basuki menyebutkan bahwa di lain desa yaitu desa Kudu pelaksanannya kurang efektif. Dari penjabaran ini, tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil yang didapatkan. Terkait penelitian yang akan peneliti lakukan mengenai pelaksanaan uji coba STBM di kabupaten lumajang, dapat digali lebih jauh pengaruh keberhasilan dari program tersebut, karena dalam masa uji coba, kabupaten lumajang sudah melaksanakan program tersebut dengan baik, terbukti dengan diraihnya penghargaan dari JPIP. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dilihat dari segi pelaksananya, isi kebijakan, dan partisipasi masyarakat untuk berperan serta dalam program STBM di kabupaten Lumajang.Rumusan masalahBagaimana peran pemerintah dalam mensosialisasikan program uji coba Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Bagaimana faktor-faktor khusus yang menyebabkan kab. Lumajang berhasil melaksanakan program tersebut dengan baik sehingga mendapatkan penghargaanTujuan Mendeskripsikan Peran pemerintah dalam mensosialisasikan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Untuk menggali informasi faktor-faktor khusus apa yang menyebabkan pelaksanaan STBM berjalan dengan baik sehingga mendapatkan penghargaanManfaatSecara akademis :Memperluas kajian pada khasanah Ilmu Administrasi Negara, khususnya bidang implementasi kebijakan.Sebagai rujukan para peneliti di masa yang akan datang, khususnya para peneliti yang meneliti masalah-masalah yang mempunyai relevansi dengan masalah penelitian ini.Secara praktis,Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peran internal dan eksternal antara pemerintah dan masyarakat dalam memaksimalkan pelaksanaan program uji coba Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Implementasi kebijakanImplementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik (public policy process) sekaligus studi yang sangat krusial.Joko Widodo (2007:87)Melaksanakan sebuah keputusan kebijakan, biasanya dikaitkan dengan sebuah perundang-undangan, disusun oleh pemerintah baik eksekutif maupun keputusan peradilan.Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983:4)Model Implementasi KebijakanModel ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik.Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah : aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi, karakteristik dari agen pelaksana/implementator, kondisi ekonomi, sosial dan politik,kecenderungan (disposition) dari pelaksana/implementator.Model Donald Van Meter dengan Carl Van Horn (1975)(Nugroho, 2003)1Model Implementasi KebijakanDaniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983): variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. variabel intervening, yaitu variabel kemapuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut, ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

Model Kerangka Analisis Implementasi(Nugroho, 2003)2Model Implementasi KebijakanKeberhasilan implementasi dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan kebijakan (content of implementation). Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, dilakukan implementasi kebijakan.

Model Merille S. Grindle (1980)(Nugroho, 2003)3Kebijakan Publik(Thomas Dye, 1992; 2-4).kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi yang sederhana yang dapat merubah sikap lama, kewajiban sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat.Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebiasaan BAB di sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.

Tujuan STBMTujuan STBM adalah menekankan pada perubahan perilaku kebiasaan masyarakat yang masih buang air besar (BAB) di sembarang tempat (open defecation) beralih ke jamban. Prinsip-prinsip dasar STBMTanpa subsidi kepada masyarakatTidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jambanMasyarakat sebagai pemimpinTotalitas; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaanMetode PenelitianJenis penelitianBerdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Berdasarkan analisis data, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian Penelitian ini memfokuskan kepada faktor-faktor khusus apa saja yang menjadikan kabupaten lumajang sukses dalam menjalankan program STBM dan mendapatkan penghargaan dari JPIP kategori khusus sanitasi total berbasis masyarakat 2009 karena dalam uji coba pendekatan commuity Led Total Sanitation di 6 kabupaten dan 6 provinsi yang berbeda kabupaten lumajang yang paling pesat kenaikan akses sanitasi dibuktikan dari tahun 2005 sampai 2010, 4 kecamatan mendeklarasikan berstatus ODF (open defecation free).

Sumber dataData primer : WawancaraData sekunder : Peraturan perundang-undangan pemkab lumajangDan dokumen yang menunjang yang berasal dari pemerintahSurat kabar atau majalahMakalah atau artikelJurnal ilmu administrasi publikLaporan dan hasil penelitianLokasi penelitianPenelitian ini dilakukan di kabupaten lumajang khususnya di empat kecamatan yang dalam kurun waktu lima tahun sudah mampu mendeklarasikan desa dan kecamatannya berstatus ODF. Teknik pengumpulan data : wawancara, observasi dan dokumentasi, atau gabungan dari ketiganya(triangulasi) agar dapat memahami secara mendalam kondisi dari sumber informan dan kredibilitas informan.Dinas kesehatanpelaksana STBM tingkat kecamatanSanitarian PuskesmasTIM Gerakan Membangun Masyarakat Sehat

Teknik pengolahan dan Analisis datapengumpulan datacara peneliti dalam mengumpulkan data melalui wawancara dan dokumentasi yang kemudian akan diproses(melalui penyuntingan dan pemindahan kata-kata) menjadi susunan teks yang diperluasReduksi data proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapanganPenyajian data sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberi kemungkinan dilakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakanMenarik kesimpulan konfigurasi kegiatan penelitian yang utuh dan dapat dilakukan selama penelitian berlangsung.

Terima Kasih