CRS Struma Diffusa Toxic

download CRS Struma Diffusa Toxic

of 30

Transcript of CRS Struma Diffusa Toxic

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    1/30

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    2/30

    2

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    I.  Anatomi Kelenjar Tiroid

    Tiroid berasal dari bahasa Yunani yaitu thyreos yang berarti pelindung dan eidos yang

     berarti bentuk.1 Kelenjar tiroid terletak di leher bawah, yaitu setinggi vertebrae servikal 5

    hingga thorakal 1, anterior dari trakea, menutupi cincin trakea ke-2 hingga ke-4, di antara

    kartilago krikoid dan takik suprasternal. Tiroid terdiri dari dua lobus lateral dengan kutub

    superior dan inferior yang dihubungkan oleh isthmus. Normalnya ia berukuran 12 hingga

    15 mm, kaya vaskularisasi, berwarna cokelat kemerah-merahan dan berkonsistensi lunak. 

    1,2  Empat kelenjar paratiroid yang memproduksi hormon paratiroid berlokasi di bagian

     posterior dari tiap kutub tiroid. Saraf laringeal recurrent  berjalan melewati pinggir lateral

    kelenjar tiroid dan harus diidentifikasi saat operasi tiroid untuk mencegah paralisis pita

    suara.1 

    Gambar 1.1 Kelenjar tiroid2 

    Tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup (diameternya antara 100-300 mikrometer) yang dipernuhi oleh bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    3/30

    3

    oleh sel-sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel tersebut. Unsur

    utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar yang mengandung hormon tiroid

    di dalam molekul-molekulnya. Begitu hormon yang disekresikan sudah masuk ke dalam

    folikel, hormon itu harus diabsorpsi kembali melalui epitel folikel ke dalam darah, sebelum

    dapat berfungsi dalam tubuh.3 

    Persarafan kelenjar tiroid diatur oleh sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis berasal

    dari nervus vagus, dan serabut simpatis berasal dari ganglion superior, media dan inferior

    dari trunkus simpatis. Saraf-saraf kecil ini memasuki kelenjar bersamaan dengan pembuluh

    darah. Regulasi saraf otonom dari sekresi kelenjar tidak belum sepenuhnya dipahami, tetapi

    kebanyakan efek berasal dari pembuluh-pembuluh darah.2 

    Perdarahan arteri pada kelenjar tiroid berasal dari arteri tiroid superior dan inferior dan

    kadang-kadang dari ima tiroid. Arteri-arteri ini mempunyai banyak anastomosis kolateral

    satu sama lain, secara ipselateral dan kontralateral. Arteri tiroid ima merupakan pembuluh

    tunggal yang berasal dari arkus aorta atau arteri inominata dan memasuki kelenjar tiroid

    dari batas inferior isthmus.2 

    II.  Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

    Untuk membentuk tiroksin dalam jumlah normal, setiap tahunnya dibutuhkan kira-kira50 mg yodium yang ditelan dalam bentuk iodida, atau kira-kira 1mg/minggu. Agar tidak

    terjadi defisiensi yodium, garam dapur diiodisasi dengan kira-kira 1 bagian natrium iodida

    untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.3 

    Iodida yang ditelan per oral akan diabsorpsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan

    cara yang sama seperti klorida. Normalnya sebagian besar iodida tersebut akan segera

    diekskresikan oleh ginjal, tetapi hanya setelah seperlima bagiannya secara selektif

    dipindahkan dari sirkulasi ke dalam kelenjar tiroid dan digunakan untuk sintesis hormon

    tiroid.3 Membran sel tiroid mempunyai kemampuan spesifik untuk memompakan iodida

    secara aktif ke bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodida (iodide

    trapping). Pada kelenjar tiroid yang normal, pompa iodida dapat memekatkan iodida kira-

    kira 30 kali dari konsentrasinya di dalam darah. Bila kelenjar tiroid menjadi sangat aktif,

    maka rasio konsentrasi tadi dapat meningkat menjadi 250 kali dari nilai normal. Kecepatan

     penjeratan iodida oleh tiroid dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang paling penting adalah

    konsentrasi TSH dimana TSH merangsang sedangkan hipofisektomi menghilangkanaktivitas pompa iodida di sel tiroid.3 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    4/30

    4

    Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70 asam amino tirosin, yang merupakan

    substrat utama yang dikombinasikan iodida untuk membentuk hormon tiroid. Jadi, hormon

    tiroid dibentuk dalam tiroglobulin dan tetap menjadi bagian dari tiroglobulin sebagai

    hormon yang disimpan dalam koloid folikel.3 

    Gambar 2.1 Sintesis hormon tiroid

    Tahap pertama pembentukan hormon tiroid yaitu perubahan ion iodida menjadi bentukiodin yang teroksidasi, baik Io atau I3- oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.

    Pengikatan iodin dengan molekul tiroglobulin disebut organifikasi tiroglobulin. Iodin

    teroksidasi ini kemudian akan langsung berikatan dengan seperenam asam amino tirosin

    dalam molekul tiroglobulin. Awalnya tirosin diiodidasi menjadi monoiodotirosin oleh

    enzim iodinase dan selanjutnya diiodotirosin. Kemudian selama beberapa menit, jam, dan

    hari berikutnya semakin banyak iodotirosin yang bergandengan (coupling) satu sama lain.

    Hasil dari reaksi pergandengan ini merupakan hormon utama yaitu tiroksin atau

    triiodotironin.3 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    5/30

    5

    Kelenjar tiroid tidak seperti kelenjar endokrin lainnya karena ia mampu menyimpan

    hormon dalam jumlah besar. Setelah proses sintesis hormon tiroid selesai, masing-masing

    tiroglobulin mengandung lebih dari 30 molekul tiroksin dan beberapa molekul

    triiodotironin. Dalam bentuk ini, hormon tiroid disimpan dalam folikel dalam jumlah yang

    cukup untuk menyuplai tubuh dengan kebutuhan normal selama 2-3 bulan. Oleh karena itu,

     bila sintesis hormon tiroid berhenti, efek fisiologis akibat defisiensi belum tampak selama

     beberapa bulan.3 

    Saat sekresi hormon tiroid, tiroglobulin sendiri tidak dilepas ke dalam sirkulasi darah,

     justru tiroksin dan triiodotironin harus dipecah dari molekul tiroglobulin dan kemudian

    dilepaskan sebagai hormon bebas dalam sirkulasi darah. Kira-kira ¾ tirosin yang telah

    diiodisasi dalam tiroglobulin tidak akan pernah menjadi hormon tiroid tetapi tetap menjadimonoiodotirosin atau diiodotirosin. Selama proses pencernaan molekul tiroglobulin untuk

    melepaskan hormon tiroid, tirosin teriodisasi juga dibebaskan dari tiroglobulin tetapi tidak

    dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Sebaliknya, dengan bantuan enzim deiodinase,

    molekul iodin dilepas dari tirosin sehingga iodin tersedia lagi untuk pembentukan hormon

    tiroid selanjutnya. Pada kelainan kongenital yang menyebabkan tidak adanya enzim

    deiodinase ini, banyak orang mengalami defisiensi iodin karena gagal dalam proses daur

    ulang iodin tersebut.3 

    Sewaktu memasuki darah, 99% tiroksin dan triiodotironin segera berikatan dengan

     protein plasma terutama globulin pengikat-tiroksin (thyrozine-binding globulin/TBG) dan

    dalam jumlah lebih sedikit transthyretin (TTR) dan albumin. Mekanisme Oleh karena

    afinitasnya yang tinggi, hormon tiroid khususnya tiroksin dilepaskan sangat lambat ke sel

     jaringan. Sewaktu memasuki sel, hormon tiroid kemudian berikatan dengan protein intrasel

    dan sekali lagi disimpan dan dipakai secara lambat selama berhari-hari hingga berminggu-

    minggu.3

     

    III. Struma

    3.1 Definisi dan Klasifikasi

    Struma atau biasa disebut  goiter   merupakan pembengkakan abnormal dari

    kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi secara menyeluruh dan halus

    yang disebut struma difusa atau ia dapat menjadi besar oleh karena pertumbuhan satuatau lebih benjolan (nodul) di dalam kelenjar tersebut sehingga disebut struma noduler.4 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    6/30

    6

    Struma dapat terus menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah normal, yang mana

    dalam kasus ini disebut struma eutiroid atau non toksik. Tetapi struma juga dapat

     berkembang menghasilkan overproduksi hormon tiroid yang dinamakan struma toksik

    atau ketidakmampuan memproduksi hormon tiroid sama sekali yang disebut

    hipotiroidisme.4 

    3.2 Penyebab

    Terdapat tiga kategori penyebab pembesaran kelenjar tiroid, yaitu :

    1.  Insufisiensi produksi hormon tiroid

    Ketika kelenjar tidak efesien dalam menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang

    cukup, ia mengkompensasi dengan cara memperbesar ukurannya. Di seluruh dunia,

     penyebab paling sering adalah defisiensi asupan iodin, yang diperkirakan mengenai

    hampir 100 juta manusia yang tinggal dalam kemiskinan.4 

    2. 

    Inflamasi kelenjar (Tiroiditis)

    Inflamasi kelenjar dapat membuat kelenjar tersebut membengkak. Beberapa jenis

     penyebab inflamasi kelenjar tiroid yang umum yaitu tiroiditis autoimun dan tiroiditis

     postpartum. Tiroiditis autoimun atau yang disebut juga tiroiditis Hashimoto terjadi

    ketika sistem imun seseorang berbalik menyerang kelenjar tiroidnya sendiri,

    membuatnya meradang sehingga kelenjar membengkak.4 

    3. 

    Tumor kelenjar

    Struma juga dapat berasal dari tumor yang biasanya jinak tetapi kadang bisa jadi

    ganas. Kebanyakan tumor tiroid muncul sebagai nodul-nodul diskret, tetapi terdapat

     beberapa jenis kanker tiroid yang dapat menimbullkan pembesaran secara umum pada

    kelenjar.

    Tabel 3.2.1 Tipe, penyebab dan tanda serta gejala struma

    Tipe Struma Penyebab Tanda dan gejala umum

    Defisiensi yodium (goiter

    endemik)

    Asupan yodium yang

    tidak adekuat

    Pembesaran kelenjar tiroid

    (struma)

    Fungsi tiroid normal atau

    menurun (hipotiroidisme)

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    7/30

    7

    Tipe Struma Penyebab Tanda dan gejala umum

    Graves disease 

    (Struma difusa toksik)

    Stimulasi autoimun

    kelenjar tiroid

    Struma

    Hipertiroidisme

    Tiroiditis autoimun(Hashimoto, limfositik

    kronik)

    Inflamasi sistem imun persisten pada kelenjar

    tiroid

    StrumaHipotiroidisme

    Tiroiditis subakut

    (de Quervain)

    Infeksi virus Pembesaran kelenjar yang

    sangat nyeri dan lunak

    Lemah, demam, menggigil,

    dan berkeringat dingin

    Tirotoksikosis, sering diikuti

    hipotiroidisme

    Adenoma toksik dan

    Struma multinoduler

    toksik

    Tumor tiroid jinak Struma noduler

    Hipertiroidisme

    Struma dan nodul tiroid

    curiga keganasan

    Tumor tiroid ganas Tidak ada gejala

    Gejala lokal pada leher

    Gejala penyebaran tumor

    3.3 

    Patofisiologi

    Kelenjar tiroid menyekresikan dua macam hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan

    triiodotironin (T3). Kedua hormon ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme

    tubuh. Kekurangan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan

    metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan

    sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai 60

    hingga 100 persen di atas normal. Selain itu kelenjar tiroid juga menyekresikan

    kalsitonin, hormon yang mengatur metabolisme kalsium.3 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    8/30

    8

    Gambar 3.3.1 Regulasi hormon tiroid

    Sekresi kelenjar tiroid terutama diatur oleh Thyroid-stimulating hormone (TSH) 

    atau tirotropin yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang dipengaruhi oleh

    Thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus. TSH mengatur pertumbuhan

    dan diferensiasi selular serta produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.3 

    Kira-kira 93 persen hormon aktif metabolisme yang disekresikan oleh kelenjar

    tiroid dalam bentuk tiroksin dan 7 persen yaitu triiodotironin. Keduanya berbeda dalam

    kecepatan dan intensitas kerjanya, dimana triiodotironin kira-kira 4 kali lebih kuat

    daripada tiroksin. Akan tetapi, hampir semua tiroksin akhirnya akan diubah menjadi

    triiodotironin di dalam jaringan, sehingga secara fungsional keduanya bersifat penting.

    Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi

    TSH oleh hipofisis anterior. Mekanisme umpan balik ini berguna untuk menjaga agar

    tingkat metabolisme dalam tubuh tetap normal, maka setiap saat harus disekresikan

    hormon tiroid dengan jumlah yang tepat.3

     Gangguan pada aksis TRH-TSH-hormontiroid ini menyebabkan perubahan pada fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi

    reseptor TSH pada kelenjar tiroid oleh TSH, antibodi reseptor-TSH, atau agonis

    reseptor-TSH seperti gonadotropin korionik dapat menyebabkan struma difusa. Ketika

    sebagian kecil sel tiroid, sel-sel yang meradang atau sel keganasan yang bermetastasis

    ke kelenjar tiroid, nodul tiroid atau struma noduler dapat terbentuk.5 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    9/30

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    10/30

    10

    Tabel 3.4.1. Indeks Wayne : sistem skoring tanda dan gejala hipertiroidisme6 

    Gejala yang baru

    muncul dan/atau

    bertambah berat

    Skor Tanda Ada Tidak

    ada

    Sesak saat beraktivitas +1 Tiroid teraba +3 -3

    Palpitasi +2 Bruit tiroid +2 -2

    Kelelahan +2 Eksoftalmus +2 -

    Suka udara panas -5 Retraksi kelopak mata +2 -

    Suka udara dingin +5  Lid lag +1 -

    Keringat berlebihan +3 Hiperkinesis +4 -2

    Gugup +2 Tangan panas +2 -2

     Nafsu makan naik +3 Tangan basah +1 -1

     Nafsu makan turun -3 Denyut nadi :

    >80/menit

    >90/menit

    Berat badan naik -3 - -3

    +3 -

    Berat badan turun +3 Fibrilasi atrium +4 -

    Interpretasi skor total :

    >19 = Toksik

    11-19 = Meragukan

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    11/30

    11

    hipotiroidisme merupakan penyebab tersering peningkatan kadar TSH, penyebab

    lainnya bisa terjadi seperti tumor hipofisis penyekresi-TSH, dan resistensi hormon

    tiroid. Sebaliknya, kadar TSH yang rendah dari normal, yaitu 3mm. Selain itu, ia juga bermanfaat sebagai penunjuk saat biopsi

    aspirasi jarum halus, dan aspirasi lesi kistik. Ia juga dapat digunakan untuk

    mengevaluasi kekambuhan kanker tiroid dan penyebaran ke nodus-nodus limfe.

    c.  Radioiodin uptake and thyroid scanning  

    Kelenjar tiroid secara selektif mentranspor radioisotop iodin (123I, 125I, 131I) dan

    99mTc pertechnetate, menampakkan gambaran tiroid dan kuantitas ambilan fraksi

     pelacak radioaktif. Nodul dengan peningkatan ambilan radioisotop disebut dengan

    nodul panas dan begitu juga sebaliknya jika nodul dengan ambilan yang rendah disebut

    nodul dingin.1 

    Gambaran nuklir pada penyakit Grave ditandai dengan pembesaran kelenjar dan

     peningkatan ambilan pelacak yang terdistribusi secara homogen. Adenoma toksik

    tampak sebagai area fokal dengan peningkatan ambilan, sedangkan ambilan radioisotop

     pada area lainnya menurun. Pada struma multinoduler toksik, kelenjar membesar, dan

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    12/30

    12

    sering dengan struktur yang abnormal dan terdapat area multipel dengan peningkatan

    dan penurunan ambilan pelacak. Tiroiditis subakut ditandai dengan ambilan yang

    rendah oleh karena kerusakan sel folikuler dan penekanan kadar TSH. Tiroroksikosis

    factitia juga ditandai dengan rendahnya ambilan radioisotop.1 

    3.6 Hipertiroidisme

    Hipertiroidisme merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid overaktif dan

    menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan. Keadaan ini dapat

    menyebabkan terjadinya tirotoksikosis yaitu kondisi medis dimana terjadi peningkatan

    kadar hormon tiroid dalam darah.7 Penyebab utama hipertiroidisme yaitu struma difusa

    toksik atau penyakit Grave, struma multinoduler toksik atau penyakit Plummer dan

    adenoma toksik.1,8 

    Tabel 3.6.1. Penyebab tirotoksikosis1 

    Hipertiroidisme primer Penyakit Grave

    Penyakit Plummer

    Adenoma toksik

    Metastasis karsinoma tirois yang aktif

    Mutasi aktif reseptor TSH

    Sindroma McCune-Albright

    Struma ovarii

    Obat : yodium berlebih (fenomena Jod-Basedow)

    Tirotoksikosis tanpa

    hipertiroidisme

    Tiroiditis subakut (de Quervain)

    Silent thyroiditis

    Penyebab destruksi tiroid lainnya : amiodaron, radiasi,

    adenoma infark

    Ingesti hormon tiroid berlebihan (tirotoksikosis factitia)

    Hipertiroidisme sekunder Adenoma hipofisis penyekresi TSH

    Sindroma resistensi hormon tiroid : beberapa

    menampakkan gejala tirotoksikosis

    Tumor penyekresi gonadotropin korionik

    Tirotoksikosis gestasional

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    13/30

    13

    Tanda dan gejala pada setiap penyakit penyebab tirotoksikosis sama. Gejala

    klinis yang muncul tergantung pada tingkat keparahan tirotoksikosis, durasi penyakit,

    kerentanan individu dan usia. Pada orang tua, gambaran tirotoksikosis dapat meragukan

    dan pasien mungkin hanya menunjukkan kelelahan dan penurunan berat badan saja,

    disebut hipertiroid apatetik.1 

    Tabel 3.6.2. Tanda dan gejala tirotoksikosis1 

    Gejala Tanda

    Hiperaktivitas, iritabilitas, disforia Takikardia, fibrilasi atrial pada orang tua

    Intoleransi panas dan berkeringat Tremor

    Palpitasi Struma

    Kelelahan dan lemah Kulit yang hangat dan basah

    Penurunan berat badan dan

     peningkatan nafsu makan

    Kelemahan otot, miopati proksimal

    Diare Retraksi kelopak dan Lid lag

    Poliuria Ginekomastia

    Oligomenorea, hilang libido

    Khusus pada penyakit Grave, dapat timbul oftalmopati dan dermopati.

    Manifestasi oftalmopati yang paling awal timbul yaitu berupa sensasi mata berpasir,

    dan air mata berlebih. Sepertiga pasien dengan penyakit Grave mengalami proptosis

    yang berat, hingga mata sulit menutup saat tidur, hingga terjadi kerusakan kornea

    karena terpapar dan mengalami kekeringan. Manifestasi paling berat yaitu kompresi

    nervus optikus pada apeks orbita, menyebabkan papiledema, defek lapang pandang

     perifer, yang jika dibiarkan akan menyebabkan kehilangan penglihatan permanen.1 

    Dermopati tiroid terjadi pada

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    14/30

    14

    Gambar 3.6.1. Algoritma evaluasi tirotoksikosis.1 

    Penatalaksanaan hipertiroidisme pada penyakit Grave yaitu dengan

    menurunkan sintesis hormon tiroid, menggunakan obat anti tiroid, atau dengan

    mengurangi jumlah jaringan tiroid dengan terapi radioiodin, atau tiroidektomi subtotal.

    Obat anti tiroid merupakan terapi utama di banyak pusat kesehatan di Eropa dan Jepang,

    dimana radioiodin lebih sering menjadi terapi lini pertama di Amerika Utara. Perbedaan

    ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun pendekatan terapi yang optimal dan bahwa

     pasien membutuhkan terapi multipel untuk mencapai remisi.1 

    Terdapat tiga bahan substansi anti tiroid yang paling dikenal yakni tiosianat,

     propiltiourasil, dan iodida inorganik.

    a.  Ion Tiosianat

    Pompa aktif yang sama yang menghantarkan ion iodida ke dalam sel-sel tiroid juga

    dapat memompakan ion tiosianat, ion perklorat, dan ion nitrat. Oleh karena itu,

     pemberian ion tiosianat (atau salah satu ion lainnya) yang konsentrasinya cukup tinggi

    dapat menyebabkan timbulnya penghambatan persaingan (competitive inhibition) 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    15/30

    15

    terhadap pengangkutan iodida ke dalam sel, yakni, penghambatan mekanisme

     penjeratan iodida.3 

    Berkurangnya persediaan iodida dalam sel-sel glandular tidak menghentikan

     pembentukan tiroglobulin. Keadaan ini hanya mencegah tiroglobulin yang sudah

    terbentuk tidak mengalami proses iodinasi sehingga mencegah terbentuknya hormon

    tiroid. Keadaan defisiensi hormon tiroid ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi

    TSH oleh kelenjar hipofisis anterior, yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan yang

     berlebihan dari kelenjar tiroid walaupun kelenjar ini masih tidak dapat menyekresi

     jumlah hormon tiroid yang adekuat. Oleh karena itu, pemakaian tiosianat dan beberapa

    ion lainnya untuk menghambat sekresi tiroid dapat menyebabkan kelenjar tiroid sangat

    membesar yang disebut struma.3

     

     b. 

    Tionamid

    Propiltiourasil (dan senyawa lain yang serupa seperti metimazol dan karbimazol)

    mencegah pembentukan hormon tiroid dari iodida dan tirosin. Mekanismenya adalah

    sebagian menghambat enzim peroksidase atau tiroid peroksidase (TPO) yang

    diperlukan untuk proses iodinasi tirosin dan sebagian untuk menghambat proses

     penggandengan (coupling)  dua tirosin teriodinasi untuk membentuk tiroksin atau

    triiodotironin.3 

    Propiltiourasil, seperti tiosianat, tidak mencegah pembentukan tiroglobulin. Oleh

    karena itu, tidak adanya tiroksin dan triiodotironin dalam tiroglobulin dapat

    mengakibatkan terjadinya peningkatan umpan balik yang hebat pada sekresi TSH oleh

    kelenjar hipofisis anterior, sehingga memacu pertumbuhan kelenjar glandular dan

     pembentukan struma.3 

    c. 

    Iodida inorganik

    Bila yodium terdapat di darah dalam konsentrasi yang tinggi (100 kali dari kadar

     plasma normal), sebagian besar aktivitas kelenjar tiroid berkurang, tetapi sering kali

    aktivitas tiroid berkurang hanya untuk beberapa minggu. Efeknya adalah untuk

    mengurangi kecepatan penjeratan yodium (iodine trapping), sehingga kecepatan

    iodinasi tirosin untuk membentuk hormon tiroid juga berkurang. Yang bahkan jauh

    lebih penting, endositosis normal koloid dari folikel oleh sel glandular tiroid

    dilumpuhkan oleh konsentrasi yodium yang tinggi. Karena proses ini merupakan

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    16/30

    16

    langkah pertama dalam pelepasan hormon tiroid dari tempat penyimpanan koloid,

    sekresi hormon tiroid ke dalam darah hampir segera dihentikan.3 

    Oleh karena iodida yang berkonsentrasi tinggi itu menurunkan semua tahap

    aktivitas tiroid, maka iodida ini mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan terutama

    mengurangi suplai darahnya, yang berlawanan dengan efek-efek yang disebabkan oleh

    sebagian besar bahan antitiroid lainnya. Karena sebab inilah maka iodida sering

    diberikan pada pasien selama 2 atau 3 minggu sebelum pengangkatan kelenjar tiroid

    untuk menurunkan jumlah pembedahan yang diperlukan, terutama untuk menurunkan

     jumlah perdarahan.3 

    Obat antitiroid utama yang biasa dipakai yaitu tionamid, seperti propiltiourasil,

    karbimazol, dan metimazol. Semuanya menghambat fungsi TPO, mengurangi oksidasi

    dan organifikasi iodida. Obat-obatan ini juga menurunkan kadar antibodi tiroid dengan

    mekanisme yang masih belum jelas.1 

    Terdapat beberapa variasi regimen obat antitiroid. Dosis awal karbimazol atau

    metimazol biasanya 10-20 mg setiap 8-12 jam, tetapi dosis tunggal mungkin digunakan

    setelah tercapai eutiroidisme. Propiltiourasil diberikan dengan dosis 100-200 mg setiap

    6-8 jam, dan dosis terbagi biasanya digunakan. Dosis awal setiap obat antitiroid dapat

    diturunkan bertahap (regimen titrasi) seiring tirotoksikosis membaik. Cara alternatif,

    dosis tinggi diberikan dengan dikombinasikan dengan levotiroksin (regimen block-

    replace) untuk mencegah hipotiroidisme akibat obat. Laporan yang ada menunjukkan

     bahwa regimen block-replace memiliki laju remisi yang lebih tinggi.1 

    Tes fungsi tiroid dan manifestasi klinis ditinjau ulang 3-4 minggu setelah mulai

    terapi, dan dosis dititrasi berdasarkan kadar  free T 4. Sebagian besar pasien belum

    mencapai eutiroid hingga 6-8 minggu setelah terapi dimulai. Kadar TSH sering tetap

    ditekan selama beberap bulan dan oleh karena itu tidak menghasilkan indeks respon

    terapi yang sensitif. Dosis pemeliharaan sehari-hari obat antitiroid biasanya dalam

    regimen titrasi yaitu 2,5-10 mg karbimazol atau metimazol dan 50-100 mg

     propiltiourasil. Dalam regimen block-replace, dosis awal obat antitiroid dipertahankan

    konstan dan dosis levotiroksin yang disesuaikan untuk mempertahankan kadar free T 4 

    normal. Ketika penekanan TSH berkurang, kadar TSH dapat digunakan untuk

    memonitor terapi.1 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    17/30

    17

    Propanolol (20-40 mg setiap 6 jam) atau beta blocker  kerja-lama, seperti atenolol,

    dapat membantu mengontrol gejala adrenergik, terutama ketika tahap awal terapi

    dimana obat antitiroid belum berefek. Kebutuhan antikoagulan, warfarin, harus

    dipertimbangkan untuk semua pasien dengan fibrilasi atrial. Jika digoksin digunakan,

     peningkatan dosis sering dibutuhkan dalam keadaan tirotoksikosis.1 

    Radioiodin menyebabkan destruksi sel-sel tiroid dan dapat digunakan sebagai terapi

    awal atau untuk kasus relaps setelah percobaan dengan obat antitiroid. Terdapat sedikit

    risiko kemungkinan terjadi krisis tiroid setelah radioiodin, yang dapat diminimalkan

    dengan terapi awalan obat antitiroid selama minimal 1 bulan sebelum. Obat ini harus

    dihentikan 3 hari sebelum penggunaan radioiodin untuk mencapai ambilan iodin yang

    maksimal.1

     

    Tiroidektomi subtotal merupakan pilihan pada pasien dengan kasus relaps setelah

    obat antitiorid. Beberapa ahli merekomendasikan operasi untuk pasien yang muda,

    terutama jika struma sangat besar. Kontrol hati-hati tirotoksikosis dengan obat

    antitiroid, diikuti potassium iodida dibutuhkan sebelum operasi untuk menghindari

    krisis tirotoksis dan mengurangi vaskularisasi kelenjar.1

    3.7 Hipotiroidisme

    Hipotiroidisme merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid tidak mampu

    menghasilkan hormon tiroid yang cukup agar tubuh dapat berfungsi normal.9 Defisiensi

    yodium masih tetap merupakan penyebab utama hipotiroidisme di seluruh dunia. Pada

    area yang cukup asupan yodium, penyakit autoimun (tiroiditis Hashimoto) dan

     penyebab iatrogenik paling sering terjadi.1 

    Tabel 3.7.1. Penyebab hipotiroidisme1 

    Hipotiroidisme primer Hipotiroidisme autoimun : Tiroiditis Hashimoto,

    tiroiditis atrofi

    Iatrogenik : terapi 131I, tiroidektomi subtotal atau total,

    iradiasi eksternal pada leher

    Obat : kelebihan yodium, litium, obat antitiroid, dan

    lain-lain

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    18/30

    18

    Hipotiroidisme kongenital : kelenjar tiroid tidak ada

    atau ektopik, dishormonogenesis, mutasi TSH-R

    Defisiensi yodium

    Penyakit infiltratif : amiloidosis, sarcoidosis,hemokromatosis, skleroderma, kistinosis, tiroiditis

    Riedel

    Overekspresi enzim deidodinase tipe 3 pada hemangioma infantil

    Transien Silent thyroiditis : tiroiditis postpartum

    Tiroiditis subakut

    Withdrawal terapi tiroksin pada individu dengan tiroid

    intakSetelah terapi 131I atau tiroidektomi subtotal pada

     penyakit Grave

    Hipotiroidisme

    sekunder

    Hipopituitarisme: tumor, operasi hipofisis atau

    iradiasi, penyakit infiltratif, sindroma Sheehan,

    trauma, tipe genetik defisiensi hormon hipofisis

    Defisiensi TSH terisolasi atau inaktif

    Terapi BexarotenePenyakit hipotalamus : tumor, trauma, penyakit

    infiltratif, idiopatik

    Seperti halnya pada hipertiroid, tanda dan gejala pada hipotiroid dari berbagai

     penyebab serupa.1 

    Tabel 3.7.1. Tanda dan gejala hipotiroidisme1 

    Gejala Tanda

    Kelelahan, lemah Kulit kering bersisik; ekstrimitas perifer

    dingin

    Kulit kering Wajah, tangan dan kaki udem

    (miksedema)

    Merasa kedinginan Alopesia difus

    Rambut rontok Bradikardia

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    19/30

    19

    Sulit berkonsentrasi dan kemampuan

    mengingat yang buruk

    Edema perifer

    Konstipasi Relaksasi refleks tendon terlambat

    Penambahan berat badan padahalnafsu makan menurun

    Sindroma carpal tunnel

    Dispnea Efusi kavitas serosa

    Suara serak

    Menorrhagia, kemudian

    oligomenorrhea atau amenorrhea

    Paresthesia

    Gangguan pendengaran

    Gambar 3.7.1. Algoritme evaluasi hipotiroidisme1

    Jika tidak ada sisa fungsi tiroid, dosis pengganti harian levotiroksin biasanya

    1,6 µg/kgBB (100-150 µg). Kebanyakan pasien, dosis rendah cukup untuk membuat

     jaringan sisa tiroid dihancurkan. Pada pasien yang mengalami hipotiroidisme setelah

    terapi penyakit Grave, terdapat fungsi otonom dasar yang sudah ada, sehingga dosis

    terapi pengganti digunakan lebih rendah (75-125 µg/dL).1 

    Pasien dewasa di bawah 60 tahun tanpa tanda penyakit jantung dapat dimulaidengan dosis 50-100 µg levotiroksin (T4) setiap hari. Dosis ini disesuaikan dengan

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    20/30

    20

    kadar TSH, dengan tujuan pengobatan yaitu kadar normal TSH. Respon TSH bertahap

    dan harus diukur dalam 2 bulan setelah mulai pengobatan atau setelah perubahan dosis

    levotiroksin. Efek klinis dari penggunaan levotiroksin seringkali lambat muncul. Pasien

    tidak akan mencapai perbaikan penuh hingga 3-6 bulan setelah kadar TSH normal

    tercapai. Penyesuaian levotiroksin dibuat dengan penambahan 12,5 atau 25 µg jika TSH

    tinggi; penurunan dengan dosis yang sama juga mesti dilakukan jika TSH rendah.

    Pasien dengan TSH yang rendah akibat penyebab apapun, termasuk terapi berlebihan

    T4, memiliki risiko fibrilasi atrium dan berkurangnya densitas tulang.1 

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    21/30

    21

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS

    I.  Identitas Pasien

     Nama : Rusmaini

     Nomor MR : 942355

    Jenis kelamin : Perempuan

    Umur : 53 tahun

    Alamat :

    II.  Anamnesis

    Autoanamnesis didapatkan dari pasien sendiri.

    Seorang pasien perempuan berusia 53 tahun datang ke IGD RSUP dr. M. Djamil

    Padang pada tanggal 4 April 2016 dengan :

    Keluhan Utama 

    Sesak nafas meningkat sejak 2 minggu yang lalu

    Riwayat Penyakit Sekarang 

    Sesak nafas meningkat sejak 2 minggu yang lalu. Sesak nafas dirasakan

    hilang timbul, muncul saat beraktivitas. Sesak tidak dipengaruhi makanan,

    dan cuaca. Riwayat terbangun tiba-tiba karena sesak ada.

    Batuk berdahak sejak 4 hari yang lalu, berdahak, berwarna putih, darah (-).

    Batuk tidak disertai berkeringat malam.-  Riwayat sembab pada kedua tungkai (+)

    Demam (-), nyeri dada (-)

    -  BAK jumlah dan warna biasa

    -  BAB jumlah dan konsistensi biasa

    -  Pasien sebelumnya dirawat di RSUD Muaro Bungo selama ± 2 minggu yang

    lalu.

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    22/30

    22

    -  Pasien sudah dikenal menderita hipertiroid sejak tahun 1994, dan sudah

    mendapat obat Propiltiourasil (PTU) dengan dosis 3x100 mg per hari dan

    obat Propanolol dengan dosis 3x1.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    -  Riwayat hipertensi (+) dengan tekanan darah tertinggi >140 mmHg

    Riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada.

    -  Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada.

    Riwayat penyakit keluarga

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien

    Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi

    Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga

    III.  Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Composmentis

    Tekanan darah : 160/80 mmHg

    Frekuensi nadi : 96 kali/ menit

    Frekuensi napas : 28 kali/ menit

    Suhu : 36,7oC

    Tinggi badan : cm

    Berat badan : kg

    Keadaan gizi : Kurang

    Sianosis : Tidak ada

    Oedema : Tidak ada

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    23/30

    23

    Ikterus : Tidak ada

    Kulit : Teraba hangat, turgor baik

    Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

    Kepala : normocephal

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Telinga : Tidak ditemukan kelainan

    Hidung : Tidak ditemukan kelainan

    Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan

    Gigi dan Mulut : Karies (+)

    Leher : JVP 5+2 cmH2O, kelenjar tiroid teraba membesar, difus, batas

    tidak tegas, konsistensi kenyal, bruit (-)

    Paru-paru : Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis

    Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri

    Perkusi : sonor

    Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler, rhonki +/+ basah

    halus, wheezing +/+

    Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI

    Perkusi : batas jantung kanan di linea sternalis dextra,

     batas jantung kiri 1 jari lateral linea

    midklavikularis sinistra RIC VI, batas jantung

    atas di RIC II

    Auskultasi : irama iregular, bising sistolik, grade 4/6,

    gallop (+), M1>M2, P2

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    24/30

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    25/30

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    26/30

    26

    -  EKG

    Kesan : Sinus aritmia/HR 100x/menit / aksis (+) / gelombang P (-) / Interval PR sulit

    dinilai / Komplek QRS 0,08s / T inverted  di lead II, III, avF / Q patologis (-) / LVH (+),

    RVH (-), gelombang U (+)

    -  Indeks Wayne

    Gejala yang baru

    muncul dan/atau

    bertambah berat

    Skor Tanda Ada Tidak ada

    Sesak saat beraktivitas +1 Tiroid teraba +3 -3

    Palpitasi +2 Bruit tiroid +2 -2

    Kelelahan +2 Eksoftalmus +2 -

    Suka udara panas -5 Retraksi kelopak mata +2 -

    Suka udara dingin +5  Lid lag +1 -

    Keringat berlebihan +3 Hiperkinesis +4 -2

    Gugup +2 Tangan panas +2 -2

     Nafsu makan naik +3 Tangan basah +1 -1

     Nafsu makan turun -3 Denyut nadi :

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    27/30

    27

    Berat badan naik -3 >80/menit

    >90/menit

    - -3

    +3 -

    Berat badan turun +3 Fibrilasi atrium +4 -

    Total +3 Total +4Total skor : +7

    Kesan : Eutiroid 

    -  Indeks New Castle

    Klinis Skor

    Umur timbulnya gejala:

    15-24 th

    25-34 th

    35-44 th

    45-54 th

    >55 th

    0

    4

    8

    12

    15

    Psychological precipitant -5

    Frequent checking -3

    Severe antiopathy anxietas -5

     Nafsu makan naik +5

    Tiroid teraba +3

    Bruit +18

    Eksoftalmus +19

    Lid retraction +9

    Hiperkinesis +4

    Tremor halus +4

     Nadi

    >90

    80-90

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    28/30

    28

    V.  Diagnosis Kerja

       Acute Decompensated Heart Failure, wet and warm, ec thyroid heart

    disease

     

    Struma difusa toksik

    VI.  Tatalaksana

    Istirahat / Pasang NGT/ Diet jantung II / Diet rendah garam II / O2 2L/menit

    -  Drip Lasix 1 mg/jam

    -  Bisoprolol 1x5 mg

    -  Candesartan 1x4 mg

    -  Metimazol 2x10 mg

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    29/30

    29

    BAB III

    KESIMPULAN

    Telah dirawat seorang perempuan usia 53 tahun sejak tanggal 4 April 2016 di bangsal

     penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis :

       Acute Decompensated Heart Failure, wet and warm, ec thyroid heart disease 

      Struma difusa toksik

    Penegakan diagnosis acute decompensated heart failure ini berdasarkan kriteria

    Frammingham dimana pada pasien ditemukan gejala seperti sesak nafas yang dipengaruhi

    aktivitas, serta riwayat sesak nafas tiba-tiba hingga pasien terbangun dari tidur, riwayat sembab

     pada kaki. Selain itu juga ditemukan takikardia, takipnea, ronkhi paru, bunyi jantung P2 lebih

    keras, bunyi jantung gallop, distensi vena jugularis, dan hepatomegali. Sedangkan diagnosis

    struma difusa toksik ditegakkan berdasarkan temuan klinis pembesaran tiroid, dan adanya

    komplikasi jantung akibat penyakit tiroid.

  • 8/16/2019 CRS Struma Diffusa Toxic

    30/30