[TANGGAL] - STP Bandung

170
[TANGGAL] Tim Peneliti : - Dr. Beta Budisetyorini M.Sc - Deddy Adisudharma, MM. - Vyana Lohjiwa MP.Par. - Alifka Gaung Ryanda - Anasthasya Ayu Imelda M. - Elda Nurmalinda - Inasa Ori Sativa - Nurul F. Amalia - Prisma Nova E. - Vaiz Lazuardian

Transcript of [TANGGAL] - STP Bandung

Page 1: [TANGGAL] - STP Bandung

[TANGGAL]

Tim Peneliti :- Dr. Beta Budisetyorini M.Sc- Deddy Adisudharma, MM.- Vyana Lohjiwa MP.Par. - Alifka Gaung Ryanda- Anasthasya Ayu Imelda M.- Elda Nurmalinda- Inasa Ori Sativa- Nurul F. Amalia- Prisma Nova E.- Vaiz Lazuardian

Page 2: [TANGGAL] - STP Bandung

7

Page 3: [TANGGAL] - STP Bandung

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori

Model destination competitiveness and sustainability yang dibentuk oleh Ritchie

(2003) dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

destinasi pariwisata dan juga untuk melihat pengelolaan dan pengembangan suatu

destinasi yang berkelanjutan. Komponen-komponen didalam model tersebut adalah

qualifying and amplifying determinants, destination policy, planning and development,

destination management, core resources and attractors, dan supporting factors and

resources. Pengembangan produk pariwisata dapat dikatakan berkelanjutan apabila suatu

destinasi pariwisata memiliki konsistensi terhadap alam, sosial dan nilai adat yang

memberikan kesempatan bagi guest dan host untuk menikmati proses dampak positif dari

interaksi dan berbagi pengalaman bersama (Eadington dan Smith, 1992).

Selain model yang telah disebutkan diatas, terdapat pula model Tourist

Destination Competitiveness and Attractiveness (TDCA) yang dibentuk dari adaptasi

teori Buhalis (2001); Formica (2001); Hu dan Ritchie (1993); Kozak dan Rimmington

(1999); Newall (1992) dalam jurnal yang berjudul A Conceptual Model of Tourism

Destination Competitiveness and Attractiveness. Dalam model tersebut disebutkan bahwa

destinasi yang berkelanjutan dan berdaya saing menyediakan faktor-faktor pendorong

dari wisatawan agar destinasi dapat berkembang dan wisatawan mendapat pengalaman

yang memuaskan.

Model destination competitiveness and sustainability ini juga pernah digunakan

dalam beberapa penelitian sebagai grand theory. Diantaranya adalah “A Models of

Destination Competitiveness and Sustainability: Brazilian Perspective, 2010” yang

membahas pemahaman penulis tentang sebuah destinasi wisata yang didapat dari diskusi

dengan para pemimpin industri mengenai sifat daya saing di sebuah destinasi wisata.

Pemahaman ini telah dikemas dalam suatu ringkasan dalam model Destination

Competitiveness and Sustainability (Ritchie dan Crouch, 2003). Penelitian kedua yang

menggunakan teori ini sebagai grand theory adalah penelitian yang berjudul

“Determinants of Tourism Destination Competitiveness: A Theoretical Model and

Page 4: [TANGGAL] - STP Bandung

9

Empirical Evidence, 2014”. Penelitian ini mengembangkan model destination

competitiveness yang dapat memungkinkan perbandingan antar negara dan antar sektor

industri pariwisata. Model ini bertujuan untuk melihat elemen utama dari daya saing

disorot dari literatur umum. Terkait dengan model tersebut indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur daya saing dan berkelanjutan dari setiap destinasi pariwisata.

Indikator-indikator ini, baik subjektif maupun objektif, diidentifikasi dari unsur-unsur

utama yang terdiri dari model destination competitiveness dan juga dari diskusi workshop

yang diadakan di Korea dan Australia.

Penjabaran di atas memperlihatkan bahwa, tim peneliti Integrated Research (IR)

menggunakan teori Core Resources and Attractors dan Supporting Factors and

Resources dari model Destination Competitiveness and Sustainability (Ritchie, 2003)

yang lebih memfokuskan terhadap produk destinasi. Tim peneliti memilih teori ini

sebagai teori utama karena teori ini sudah banyak digunakan pada penelitian sebelumnya

sebagai grand theory. Selain itu model ini juga dapat digunakan untuk menganalisis suatu

destinasi dari sisi pariwisata berkelanjutan dan juga daya saing suatu destinasi.

Menurut PP No. 50 Tahun 2011, di Indonesia terdapat kawasan yang memiliki

fungsi utama pariwisata atau potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi,

sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup,

serta pertahanan dan keamanan yang disebut Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

(KSPN). Sesuai dengan RIPPARNAS Tahun 2011, visi dari pengembangan pariwisata di

Indonesia bahwa pengembangan pariwisata di Indonesia dilakukan secara berkelanjutan

dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Indonesia

memiliki 88 KSPN yang salah satunya adalah KSPN Borobudur dan Sekitarnya.

Page 5: [TANGGAL] - STP Bandung

10

Dilihat dari peta KSPN di atas, terdapat beberapa destinasi pariwisata yang berada

di dalamnya yaitu Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Desa Majaksing, Desa

Tuksongo dan Desa Candirejo.

Andreea Zamfir dan Razvan (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Towards

Sustainable Tourism Development in Urban Areas: Case Study on Bucharest as Tourist

Destination” mengatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah suatu teori yang

kompleks karena memiliki sifat yang mendalam, relatif, dan multi dimensional. Menurut

La Viña, dkk (2003) sifat multi-dimensional dari pariwisata berkelanjutan didasarkan

pada tiga dimensi keberlanjutan yang berbeda, yaitu lingkungan, sosial, dan

keberlanjutan ekonomi atau disebut juga sebagai "people, planet and prosperity".

Sesuai dengan teori yang diungkapkan, terdapat beberapa fenomena di KSPN

Borobudur dan Sekitarnya tentang produk destinasi pariwisata. Beberapa fenomena

tersebut adalah seperti yang dilansir dalam CNN Indonesia (2014) yang menyatakan

bahwa Menteri Pariwisata Indonesia bersama dengan UNWTO akan menggarap tiga kota

di Indonesia yang salah satunya adalah Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan agar

pengembangan pariwisata di Indonesia tidak hanya terfokus pada Bali dan Jakarta saja.

Walaupun secara geografis, Yogyakarta tidak termasuk dalam KSPN Borobudur dan

sekitarnya, namun Candi Borobudur yang letaknya dekat dengan Yogyakarta juga akan

dikembangkan secara berkelanjutan. Kerjasama ini meliputi tiga tahap. Pertama,

Gambar I.1

Peta KSPN Borobudur dan Sekitarnya

Sumber : RIPPARNAS (2010)

Page 6: [TANGGAL] - STP Bandung

11

pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan UNWTO akan bersama-sama

menggarap kerangka kebijakan soal sustainable tourism. Hal ini dilakukan agar arah

pengembangan pariwisata Indonesia ke depan tidak hanya terfokus pada sisi ekonomi

saja. Kedua, setelah kerangka kebijakan selesai dibuat, UNWTO akan melakukan

observasi langsung. Terakhir, setelah program ini selesai dikerjakan, pemerintah akan

membentuk sebuah lembaga sertifikasi yang memiliki tugas khusus untuk memantau

perkembangan sustainable tourism di sebuah destinasi wisata. Namun pada

kenyataannya, pengembangan pariwisata di KSPN Borobudur masih belum sepenuhnya

berkelanjutan. Hal ini terlihat dari fenomena bahwa Desa Borobudur merupakan salah

satu desa termiskin ke-13 di Kabupaten Magelang. (BPS Kabupaten Magelang, 2013).

Sedangkan menurut McKenzie (2004) keberlanjutan sosial sebagai proses yang

memberikan kualitas hidup lebih baik di masyarakat, yang pada faktanya belum

terealisasi di KSPN Borobudur dan sekitarnya. Destinasi lain di KSPN Borobudur dan

sekitarnya pun belum banyak dikunjungi wisatawan selain Candi Borobudur itu sendiri

dilihat dari travel flows.

Dilihat dari sisi pariwisata yang berkelanjutan, menurut Ritchie (2003) sebuah

destinasi dapat dilihat dari sudut pandang Core Resources and Attractors dan Supporting

Factors and Resources. Core resources and attractors merupakan alasan mendasar

mengapa calon pengunjung memilih salah satu destinasi dibandingkan yang lainnya

(Ritchie, 2003). Candi Borobudur merupakan daya tarik utama di KSPN Borobudur dan

sekitarnya, hal ini dapat dibuktikan dengan masuknya Candi Borobudur dalam 7 (tujuh)

keajaiban dunia dan telah dinyatakan oleh UNESCO pada tahun 1997 sebagai World

Heritage Site serta menjadi salah satu dari 10 Destinasi Prioritas di Indonesia yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata tahun 2015. Sedangkan dilihat dari sudut

pandang perspektif ekonomi pariwisata, Borobudur merupakan aset budaya yang

menguntungkan secara ekonomi. Putra (2002) mengatakan bahwa perbedaan-perbedaan

budaya dunia masih jelas tampak dan itulah yang hendak ditonjolkan negara yang

mengembangkan pariwisata untuk memenuhi rasa ingin tahu wisatawan. Sesuai dengan

pernyataan di atas, bila dilihat dari karakteristiknya, Borobudur merupakan salah satu

peninggalan kepurbakalaan pada masa lalu, sehingga termasuk dalam wilayah pariwisata

untuk jenis kebudayaan (Cultural Tourism). Selain Candi Borobudur, terdapat pula

Page 7: [TANGGAL] - STP Bandung

12

atraksi wisata lain di sekitarnya yang merupakan Top 10 Things to do in Borobudur

menurut wisatawan yang terangkum dalam website lonelyplanet.com (2015), kesepuluh

atraksi tersebut adalah Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Patio, Saung

Makan Bu Empat, Waisak, Museum Kapal Samurraska, dan pertunjukan seni Sendratari

Ramayana di Borobudur Festival.

Selanjutnya, aspek supporting factors and resources merupakan faktor

pendukung agar dapat membentuk industri pariwisata yang sukses (Ritchie, 2003).

Mengembangkan supporting factors and resources mungkin tidak mudah di lokasi atau

wilayah yang miskin, belum berkembang atau berpenduduk jarang (Ritchie, 2003). Di

dalam supporting factors and resources terdapat infrastructure, accesibilities,

facilitating, enterprise, hospitality, political will.

Pengelolaan daya tarik utama di KSPN Borobudur yaitu Candi Borobudur

dikelola langsung oleh PT. TWC namun Pemerintah Daerah belum mendapat dampak

langsung dari pariwisata. Pemerintah Daerah juga tidak memiliki kewenangan untuk

mengatur Candi Borobudur karena pengelolaannya langsung dikelola oleh pusat, yaitu

Kementerian Pariwisata. Meskipun begitu, aksesibilitas menuju ke KSPN Borobudur dan

sekitarnya cenderung mudah dicapai karena adanya Bandara Internasional Adi Sutjipto di

Yogyakarta dan Bandara Internasional Ahmad Yani di Semarang serta stasiun kereta api

Yogyakarta dan stasiun kereta api Semarang. Elemen infrastruktur juga sangat penting

dalam sebuah destinasi dan kegiatan ekonomi dan seperti sanitasi, sistem komunikasi,

fasilitas umum, dan ketersediaan air (Ritchie, 2003). Maka dapat disimpulkan

infrastruktur di KSPN Borobudur sudah cukup baik.

Dari beberapa fenomena yang telah disebutkan maka peneliti melihat bahwa

masalah di KSPN Borobudur dan Sekitarnya mengerucut kepada satu aspek yaitu produk

destinasi wisata di KSPN Borobudur dan Sekitarnya.

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dalam usulan penelitian ini

penulis membatasinya berdasarkan ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi.

Page 8: [TANGGAL] - STP Bandung

13

1. Ruang Lingkup Wilayah

a. Ruang lingkup wilayah penelitian adalah KSPN Borobudur dan

sekitarnya.

b. Objek penelitian dilakukan pada destinasi wisata di KSPN Borobudur dan

Desa Borobudur, Desa Candirejo, Desa Wanurejo, Desa Majaksingi, Desa

Mendut, dan Desa Tuksongo.

2. Ruang Lingkup Substansi

Dalam penelitian ini kami menggunakan teori dari Ritchie (2003) sebagai

grand theory dengan mengusung model Destination Competitiveness and

Sustainability. Dari kelima pilar model Destination Competitiveness and

Sustainability, tim peneliti membatasi hanya dua pilar yang akan diteliti yaitu:

a. Core Resources Attractors (Daya Tarik Utama)

b. Supporting Factors Resources (Faktor Pendukung Sumber Daya)

c. Sustainable Tourism (Pariwisata Berkelanjutan)

Page 9: [TANGGAL] - STP Bandung

14

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana core resources and attractors dari destinasi di KSPN Borobudur dan

sekitarnya?

2. Bagaimana supporting factors and resources dari destinasi di KSPN Borobudur

dan sekitarnya?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implikasi dari teori core resources and

attractors dan supporting factors and resources produk destinasi pariwisata yang

berkelanjutan di KSPN Borobudur dan sekitarnya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:

Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan kontribusi bagi

pengembangan keilmuan pariwisata khususnya teori dan teori produk pariwisata

berkelanjutan.

2. Manfaat praktisi:

a. Bagi peneliti:

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan

menambah pemahaman mengenai teori dan teori yang dipelajari selama

perkuliahan.

b. Bagi stakeholder:

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi

stakeholder terkait dalam pengembangan produk pariwisata suatu destinasi.

c. Bagi penelitian selanjutnya:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya

dalam mengembangkan teori dan teori dari sudut pandang yang berbeda.

Page 10: [TANGGAL] - STP Bandung

15

Page 11: [TANGGAL] - STP Bandung

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Destination Competitiveness and Sustainability

Menurut Ritchie (2003), model destination competitiveness and sustainability

merupakan pengumpulan dari teori-teori yang membentuk dan membantu

mengklarifikasi pemahaman kita terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

competitiveness (daya saing) dan sustainability (berkelanjutan) dari suatu destinasi

pariwisata. Dari pengumpulan teori-teori tersebut maka terbentuk lima pilar berserta

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kelima pilar tersebut yaitu qualifying and

amplifying determinant; destination policy, planning and development; destination

management, core resources and attractors, dan supporting factor and resources.

Gambar II.1

Model Destination Competitiveness and Sustainability

Sumber : Ritchie (2003)

Page 12: [TANGGAL] - STP Bandung

17

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya menggunakan dua pilar yaitu core

resources and attractors, dan supporting factor and resources. Berikut penjabaran dari

kedua pilar tersebut:

1. Core Resources and Attractors

Core resources and attractors merupakan alasan mendasar mengapa calon

pengunjung memilih salah satu tujuan dibanding yang lainnya. Faktor-faktor ini jatuh

ke dalam tujuh kategori: fisiografi dan iklim, budaya dan sejarah, hubungan pasar,

campuran kegiatan, acara khusus, hiburan dan suprastruktur pariwisata.

a. Physiography and Climate

Physiography and Climate (fisiografi dan iklim) didefinisikan sebagai

sifat kerangka lingkungan dimana pengunjung ada dan menikmati destinasi.

Hal ini juga didefinisikan sebagai estetika dan daya tarik visual dari tujuan

dan karena itu merupakan faktor dimana destination managers memiliki

kontrol yang sedikit atau tidak memiliki kontrol sama sekali, dimana

pembangunan pariwisata berdasarkan pada karakteristiknya. Fisiografi dan

iklim merupakan salah satu parameter daya tarik inti dimana faktor lain harus

secara kreatif dikembangkan. Komponen dari fisiografi dan iklim seperti

aspek fisik dari lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya

mencakup aspek udara, tanah/batuan, air, dan lahan.

b. Culture and History

Menurut Ritchie (2003) culture and history (budaya dan sejarah) sangat

penting bagi suatu destinasi dan merupakan salah satu faktor yang

memberikan kekuatan untuk menarik minat calon pengunjung. Kekuatan ini

muncul secara signifikan dalam beberapa segmen pasar perjalanan, terutama

saat ini adanya pariwisata yang homogen, di mana sering tampak menyerupai

satu sama lain.

Apabila suatu destinasi dapat menarik pengunjung dengan pengaturan

yang unik dimana dapat menjalani gaya hidup mereka di luar rutinitas sehari-

hari, destinasi tersebut dapat memiliki nilai keunggulan yang kompetitif yang

Page 13: [TANGGAL] - STP Bandung

18

jelas. Namun faktor budaya dan sejarah dapat dilihat dari pertimbangan

besar/kecil, sedikit atau tidak adanya upaya untuk mengubah atau menghapus

budaya lokal dan nilai sejarah untuk tujuan pengembangan pariwisata. Hal

tersebut dapat dilihat dari komponen budaya dan sejarah seperti kerajinan

tangan, tradisi lokal, gastronomi, seni dan musik lokal, peninggalan bentuk

fisik sejarah, dan bahasa yang digunakan (masyarakat lokal).

c. Market Ties

Market Ties atau hubungan pasar meliputi beberapa dimensi yang dimana

suatu destinasi menetapkan dan membangun hubungan dengan penduduk

lokal di daerah pariwisata. Ikatan penduduk lokal menghasilkan pola

perjalanan yang telah berkembang dari waktu ke waktu dalam jangka lama

memberikan kekuatan dan memungkinkan hubungan yang kuat untuk

membangun alur perjalanan yang sistematis dan dapat diprediksi untuk

destinasi.

Segmen pasar 'mengunjungi teman dan kerabat’, untuk sementara bukan

menjadi segmen yang paling menguntungkan dan dapat memberikan dasar

yang kuat untuk membangun pariwisata dalam sebuah destinasi. Bahkan lebih

penting lagi, dalam pembentukan hubungan bisnis sering mengarah pada

penghasilan aliran pengunjung yang baik dan menciptakan bentuk-bentuk lain

dari pembangunan ekonomi. Ikatan lainnya termasuk agama, olahraga,

perdagangan dan kebudayaan.

d. Mix of Activities

Dimensi activities dari daya tarik destinasi semakin penting dimana

sebagai wisatawan semakin berupaya untuk mendapatkan pengalaman yang

berbeda dari kunjungan wisata pasif. Tantangan yang dihadapi manajer

destinasi pariwisata adalah untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang

mengambil keuntungan dari fisiografi alami dari tujuan sambil tetap konsisten

dengan budaya lokal dan nilai lokalnya. Menurut Ritchie (2003) aktivitas

wisata harus:

Page 14: [TANGGAL] - STP Bandung

19

1) Memperhatikan alam dan topografi untuk menarik wisatawan,

memperhatikan nilai budaya lokal dan keberadaan masyarakat

sekitar atau tidak menentang budaya secara eksplisit.

2) Mengamati peraturan lokal dan hukum/kebijakan yang berlaku.

3) Menyediakan aktivitas yang saling melengkapi agar dapat

memenuhi kebutuhan peluang untuk mencakup wisatawan lebih

luas.

4) Menawarkan aktivitas yang unik dan sesuai dengan keadaan alam

di destinasi.

5) Menyediakan aktivitas yang sesuai dengan seluruh musim di

daerah tujuan wisata dan menyediakan aktivitas yang secara

ekonomi dapat terus berlangsung.

e. Special Events

Special Events merujuk pada berbagai acara yang dapat menciptakan

kegiatan yang memiliki tingkat keminatan yang tinggi dan keterlibatan pada

bagian kedua belah pihak yaitu, pengunjung dan penduduk lokal. Spektrum

yang kemungkinan acara khusus berkisar dari festival komunitas yang

berbentuk skala besar internasional 'mega-events'.

Festival lokal memberikan kesempatan untuk melibatkan warga dalam

acara relevansi khusus seperti yang ada didalam kehidupan sehari-hari, dan

juga dapat menarik pengunjung dari daerah terdekat.

f. Entertainment

Entertainment atau hiburan dirancang untuk kegiatan berupa acara variatif

yang ditawarkan oleh destinasi. Oleh karena itu bagi destinasi lain hiburan

merupakan kekuatan yang menjadi daya tarik utama dari destinasi. Industri

entertainment merupakan pemasok utama untuk travel dan pariwisata.

Contohnya seperti teater, konser, komedi festival, opera dan sirkus. Hiburan

bahkan dapat menarik wisatawan internasional.

Menurut Kim Ieng (2009) dalam jurnal “Entertainment as a tourism

development tool in Macao” mendefinisikan entertainment dalam konteks

Page 15: [TANGGAL] - STP Bandung

20

pariwisata adalah “Segala sesuatu yang menghasilkan pendapatan (langsung

maupun tidak langsung) dari aktivitas buatan atau terstruktur (misal,

pertunjukan jalanan yang terstruktur yang dilewati oleh banyak orang, dengan

beberapa orang ada yang menganggap menarik, dan ada yang tidak), tidak di

lakukan di dalam rumah (dengan demikian adalah home theater, video games,

televisi dan program media lainnya dan sejenisnya, yang semuanya inklusi

umum dari unsur hiburan umum), dengan wisatawan sebagai salah satu

kelompok penonton inti, dan setelah berakhir menghasilkan rentang respon

emosional yang dapat meringankan penonton dari stres sehari-hari. Hiburan

didominasi reseptif, namun terkadang juga partisipatif.

g. Tourism Superstructure

Tourism superstructure adalah bagian dari pariwisata yang terdiri dari

fasilitas akomodasi, layanan makanan, fasilitas transportasi dan atraksi utama,

yang banyak disebut sebagai industri pariwisata.

Dalam buku “Pengantar Ilmu Pariwisata” karangan A. Yoeti tahun

1993, tourism suprastructure adalah sarana-sarana pariwisata yang meliputi

unsur-unsur yang terkait langsung sebagai pelengkap dan penunjang

pariwisata. Ada tiga jenis sarana pariwisata yang termasuk kedalam

suprastruktur kepariwisataan, yakni:

1) Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure)

Sarana pokok adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan

kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan travellers

lainnya. Sarana pokok berfungsi menyediakan fasilitas pokok guna

memberikan pelayanan bagi kehadiran wisatawan. Perusahaan-perusahaan

tersebut meliputi biro perjalanan umum dan agen tur perjalanan,

transportasi wisata akomodasi, restoran dan atraksi wisata.

2) Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)

Sarana pelengkap adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi

sarana pokok yang ada, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan

lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjungi.

Page 16: [TANGGAL] - STP Bandung

21

3) Sarana penunjang Kepariwisataan

Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan

wisatawan yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan

sarana pelengkap yang ada, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah

agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang

dikunjungi, seperti klub malam (night club), tempat perjudian dan hiburan

(casino and entertainment), toko suvenir (suvenir shop), dan bioskop.

2. Supporting Factors and Resources

Supporting Factors and Resources merupakan fondasi dimana suatu kesuksesan

industri pariwisata dapat dibentuk (Ritchie, 2003). Suatu destinasi yang memiliki

kelimpahan core resources and attractors tetapi mengalami kelangkaan supporting

factors and resources mungkin akan sulit untuk mengembangkan industri

pariwisatanya, setidaknya dalam jangka pendek, sampai beberapa kekurangan

mendapatkan perhatian dari faktor-faktor yang tergabung dalam supporting factors

and resources, yaitu:

a. Infrastructure

Elemen infrastructure sangat penting dalam semua kegiatan ekonomi dan

sosial, seperti halnya sistem sanitasi, sistem komunikasi, fasilitas umum,

sistem hukum dan pasokan air minum juga memberikan dasar bagi industri

pariwisata yang efektif, efisien dan ekonomis. Prasarana (infrastructure)

adalah semua hasil kontruksi fisik, baik yang ada di atas maupun di bawah

tanah, diperlukan sebagai prasyarat untuk pembangunan, diantaranya dapat

berupa pembangkit tenaga listrik, fasilitas kesehatan, dan pelabuhan

(Soekadijo, 2000: 196).

Yoeti (1990: 81) mengemukakan definisi prasarana kepariwisataan

(tourism infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar

sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan

pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka

ragam. Prasarana wisata dapat berupa:

Page 17: [TANGGAL] - STP Bandung

22

1) Prasarana umum seperti jalan, air bersih, terminal, lapangan udara,

komunikasi dan listrik.

2) Prasarana yang menyangkut ketertiban dan keamanan agar kebutuhan

terpenuhi dengan baik seperti apotik, kantor pos, bank, rumah sakit,

polisi, dan lain-lain.

b. Accessibilities

Accessibilities (Aksesibilitas) dari suatu destinasi juga menjadi salah satu

faktor pendukung karena kemudahan mencapai tujuan sangat mempengaruhi

kegiatan pariwisata di suatu destinasi tersebut. Bentuk dari aksesibilitas bisa

seperti visa dan izin, koneksi rute, hub bandara dan slot pendaratan, kapasitas

bandara, dll.

Menurut Trihatmodjo dalam Yoeti (1997: 5) bahwa aksesibilitas adalah

kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis

atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan

tersebut. Beberapa hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat adalah

kondisi jalan, tarif angkutan jenis kendaraan, jaringan transportasi, jarak

tempuh dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu objek wisata,

wisatawan yang berkunjung dapat semakin banyak jumlahnya.

c. Facilitating

Facilitating didefinisikan sebagai ketersediaan dan kualitas dari

masyarakat, pengetahuan dan sumber daya, pendidikan dan institusi

penelitian, institusi finansial dan berbagai bidang pelayanan publik.

Penyediaan sumber daya merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh

pemerintah maupun pelayanan publik yang berada di destinasi tersebut.

Penyediaan sumber memiliki tiga indikator yakni:

1) Human: Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan

dari tujuan wisata yang sangat beragam. Sayangnya, bagaimanapun peran

penting sumber daya manusia dalam memfasilitasi pengembangan

pariwisata biasanya diabaikan atau diremehkan.

Page 18: [TANGGAL] - STP Bandung

23

2) Knowledge: Keterampilan dan pengetahuan yang mengubah sumber daya

manusia menjadi aset produktif merupakan alasan untuk pentingnya

sumber daya manusia bagi industri pariwisata.

3) Financial Capital: Pasokan sumber daya keuangan perusahaan tergantung

pada kinerja finansial dari industri itu. Sebuah industri yang menyediakan

pengembalian yang memuaskan atas investasi akan menarik sumber daya

keuangan yang lebih besar.

d. Enterprise

Enterprise (Kewirausahaan) berperan dalam mengembangkan usaha baru

di dalam suatu destinasi yang berkontribusi dalam daya saing. Hal tersebut

termasuk persaingan, kerjasama, spesialisasi, inovasi, fasilitas, investasi,

pertumbuhan, distribusi pendapatan dan ekuitas, pengambilan resiko,

produktivitas, mengurangi kesenjangan, diversifikasi produk, manajemen

musim.

e. Hospitality

Hospitality dalam sektor pariwisata bertanggung jawab untuk memberikan

kualitas tinggi dari pengalaman yang tak terlupakan. Setiap pengunjung harus

merasa bahwa mereka lebih dari sekedar sumber pendapatan. Sebaliknya,

pengunjung memiliki keinginan untuk mendapatkan keramah tamahan karena

mereka berusaha untuk menikmati berbagai pengalaman yang ditawarkan oleh

destinasi.

Untuk menilai hospitality dari suatu destinasi bisa di lihat dari kualitas

pelayanan atau service quality. Service quality berisi indikator untuk

mengukur kualitas sektor jasa yang mana dalam proses penyediaan layanan

berdasarkan harapan dan persepsi konsumen (Parasuraman dkk, 1985).

Menurut Kotler dan Keller (2009) terdapat lima indikator pokok kualitas

layanan, yaitu:

1) Reliability: Merupakan kemampuan melaksanakan layanan yang

dijanjikan secara meyakinkan dan akurat

Page 19: [TANGGAL] - STP Bandung

24

2) Assurance: Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan

mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan

3) Tangibles: Penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan

bahan komunikasi

4) Empathy: Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan

khusus kepada masing-masing pelanggan

5) Responsiveness: Kesediaan membantu pelanggan dan memberikan

jasa dengan cepat

f. Political Will

Peran penting dari dukungan politik dalam upaya memfasilitasi industri

pariwisata untuk menciptakan tujuan kompetitif. Kemauan politik bukan

merupakan fungsi dari sikap dan pendapat politisi saja. Semua tokoh

masyarakat membentuk sikap politik untuk ikut berkontribusi bahwa

pariwisata dapat membuat pembangunan ekonomi dan sosial dan kualitas

yang dihasilkan dari kehidupan di tempat tujuan.

B. Pariwisata Berkelanjutan/Sustainable Tourism

Pariwisata berkelanjutan adalah hasil dari pengembangan pariwsata berkelanjutan.

Dalam buku “Potential and Problems In The Development of Tourism” Eadington dan

Smith (1992) menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan bentuk dari

konsisten terhadap alam sosial dan nilai adat yang memberikan kesempatan bagi guest

dan host untuk menikmati proses dampak positif dari interaksi dan berbagi pengalaman

bersama.

Dalam jurnal “Towards Sustainable Tourism Development in Urban Areas: Case

Study on Bucharest as Tourist Destination” karya Andreea Zamfir dan Razvan (2015)

menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah suatu teori yang kompleks karena

memiliki sifat yang mendalam, relatif, dan multi dimensional. Sifat multi-dimensional

dari pariwisata berkelanjutan didasarkan pada tiga dimensi keberlanjutan yang berbeda,

yaitu lingkungan, sosial, dan berlanjutan ekonomi atau disebut juga sebagai "people,

planet and prosperity" (La Viña dkk, 2003).

Page 20: [TANGGAL] - STP Bandung

25

Hunter (1997) menawarkan perspektif lain mengenai pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Hunter menyatakan bahwa paradigma pengembangan pariwisata

berkelanjutan didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1. Mempertemukan kebutuhan dan keinginan dari masyarakat lokal agar

meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal,

2. Memenuhi permintaan wisatawan dan industri pariwisata dan juga terus

menarik wisatawan dan industri pariwisata sehingga dapat mencapai tujuan

pertama,

3. Menjaga sumber daya lingkungan untuk pariwisata, meliputi komponen alam,

bangunan dan komponen budaya, dalam rangka mencapai kedua tujuan

sebelumnya.

White (2006) dalam “Indicators and Sustainable Tourism: Literature Review”

menjelaskan lebih detail mengenai prinsip dari pariwisata berkelanjutan. Berikut

penjabarannya:

1. Sosial-budaya:

a) Memberi pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi wisatawan

b) Partisipasi stakeholders dalam pengambilan keputusan

c) Mempromosikan dan keadilan antargenerasi

d) Menghormati masyarakat lokal

e) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal

2. Ekonomi

a) Terdapatnya sumber baru pendapatan (keberagaman ekonomi)

b) Meningkatkan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan di daerah pedesaan

c) Mendorong investasi infrastruktur di luar

d) Meningkatkan pasar bagi produsen lokal

e) Meningkatkan peluang kerja

f) Mendukung perekonomian lokal

3. Lingkungan

a) Mengelola wilayah alam

b) Mempertahankan dan meningkatkan warisan alam dan budaya

c) Mengurangi konsumsi berlebihan dan limbah.

Page 21: [TANGGAL] - STP Bandung

26

Page 22: [TANGGAL] - STP Bandung

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian verifikatif dan development dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2012:8) yaitu penelitian

yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan penelitian development yaitu untuk menguji

keefektifan suatu produk atau menghasilkan produk tertentu. (Sugiyono, 2009).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian

verifikatif yaitu melakukan pengujian terhadap teori ataupun hasil penelitian

sebelumnya, sehingga hasil yang diperoleh menggugurkan atau memperkuat teori dan

hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Sedangkan tujuan penelitian

development yaitu untuk mengembangkan, menggali dan memperluas lebih dalam

mengenai suatu masalah atau teori keilmuan untuk menjadi lebih dalam sebagai saran

dalam memecahkan berbagai persoalan.

Dalam penelitian ini pendeketan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif.

Seperti yang dikemukakan oleh Creswell (1998), penelitian kualitatif adalah suatu proses

inquiry tentang pemahaman bedasarkan pada tradisi-tradisi metodologi terpisah,

pemeriksaan suatu masalah sosial atau manusia, peneliti membangun suatu kompleks,

gambaran holistik, analisis kata-kata, pandangan laporan terperinci dari informan dan

melakukan studi di objek alamiah.

Dalam penelitian Produk Destinasi yang Berkelanjutan di KSPN Borobudur dan

Sekitarnya metodologi yang digunakan yaitu verifikatif untuk menggugurkan atau

memperkuat teori yang digunakan peneliti yaitu Destination Competitiveness and

Sustainability (Ritchie, 2003). Sedangkan metodologi penelitian development, untuk

menambahkan teori apabila peneliti hendak memperkuat teori yang digunakan.

Page 23: [TANGGAL] - STP Bandung

28

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997: 57). Populasi dalam

penelitian ini adalah destinasi wisata yang terdapat di KSPN Borobudur dan

Sekitarnya yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Desa Majaksing,

Desa Tuksongo, dan Desa Candirejo.

2. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari

populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Di dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non-probability sampling dengan teknik

accidental sampling dan purposive sampling. Accidental sampling yaitu cara

memperoleh sampel berdasarkan siapa saja wisatawan yang kebetulan ditemui pada

saat melakukan penelitian. Sedangkan purposive sampling adalah penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu.

Tabel III.1

Sampel Penelitian IR di KSPN Borobudur dan Sekitasrnya

Teknik

Sampling

Sampel Candi

Borobudur

Candi

Mendut

Candi

Pawon

Desa

Majaksing

Desa

Tuksongo

Desa Candi

Rejo

Accidental

Sampling

Wisatawan

Wisman &

Wisnus

Wisman &

Wisnus

Wisman &

Wisnus

-

-

-

Purpossive

Sampling

Pemerintahan

Disparbud

Kab.

Magelang

Disparbud

Kab.

Magelang

Disparbud

Kab.

Magelang

-

-

-

Masyarakat

-

-

-

Kepala

Desa/

Sekdes

Kepala

Desa/

Sekdes

Kepala

Desa/

Sekdes

Swasta

PT TWCB

-

-

-

-

-

Sumber : Data Sekunder Peneliti

Page 24: [TANGGAL] - STP Bandung

29

C. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Didalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data (Sugiyono

2012: 327). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti dalam

penelitian di KSPN Borobudur dan sekitarnya yaitu Observasi, Wawancara dan Studi

Dokumentasi. Beberapa teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Observasi

Pengertian observasi menurut Riduwan (2004) menyatakan bahwa,

observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan

yang dilakukan. Dalam penelitian ini tim peneliti mengumpulkan data dan

mengamati destinasi wisata yang terdapat di KSPN Borobudur dan Sekitarnya.

b. Wawancara

Menurut Silalahi (2010: 312) menyatakan bahwa “Metode wawancara

merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan

lisan dari seseorang (informan) melalui suatu percakapan yang telah disusun

secara sistematis dan terorganisasi.” Wawancara dalam hal ini bersifat terstruktur

dan tidak terstruktur dalam penelitian ini peneliti mewawancara pihak-pihak

terkait dari berbagai destinasi yang terdapat di KSPN Borobudur dan Sekitarnya

untuk dimintai pendapatnya.

c. Studi Dokumentasi

Arikunto (1993: 22) menyatakan bahwa “Studi dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku –

buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya. Selain itu, dapat juga

diperoleh melalui alat bukti rekam kejadian seperti foto, bukti rekaman, serta

video.” Adapun dokumen yang didapatkan dari penelitian ini adalah foto dan

video yang berkaitan dengan kajian produk.

Page 25: [TANGGAL] - STP Bandung

30

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman wawancara, checklist dan alat dokumentasi. Pedoman wawancara berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu mendapatkan data dan

memperdalam data sekunder. Selain itu, pedoman wawancara digunakan untuk

menetapkan tujuan inti wawancara agar tidak melebar kemana-mana. Daftar

cocok (checklist) merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang

pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda centang atau

tanda cocok (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan untuk mengukur

indikator program yang dapat dinilai sendiri oleh peneliti dan tidak membutuhkan

pendapat orang lain. Serta alat dokumentasi berupa kamera, dokumen-dokumen,

dan perekam.

D. Alat Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model

Point Rating Scale. Menurut (Reips and Funke, 2008) Point Rating Scale adalah alat

pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan,

menilai individu atau situasi. Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan

sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item. Dari beberapa pendapat tersebut,

dapat disimpulkan pengertian. Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data

yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin

diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.

Pada skala rating peneliti diminta merefleksikan kesan-kesan lampau ke dalam

rating. Teknik ini lebih memberikan cara pencatatan yang mudah dan cepat dalam

meringkaskan kesan-kesan hasil pengamatan. Rating scale adalah perluasan checklist.

Perbedaan dengan checklist adalah pada rating scale peneliti mengindikasikan penilaian

dalam bentuk frekuensi dan atau kualitas karakteristik performa (misal: sangat baik,

sedang, kurang), sedangkan pada checklist hanya dituliskan hadir tidaknya..Berikut ini

adalah contoh tabel Point Rating Scale di Desa Candirejo:

Page 26: [TANGGAL] - STP Bandung

31

Tabel III.2

Point Rating Scale Desa Candirejo

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5

Skor Keterangan Data temuan 1 2 3 4 5

Desa

Candirejo

CR Physiography &

Climate

✔ 3 Memberikan pengaruh

terhadap wisatawan dan

berpotensi menjadi daya

tarik wisata

Iklim Musim Hujan, Dingin, Sejuk

Kualitas udara Sejuk

Pemandangan Pegunungan, Pertemuan 3 Sungai

Flora dan fauna Bunga Mawar, Kenikir gegrangan /

Musang

Culture and

History

✔ 4 Terdapatnya tarian,

kerajinan khas, dan

peninggalan khas serta

berpotensi menjadi daya

tarik wisata

Kerajinan-kerajinan tangan Batik (Motif Bunga Pepaya), Wayang

(Kulit, Kertas), Perak Miniatur, Pahat

(Cobek batu), Ukiran (Bambu), Lukisan

Borobudur Kaligrafi.

Tradisi lokal Upacara Adat

Gastronomi Slondok

Seni dan musik lokal Gamelan, Kendang

Peninggalan bentuk fisik sejarah Batu Kendil

Bahasa masyarakat lokal Jawa, Indonesia

Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama

dengan beberapa

stakeholder secara formal

dan rutin dilakukan

Bentuk hubungan antar

stakeholder/program-program

kerja

Travel Agent

Mix Of

Activities

✔ 5 Terdapat banyak aktivitas

yang dapat dilakukan di

destinasi wisata

Variasi aktivitas di destinasi Golden Sunrise, Ekowisata, Rafting,

Cycling, Batu Kendil

Special Events ✔ 3 Terdapat minimal local

events yang rutin

diselenggarakan

Event besar atau tahunan yang

melibatkan berbagai pihak di

destinasi

Pentas Seni (Sesuai Permintaan), Upacara

(Adat, Pernikahan, Sunatan) Jatilan,

Ketoprak, Rebana (Upacara Agama),

Cocok Tanam.

Page 27: [TANGGAL] - STP Bandung

32

Entertainment ✔ 3 Ada hiburan atau event

namun tidak rutin (hanya

dilakukan saat ada

wisatawan)

Hiburan atau event rutin

diselenggarakan oleh

masyarakat

Topeng Ireng, Gamelan

Tourism

Superstructure

✔ 5 Memiliki seluruh dan

banyak pilihan di sarana

pokok, pelengkap dan

penunjangnya

Sarana pokok Akomodasi: Terdapat 40 Homestay,

Metaloka

Atraksi: Dokar Village Tour, Batu kendil,

Banyuasin, Agro Plantation, Cycling,

Rafting, cooking lesson.

Travel Agent: Happy Wisata, exso, Khiri,

ICS, Aneka, Merapi, Smiling, TIH

Rumah makan: Omah Pring

Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: Balai Desa (selaku

penyediaan jenis wisata), Puskesmas

Candirejo, Posyandu

Sarana penunjang Toko suvenir: tidak ada

SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat 4-5 (empat

sampai lima) indikator

Ketersedian jalan Sudah sangat bagus dan beraspal kelas 2

tapi dapat dilalui bis

Ketersedian air bersih Tersedia

Ketersedian listrik Tersedia

Ketersedian apotik/ Puskesmas Tersedia

Ketersedian kantor pos Tidak Tersedia

Ketersedian bank Tidak Tersedia

Ketersedian rumah sakit Tidak Tersedia

Ketersedian kantor dan pos

polisi

Tidak Tersedia

Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-3 (dua sampai

tiga) dari indikator

Kondisi jalan Lampu penerangan jalan, Papan petunjuk

jalan

Page 28: [TANGGAL] - STP Bandung

33

kemudahan menuju ke

destinasi

Tarif angkutan jenis kendaraan Tidak ada angkutan umum

Jaringan transportasi Tidak tersedia (turis biasanya datang

menggunakan transportasi pribadi dan

travel agent)

Jarak tempuh ke destinasi 3 kilometer dari Candi Borobudur

Waktu tempuh ke destinasi 20 menit dari Candi Borobudur

Facilitating ✔ 5 Tersedianya SDM

Pariwisata yang memiliki

keterampilan/ kualitas/

Pengetahuan tentang

pariwisata yang baik dan

sudah memiliki sumber

pendanaan yang rutin

SDM Pariwisata Tersedia dengan adanya guide, pemilik

homestay dan pemilik rumah makan

Kualitas/ keterampilan/

pengetahuan SDM

SDM sudah memiliki wawasan sadar

wisata yang baik

Entreprise ✔ 4 Home industri di destinasi

lebih dari 1(satu) dan

merupakan bagian dari

atraksi

Sumber pendanaan Dari wisatawan masuk ke koperasi desa

Usaha/industri milik masyarakat Homestay, rumah makan, home industri

kerajinan batik dan pahatan kayu

Political will ✔ 3 Pariwisata sudah menjadi

bagian dari pengembangan

desa/wilayah namu tidak

tercantum secara tertulis

dan masyarakat diikut

sertakan dalam

berpendapat terkait

pariwisata didaerahnya

Keterlibatan masyarakat dan

tercantumnya pariwisata dalam

visi misi/ perdes/ kebijakan dan

perencanaan destinasi

Terdapat di visi misi desa namun tidak

tertulis

ST Social Cultural ✔ 5 Memenuhi semua

indikator (Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan, terdapat

partisipasi stakeholders

dalam pengambilan

Memberi pengalaman yang

memuaskan dan bermanfaat

bagi wisatawan

Terdapat pelayanan satu pintu via Balai

Desa

Partisipasi stakeholders dalam

pengambilan keputusan

Semua stakeholder mengikuti peraturan

tentang menjual paket wisata di desa

tersebut

Page 29: [TANGGAL] - STP Bandung

34

keputusan, adanya

promosi dan keadilan

antargenerasi,

menghormati masyarakat

lokal, meningkatkan

kualitas hidup masyarakat

lokal 5/5

Mempromosikan dan keadilan

antargenerasi

Melakukan promosi melalui travel agent

Menghormati masyarakat lokal Semua kegiatan pariwisata menyesuaikan

dengan kearifan lokal desa

Meningkatkan kualitas hidup

masyarakat lokal

Dengan adanya pariwisata perekonomian

masyarakat lokal mengalami peningkatan

Economic ✔ 4 Hanya memiliki 4/5 dari

indikator

Terdapatnya sumber baru

pendapatan (keberagaman

ekonomi)

Pertanian, Usaha (Kios, Rm Makan),

Hasil Seni(Pahatan, Kain, Wayang)

Mendorong investasi dari luar Otonomi daerah tidak memperbolehkan

adanya investor dari luar karena desa

tersebut pure dikelola masyarakat

Meningkatkan pasar bagi

produsen lokal

Dengan adanya pariwisata banyak

masyarakat membuat kerajinan dan

kuliner khas candirejo

Meningkatkan peluang kerja Dengan adanya pariwisata masyarakat

lokal bekeja sebagai local guide

Mendukung perekonomian

lokal

Dengan adanya pariwisata perekonomian

masyarakat lokal terangkat

Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian

alam/budaya baik

langsung maupun tidak

langsung dan terprogram

dan sistem pengolahan

limbah sudah ada

Program/ kegiatan/ upaya

pengelolaan wilayah alam

Adanya kegiatan Gotong Royong

(Pembersihan lingkungan)

Program/ kegiatan/ upaya

mepertahankan dan

meningkatkan warisan alam dan

budaya

Adanya sanggar tari, sanggar untuk

membuat kerajinan tangan

Program/ kegiatan/ upaya

pengurangan konsumsi

berlebihan dan limbah.

Adanya kerja bakti untuk membersihkan

desa

Total 55

Sumber : Olahan Peneliti (2017)

Page 30: [TANGGAL] - STP Bandung

35

Page 31: [TANGGAL] - STP Bandung

36

BAB IV

KONDISI AKTUAL LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Magelang

Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

yang letaknya berbatasan dengan beberapa kabupaten dan kota. Topografi dan kontur

tanah Kabupaten Magelang secara geografis Kabupaten Magelang terletak di antara 110˚

01’ 51” dan 110˚ 26’ 58” Bujur Timur, 7˚ 19’ 13” dan 7˚ 42’ 16” Lintang Selatan, dengan

luas wilayah 1.085,73 km2 ( 108.573 Ha ). Sedangkan secara geografis letak Kabupaten

Magelang berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten yaitu:

• Sebelah Utara: Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang

• Sebelah Timur: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali

• Sebelah Selatan: Kabupaten Purworejo dan Provinsi DIY (Daerah Istimewa

Yogyakarta)

• Sebelah Barat: Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo

Page 32: [TANGGAL] - STP Bandung

37

Gambar IV.1

Peta Administrasi Kabupaten Magelang

Sumber : Data Sekunder (2017)

Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Magelang terdiri dari 21

kecamatan. Kecamatan tersebut yaitu Salaman, Borobudur, Ngulwar, Salam, Srumbung,

Dukun, Muntilan, Mungkid, Sawangan, Candimulyo, Mertoyudan, Tempuran, Kajoran,

Kaliangkrik, Bandongan, Windusari, Secang, Tegalrejo, Pakis, Grabag dan Ngablak. Dari

21 kecamatan terdapat banyak desatinasi-desatinasi wisata salah satunya yang terkenal

seperti di Kecamatan Borobudur terdapat Candi Borobudur dan Candi Pawon, di

Kecamatan Mungkid terdapat Candi Mendut dan Ketep Pass di Kecamatan Sawangan.

Daya tarik wisata tersebut berkontribusi banyak terhadap jumlah kunjungan wisatawan

nusantara dan mancanegara ke Kabupaten Magelang setiap tahunnya. Berikut jumlah

kunjungan wisatawan ke Kabupaten Magelang menurut destinasinya:

Page 33: [TANGGAL] - STP Bandung

38

Tabel IV.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara Berdasarkan Destinasi Wisata

Tahun 2010-2015

Destinasi

Wisata

Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Candi

Borobudur

2.261.081 1.957.711 2.827.837 3.147.164 3.157.166 3.392.993

Candi

Mendut dan

Candi Pawon

4.008 3.133 2.504 1.291 944 674

Ketep Pass 337.747 265.981 343.207 340.602 327.635 352.497

Destinasi

Lainnya

132.894 2.359.719 112.777 190.393 137.538 148.853

Sumber : Data Sekunder (2017)

Tabel IV.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Destinasi Wisata

Tahun 2010-2015

Destinasi

Wisata

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Candi

Borobudur

147.372 228.570 186.256 224.287 241.814 185.394

Candi

Mendut dan

Candi Pawon

49.567 53.328 65.147 82.731 77.197 66.377

Ketep Pass 4.045 2.577 2.601 2.342 1.845 1.587

Destinasi

Lainnya

- - - - - -

Sumber : Data Sekunder (2017)

Page 34: [TANGGAL] - STP Bandung

39

Seperti yang dapat dilihat di tabel kunjungan wisatawan terjadi peningkatan

wisatawan secara signifikan. Hal ini juga menjadi alasan bahwa beberapa kawasan di

Kabupaten Magelang di tetapkan menjadi salah satu KSPN.

B. Gambaran Umum Destinasi KSPN Borobudur

Berdasarkan dengan PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Kementerian Pariwisata

menetapkan 88 KSPN di Indonesia yang salah satunya adalah KSPN Borobudur dan

Sekitarnya. Sesuai dengan visi dari pengembangan pariwisata di Indonesia adalah

pengembangan pariwisata yang dilakukan secara berkelanjutan dan mampu mendorong

pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. KSPN Borobudur dibentuk oleh

Kemenpar agar pengembangan pariwisata tidak hanya berfokus di Candi Borobudur

namun juga daerah sekitarnya. KSPN Borobudur dan sekitarnya mencangkup terdapat 6

destinasi wisata yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Desa Candirejo,

Desa Majaksingi, Desa Tuksongo.

Gambar IV.2

Peta KSPN Magelang

Sumber : RIPPARNAS (2010)

Page 35: [TANGGAL] - STP Bandung

40

1. Desa Borobudur

Desa Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,

Jawa Tengah. Desa Borobudur secara astronomis terletak di 7° 36′ 28” LS dan

110° 12′ 13” BT. Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung

Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah

Utara, dan Pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara

Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah

dimodifikasi, dengan ketinggian 265 mdpl. Berikut batasan geografis Desa

Borobudur berbatasan

• Sebelah utara: Sungai Progo

• Sebelah timur: Desa Wanurejo

• Sebelah selatan: Sungai Sileng

• Sebelah barat: Desa Karangrejo

Pariwisata di Desa Borobudur mulai berjalan bersamaan dengan

didirikannya PT. Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) pada tahun

1988. PT. TWCB berdiri pada tanggal 15 Juli 1980. Misi perusahaan adalah

menunjang pelestarian warisan budaya bangsa dan mengembangkan usaha

pariwisata, sedangkan visinya adalah menjadikan perusahaan yang

dimilikinya mempunyai kemampuan dan kompetensi yang tinggi serta

profesional dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas untuk

menjadikan taman dan Candi Borobudur sebagai obyek dan daya tarik

wisata bertaraf internasional serta sebagai sarana pendidikan dan

pengetahuan. Sebelum adanya PT. TWCB Desa Borobudur masyarakat di

Desa Borobudur bermata pencaharian dari hasil bertani dan berkebun,

namun setelah adanya PT. TWCB, masyarakat beralih pekerjaan ke industri

pariwisata seperti guide lokal, tenaga kerja di Candi Borobudur, maupun

pedagang toko suvenir, dan lainnya. Pariwisata di Desa Borobudur terbagi

dua yaitu di Candi Borobudur dan di Desa Wisata Borobudur. Seperti yang

diketahui Candi Borobudur dikelola oleh PT. TWCB bukan oleh Desa

Page 36: [TANGGAL] - STP Bandung

41

Borobudur. Sedangkan desa wisatanya dikelola oleh masyarakat, namun

tetap dikoordinasi oleh PT. TWCB.

Gambar IV.3

Informasi Candi Borobudur

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.4

Fasilitas yang dimiliki candi borobudur

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Untuk mewujudkan harapan itu, maka dibangun fasilitas pendukung

seperti museum arkeologi, perkantoran, restoran, taman, kios suvenir, pusat

penerangan, pusat penelitian Borobudur, pusat konservasi batu dan sebagainya.

Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dibangun dengan luas kurang lebih 87

hektar.

Candi Borobudur didirikan sejak 800 Masehi pada masa pemerintahan

Wangsa Syailendra oleh para penganut agama Buddha Mahayana. Posisi Candi

Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikelilingi oleh dua pasang

Page 37: [TANGGAL] - STP Bandung

42

Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah Barat Laut, dan Merbabu-Merapi di sebelah

Timur Laut, di sebelah Utara terdapat Bukit Tidar, dan di sebelah Selatan terdapat

jajaran bukit Menoreh. Candi Borobudur juga berada di dekat antara pertemuan

dua sungai yakni Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah Timur.

Gambar IV.5

Hasil Produksi Masyarakat

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.6

Peta Administratif Kec. Borobudur Candi Borobudur, Candi Pawon, & Candi Mendut

Sumber : Pemkab Magelang (2017)

Page 38: [TANGGAL] - STP Bandung

43

Desa Borobudur atau Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri

dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan

sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa.

Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung

Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan

Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di

Nirwana.

Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang

menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata

Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa

Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk

pada kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas.

a. Produk Wisata Desa Borobudur

Produk wisata yang ada di Desa Borobudur yang banyak di kenal

oleh wisatawan adalah Candi Borobudur. Namun berdasarkan data yang

ditemukan di lapangan, produk wisata yang ada di Desa Borobudur

cukup beragam seperti wisata budaya, wisata kuliner, dan wisata edukasi.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai produk wisata di Desa

Borobudur:

1) Candi Borobudur

Produk yang di tawarkan di Desa Borobudur salah satu nya

adalah Candi Borobudur yang memiliki situs religi dari agama

Buddha. Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang

terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Lokasi

candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang,

86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut

Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para

penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi

Page 39: [TANGGAL] - STP Bandung

44

pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah

candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu

monumen Buddha terbesar di dunia. Setiap tahun di Candi

Borobudur menyelenggarakan event keagamaan berupa beribadah

di Candi Borobudur. Wisatawan dapat merasakan keberadaan

bangunan yang bersejarah secara langsung dan di Candi

Borobudur memiliki Tour Guide yang disediakan oleh PT. TWCB

untuk turis internasional maupun nusantara.

Gambar IV.7

Pemandangan Puncak Candi Borobudur

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

2) Wisata Kuliner Ikan Beong

Dari sisi kuliner, Candi Borobudur juga memiliki makanan

yang khas yakni Ikan Beong, beong merupakan ikan yang hanya di

dapat di sungai Elo Progo yang berada di Magelang Jawa Tengah. Ikan

Beong yang cirinya mirip ikan patin dan ikan lele.

Page 40: [TANGGAL] - STP Bandung

45

Gambar IV.8

Ikan Beong

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.9

Masakan Ikan Beong

Sumber : Data Sekunder (2017)

Ikan Beong dapat ditemukan di rumah makan sekitar Candi

Borobudur, teknik memasaknya direbus dan digoreng dengan

bumbu kuning khas Magelang.

3) Museum Samudraraksa

Museum ini merupakan kapal peninggalan bersejarah

berupa replika kapal Inggris yang digunakan sebagai pertukaran

rempah-rempah atau barang yang berharga lainnya.

Page 41: [TANGGAL] - STP Bandung

46

b. Fasilitas Wisata Desa Borobudur

Adapun infrastruktur yang disediakan oleh PT. TWCB yang

mana berupa bangunan pendukung untuk Candi Borobudur seperti toko

suvenir, pusat informasi, museum, lahan parkir.

1) Toko Suvenir

Gambar IV.10

Toko Suvenir

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Candi Borobudur terkenal sebagai obyek wisata bertaraf

internasional, banyak wisatawan dari dalam negeri maupun luar

negeri berkunjung ke Candi Borobudur sekadar untuk berlibur

maupun melakukan misi pendidikan. Karena banyaknya

kunjungan, maka pihak PT. TWCB merasa perlu untuk

menciptakan lingkungan Taman Wisata Candi Borobudur yang

nyaman dan mengundang daya tarik wisata.

2) Pusat Informasi

Pusat informasi merupakan bangunan yang disediakan oleh

PT. TWCB untuk pengunjung sebagai fasilitas untuk memberikan

berbagai informasi tentang Candi Borobudur dan juga penyediaan

SDM sebagai tour guide untuk wisatawan mancanegara.

Page 42: [TANGGAL] - STP Bandung

47

Gambar IV.11

Pusat Informasi

Sumber : Data Sekunder (2017)

Untuk mewujudkan lingkungan Taman Wisata Candi

Borobudur yang asri, maka PT Taman Wisata Candi Borobudur

sebagai pihak yang bertanggung jawab pengelola dan melestarikan

Candi Borobudur selalu berupaya untuk memelihara lingkungan

Taman Wisata Borobudur agar tetap asri dengan membuat taman-

taman yang ditumbuhi berbagai macam pepohonan atau tanaman-

tanaman, menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan Taman

Wisata Borobudur.

3) Hotel Manohara

PT. TWCB juga menyediakan fasilitas hotel yang sangat

dekat lokasinya yang berada di dalam Candi Borobudur.

Wisatawan yang ingin memiliki tempat yang memiliki fasilitas

langsung untuk view sunrise Borobudur dapat menggunakan hotel

yang disediakan oleh Candi Borobudur.

Selain itu juga menyediakan berbagai sarana prasarana untuk

membuat para pengunjung Obyek Wisata Candi Borobudur merasa

puas. Berikut jumlah fasilitas-fasilitas di taman wisata Borobudur

dalam bentuk tabel.

Page 43: [TANGGAL] - STP Bandung

48

Tabel IV.3

Fasilitas Yang Dimiliki Candi Borobudur

No Nama Fasilitas Jumlah

1 Museum Arkeologi 1

2 Kantor Pusat Penerangan 1

3 Kantor Pusat Penelitian 1

4 Kantor Pusat Konservasi batu 1

5 Kantor Money Changer 1

6 Loket Pembayaran 1

7 Tempat Parkir 3

8 Mushola 10

9 Kamar Mandi 20

Sumber : PT. Taman Wisata Candi Borobudur (2017)

c. Aksesibilitas Menuju Desa Borobudur

Aksesibilitas menuju Desa Borobudur apabila wisatawan hendak

menggunakan transportasi umum dari pintu utama yaitu Bandara Adisutjipto

dan Stasiun Tugu Yogyakarta Dapat menggunakan Bus Damri, Shuttle, dan

Travel. Jarak tempuh dari Bandara Adisutjipto dan Stasiun Tugu ke

Borobudur ±40km. Wisatawan yang menggunakan bus Damri dapat naik

dari terminal Bus Damri yang berangkat satu jam sekali di Bandara

Adisutjipto dengan waktu tempuh 1 jam sampai dengan 1 ½ jam dengan

tarif Rp 35.000.- per orangnya. Bagi wisatawan yang ingin menggunakan

shuttle dapat menggunakan shuttle Rama Sakti dengan tarif Rp 35.000.-

Alternatif lainnya wisatawan dapat menggunakan travel DayTrans dengan

tarif Rp 80.000.-

Page 44: [TANGGAL] - STP Bandung

49

2. Desa Candirejo

Desa Candirejo merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Borobudur,

Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang merupakan salah satu desa wisata

pertama yang terdapat di kabupaten ini, desa wisata Candirejo terletak sekitar 3

km dari Candi Borobudur. Desa wisata Candirejo dikelilingi oleh Bukit Menoreh

sehingga pemandangan di desa ini sangat indah. Desa Candirejo ditetapkan

menjadi desa wisata sejak tahun 2012 oleh Dinas Pariwisata Kab. Magelang.

Dulunya desa wisata Candirejo adalah kawasan pedesaan biasa yang kerap

didatangi oleh wisatawan untuk menginap di sela-sela wisata ke Candi

Borobudur. Namun seiring berjalannya waktu, desa ini tidak hanya didatangi

sebagai tempat menginap saja, namun perlahan-lahan menjadi tempat wisata baru.

Desa ini sangat erat kaitannya dengan Candi Borobudur dikarenakan lokasi desa

Candirejo yang hanya berjarak 3km dari Candi Borobudur sehingga aksesibilitas

untuk menuju ke desa ini sangat mudah dijangkau oleh wisatawan, terlebih

banyaknya sektor swasta (biro perjalanan wisata) yang menawarkan paket tour

Desa Candirejo kepada wisatawan.

Luas areal desa secara keseluruhan kurang lebih 365 hektar, 60% lahannya

dikelola untuk pertanian, 20% untuk perumahan, dan sisanya masih berupa hutan

liar. Semenjak ditetapkannya desa wisata Candirejo menjadi desa wisata, tingkat

kunjungan wisatawan di desa Candirejo mengalami peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan dari jumlah kunjungan wisatawan asing ke Desa Wisata Candirejo

dari tahun 2003 sampai 2014 terlihat mengalami peningkatan. Tahun 2013 jumlah

kunjungan wisatawan asing 4.425 dan tahun 2014 mencapai angka 6.276.

Page 45: [TANGGAL] - STP Bandung

50

Gambar IV.12

Peta Wisata Candirejo

Sumber : Data Sekunder (2017)

Desa Wisata Candirejo ini memiliki potensi wisata yang melimpah baik

potensi wisata alam, kesenian tradisional, kuliner, maupun agrowisata. Salah satu

daya tarik utama di desa Candirejo adalah Watu Kendil yang terdapat di Dusun

Sangen. Selain itu, dari segi wisata budaya Desa Wisata Candirejo memiliki tarian

yang memiliki tipikal sama dengan desa wisata lainnya yang terdapat di Kab.

Magelang seperti tarian topeng ireng, rebana, dan gamelan. Oleh karena itu,

menurut Bapak Tatak selaku ketua desa wisata Candirejo, Desa Candirejo

mengarahkan potensi wisatanya kearah ecotourism.

a. Produk Wisata Desa Wisata Candirejo

Desa wisata Candirejo memiliki potensi wisata baik dari segi alam,

budaya, kuliner, kerajinan tradisional, dan juga agro wisata. Total daya

tarik wisata yang terdapat di Desa Candirejo yaitu ±20 Daya Tarik Wisata

yang tersebar di desa ini. Dari segi wisata alam terdapat DTW Watu

Kendil, Banyu Asin, pertemuan 3 (tiga) sungai, dan Sungai Eloprogo yang

Page 46: [TANGGAL] - STP Bandung

51

digunakan untuk wisata arung jeram/rafting. Dari segi budaya, aktivitas

yang dapat dilakukan wisatawan yaitu ikut memainkan gamelan,

menonton pertunjukan Jatilan, hingga tari Topeng Ireng yang diperankan

oleh masyarakat lokal Desa Candirejo.

Dari segi kerajinan tradisional terdapat home industry pembuatan

Slondok oleh masyarakat lokal dan dari segi agrowisata terdapat atraksi

Nandur yang dapat dilakukan wisatawan hingga membajak sawah bersama

masyarakat lokal. Berikut penjelasan mengenai DTW yang terdapat di

Desa Wisata Candirejo:

1) Village Tour

Wisata keliling desa yang ditawarkan kepada wisatawan

yang mengunjungi Candirejo memiliki minat paling tinggi diantara

wisata lainnya di Candirejo. Wisata keliling desa ini berdurasi

selama 2-4 jam dimana wisatawan dapat mengelilingi Candirejo

dengan bersepeda atau menumpangi dokar yang akan di pandu

oleh guide setempat. Saat wisatawan berkeliling desa wisatawan

dapat mengunjungi DTW yang terdapat di Desa Candirejo dan

akan mendapatkan penjelasan secara langsung oleh pemandu

setempat.

a) Watu Kendil

Watu Kendil adalah sebuah batu besar berbentuk

persegi dengan tinggi sekira 7 meter pada posisi

‘nangkring’ di bibir jurang di perbukitan Menoreh. Watu

Kendil terletak sekitar 2 km dari kantor kepala Desa

Candirejo. Untuk mencapai Watu Kendil wisatawan

diharuskan menumpangi motor hingga drop point yang

terdapat diatas bukit setelah itu wisatawan diharuskan

Page 47: [TANGGAL] - STP Bandung

52

untuk melakukan trekking ±30 menit untuk mencapai

puncak Watu Kendil.

Dari titik point of view Watu Kendil wisatawan

dapat melihat perbukitan Menoreh yang mengelilingi Desa

Candirejo dan tambang pasir yang terdapat di aliran sungai

Desa Candirejo. Dalam segi fasilitas Watu Kendil masih

memiliki kekurangan yaitu tidak adanya pengamanan jalur

trekking bagi wisatawan. Selain itu, pagar pembatas di

Watu Kendil pun belum tersedia sehingga wisatawan

diharapkan memiliki tingkat kewaspadaan tinggi saat

mengunjungi Watu Kendil.

Gambar IV.13

Watu Kendil

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

b) Banyu Asin

Banyu Asin atau biasa disebut mata air air asin dahulu

merupakan danau besar yang membentang dari Pegunungan

Menoreh di sebelah selatan dari Borobudur. Menurut

masyarakat lokal dahulu Banyu Asin merupakan sungai yang

luas, namun karena erupsi besar-besaran Gunung Merapi pada

tahun 2006 yang menyebabkan erupsi di wilayah sekitar

Page 48: [TANGGAL] - STP Bandung

53

Gunung Merapi sehingga tidak ada lagi kehidupan di wilayah

tersebut.

Banyu Asin yang sekarang berukuran jauh lebih kecil

dari pada yang dahulu karena batuan yang berubah selama

1000 tahun lebih. Menurut legenda Banyu Asin merupakan air

mata suci yang berasal dari air seni kuda milik Pangeran

Diponegoro, hingga saat ini Banyu Asin dianggap keramat oleh

masyarakat setempat sehingga wisatawan diharapkan untuk

menjaga perilaku saat mengunjungi Banyu Asin. Selain itu,

dipercayai pula bagi wisatawan yang mencuci mukanya dengan

air dari Banyu Asin akan mendapatkan keberuntungan dan

dipermudah jodohnya.

Gambar IV.14

Banyu Asin

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

c) Home Industry

Di desa wisata Candirejo terdapat home industry

pembuatan makanan khas oleh masyarakat lokal yaitu

pembuatan Selondok. Selondok merupakan makanan ringan

khas di Desa Candirejo, selondok terbuat dari ketela matang

yang kemudian ditumbuk lalu diberi bumbu setelah itu proses

penggilingan pun dilakukan hingga proses pembentukan

Page 49: [TANGGAL] - STP Bandung

54

lingkaran setelah itu selondok dijemur di bawah sinar matahari

hingga kering, barulah selondok dapat digoreng dan dikemas

lalu dijual seharga Rp. 10.000,- per kantong. Rasa dari

selondok ini yaitu gurih, asin dan renyah sehingga membuat

wisatawan sangat menikmati makanan khas tersebut.

Gambar IV.15

Home Industry

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.16

Kerupuk Slondok

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

d) Seni Tradisional

Desa wisata Candirejo memiliki seni tradisional

yang memiliki tipikal sama dengan desa wisata lainnya

yang terdapat di Kabupaten Magelang yaitu gamelan, tari

Page 50: [TANGGAL] - STP Bandung

55

Topeng Ireng, dan Jatilan. Namun, pengelola desa wisata

Candirejo menjual paket gamelan yang dapat dimainkan

oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Candirejo.

Gambar IV.17

Pelatihan Gamelan

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Lagu yang biasa dimainkan oleh instruktur saat

mengajari wisatawan biasanya lagu-lagu Jawa yang

memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan yang

mengunjungi Desa Wisata Candirejo. Selain bermain

gamelan, wisatawan pun dapat melihat atraksi tari Topeng

Ireng dan juga Jatilan yang biasa dipertontonkan saat

terdapat wisatawan yang memesan paket wisata tersebut.

Selain itu Desa Candirejo pun memiliki kerajinan tangan

yang diperjualkan kepada wisatawan seperti batik motif

bunga pepaya, pahatan batu menjadi cobek, hingga wayang

yang terbuat dari kulit maupun kertas.

a) Wisata Arung Jeram

Salah satu DTW yang menantang adrenalin di desa

wisata Candirejo yaitu wisata Arung Jeram sungai

Eloprogo. Ketika melakukan arung jeram wisatawan dapat

Page 51: [TANGGAL] - STP Bandung

56

melihat tebing yang mengelilingi sungai Eloprogo, grade

arung jeram di sungai Eloprogo yaitu cukup sulit namun

bisa dikendalikan apabila dipandu oleh tour guide lokal di

Desa Candirejo.

b. Fasilitas Wisata Desa Wisata Candirejo

Fasilitas wisata di Desa Candirejo sudah cukup lengkap apabila

dibandingkan dengan desa wisata lainnya yang terdapat di Kec.

Borobudur dengan terdapatnya tour guide lokal, homestay, koperasi desa

wisata, rumah makan, balai ekonomi desa (balkondes) dan sanggar tari

yang dikelola oleh SDM pariwisata di Desa Candirejo. Saat ini terdapat

20 homestay di Desa Candirejo yang sudah dikelola dengan baik oleh

sang pemilik homestay sehingga wisatawan dapat menempati rumah-

rumah penduduk tersebut untuk bermalam di Desa Candirejo.

Di homestay tersebut wisatawan dapat melakukan sosialisasi

dengan penduduk lokal secara langsung dikarenakan pemilik homestay

tinggal di rumah tersebut saat kedatangan wisatawan. Untuk fasilitas

pemandu lokal saat ini Desa Candirejo sudah cukup memiliki banyak

pemandu lokal yang dapat mendampingi wisatawan saat melakukan

village tour di Desa Candirejo. Selain itu, terdapat beberapa pemandu

lokal yang sudah memiliki sertifikasi kepemanduan serta mampu

berbahasa Inggris sehingga dapat membawa wisatawan mancanegara

saat melakukan village tour.

Koperasi desa wisata Candirejo adalah sebuah koperasi yang

melakukan pengaturan terhadap kunjungan wisatawan ke Desa

Candirejo, koperasi desa tersebut juga menawarkan beberapa jenis paket

wisata kepada biro perjalanan wisata yang terdapat di sekitar Kota

Magelang untuk melakukan promosi. Setelah menerima pesenan

perjalanan keliling desa pihak koperasi desa melakukan pencatatan

Page 52: [TANGGAL] - STP Bandung

57

mengenai jumlah tamu, tanggal berkunjung, dan lama waktu kunjungan

lalu pihak koperasi desa bekerja sama dengan Balai Ekonomi Desa

mengenai masalah konsumsi. Balai ekonomi desa di Candirejo didirikan

oleh BUMN (PT. Semen Geresik Indonesia).

Balkondes ini didirikan oleh BUMN sebagai wujud nyata bentuk

kepedulian BUMN kepada desa wisata yang terdapat di Kab. Magelang

sekaligus mendekatkan BUMN dengan masyarakat lokal dan juga

pelaku wisata di Candirejo. Di dalam Balkondes tersebut terdapat

miniatur desa wisata Candirejo seperti adanya rumah makan, tempat

beribadah, TIC (Tourist Infomation Center), dan juga homestay. Dengan

adanya homestay tersebut masyarakat lokal jadi mendapatkan dampak

baik untuk penghasilan sehari-hari.

Saat ini sudah terdapat beberapa usaha rumah makan yang terdapat

di desa wisata Candirejo dan sudah cukup untuk menampung untuk

jumlah 100 pengunjung seperti salah satu contoh rumah makan yang

terdapat di Candirejo yaitu Omah Pring, namun saat tidak kedatangan

wisatawan rumah makan Omah Pring tersebut tutup atau tidak

beroperasi. Selain itu, masih terdapat beberapa jumlah rumah makan di

Desa Candirejo yang dikelola oleh masyarakat lokal dalam kegiatan

usaha pariwisata di Desa Candirejo. Selain itu fasilitas wisata yang

terdapat di Desa Candirejo yaitu adanya sanggar tari yang biasa

digunakan oleh masyarakat lokal untuk berlatih tari ataupun melakukan

pentas saat adanya permintaan dari wisatawan.

c. Aksesibilitas Menuju Desa Wisata Candirejo

Desa wisata Candirejo dapat ditempuh sekitar 3km dari Candi

Borobudur, biasanya wisatawan yang melakukan kunjungan ke Desa

Candirejo membawa kendaraan pribadi ataupun mengikuti paket tour

dari travel agent dikarenakan untuk saat ini tidak terdapatnya

Page 53: [TANGGAL] - STP Bandung

58

transportasi lokal dari Candi Borobudur menuju Desa Wisata Candirejo.

Akan tetapi kondisi jalan untuk menuju Desa Candirejo sudah cukup

baik dan juga dilengkapi dengan petunjuk arah sehingga wisatawan pun

dapat dengan mudah menuju desa Candirejo. Namun, penerangan atau

lampu jalan disekitar jalan menuju Desa Candirejo masih sangat minim

sehingga pada malam hari wisatawan atau pengunjung pun akan

mengalami kesulitas dalam berkendara, oleh karena itu wisatawan

diharapkan lebih berwaspada saat berkendara malam hari di Desa

Candirejo.

3. Desa Wanurejo

Desa Wanurejo adalah salah satu desa di Kecamatan Borobudur yang

terletak tidak jauh dari Taman Wisata Candi Borobudur yang memiliki luas

sekitar 275.240 hektar dengan jumlah penduduk 4.667 jiwa yang bermata

pencaharian sebagai petani, pedagang, pegawai swasta, PNS, dan bekerja di

industri rumahan. (Sumber: Wawancara Peneliti dengan Ketua Desa Wanurejo).

Secara geografis Desa Wanurejo berada di antara lereng pegunungan

Menoreh dan diapit dua buah sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Sileng. Desa

Wanurejo terdiri dari sembilan dusun yang setiap dusunnya memiliki keunikan

dan daya tarik wisata tersendiri. Kesembilan dusun tersebut yaitu Dusun

Brojonalan dengan terdapatnya Candi Pawon yang menjadi satu kompleks dengan

Candi Borobudur, Dusun Tingal Kulon yang menjadi pusat pemerintahan Desa,

Dusun Tingal Wetan yang memiliki Bedug khas peninggalan Pangeran

Diponegoro dan dusun-dusun lain seperti Dusun Bejen, Dusun Barepan, Dusun

Ngentak, Dusun Soropadan, Dusun Jowahan, dan Dusun Gedongan.

Dengan bermodal kesenian dan keunikan budaya serta kerajinan tangan

setiap dusun di Desa Wanurejo membuat Bapak Bendrat yang saat ini menjabat

sebagai Ketua Badan Pariwisata Desa (BAPARDES) Wanurejo berinisiatif untuk

mengembangkan desa wisata terlebih terdapat fenomena bahwa pariwisata di

Candi Borobudur tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat desa

Page 54: [TANGGAL] - STP Bandung

59

Wanurejo. Beliau mulai mengembangkan Desa Wisata Wanurejo dimulai pada

tahun 2002 dengan dibantu oleh 3 rekannya.

Menurut Bapak Bendrat, Desa Wanurejo mulai ramai didatangi wisatawan

dari mulai tahun 2014, letaknya yang dekat dari Borobudur menjadi salah satu

keuntungan bagi penduduk di desa Wanurejo.

Tabel IV.4

Data Kunjungan Wisatawan ke Desa Wisata Wanurejo Tahun 2016

Sumber : Badan Pariwisata Desa Wanurejo

Berdasarkan data kunjungan diatas dapat disimpulkan bahwa high season

di Desa Wanurejo adalah bulan Juli dan bulan Desember dengan angka kunjungan

yang tinggi.

Page 55: [TANGGAL] - STP Bandung

60

a. Produk Wisata Desa Wisata Wanurejo

Desa Wanurejo mengklaim bahwa arah pengembangan pariwisata

yang akan mereka tuju adalah wisata budaya dan wisata kreatif. Berikut

penjelasannya mengenai daya tarik wisata yang ada di Desa Wanurejo:

1) Wisata Kreatif

a) Rikrok

Rikrok adalah workshop kreatif yang

membuat berbagai macam suvenir dan juga menjadi

tempat penjualan suvenir yang menarik untuk anak-

anak yaitu pensil gaul, di tempat ini juga biasanya

diadakan kelas membuat pensil gaul terutama untuk

anak-anak TK hingga SD yang berkunjung.

Gambar IV.18

Toko Suvenir Rik Rok

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Page 56: [TANGGAL] - STP Bandung

61

Gambar IV.19

Miniatur Rik Rok

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

b) Batik Dewi Wanu

Batik Dewi Wanu menyiapkan tempat

workshop untuk para wisatawan yang ingin belajar

membatik. Kelompok pengrajin batik di Dewi

Wanu ini juga didampingi oleh UNESCO dalam

membentuk pola-pola batik khas Borobudur agar

memiliki keunikan tersendiri.

Gambar IV.20

Tempat Workshop Dewi Wanurejo

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

c) Rengginang House

Sentra penjual rengginang yang dimiliki

oleh Ibu Atin ini menjadi salah satu tujuan bagi para

Page 57: [TANGGAL] - STP Bandung

62

wisatawan yang ingin melihat pembuatan

rengginang secara langsung setelah itu wisatawan

bisa membeli rengginang yang sudah jadi sebagai

oleh-oleh dari Desa Wanurejo.

2) Wisata Budaya

a) Gelar Budaya Wanurejo

Gelar Budaya Wanurejo merupakan sebuah

acara pawai budaya yang diadakan setiap tanggal 17

Mei sebagai peringatan hari lahir Desa Wanurejo.

Tanggal yang bertepatan dengan high season di

Borobudur karena peringatan Waisak yang sering

jatuh di pertengahan bulan Mei ini menjadikan

acara ini dapat menarik sejumlah wisatawan untuk

datang ke Desa Wanurejo.

b) Ziarah makam Eyang Wanu

Sejarah Desa Wanurejo yang dulunya

merupakan desa pemberian dari Sultan untuk

anaknya yang bernama B.P.H (Bendoro Pangeran

Harjo) Tejokusumo atau kemudian disebut sebagai

Eyang Wanu. Eyang Wanu pun mengabdikan

hidupnya untuk desa itu hingga akhir hayatnya,

sampai sekarang penduduk desa Wanurejo masih

rutin mengadakan doa bersama di makam Eyang

Wanu setiap malam Jumat.

c) Candi Pawon

Candi Pawon terletak didalam Kompleks

Candi Borobudur dan dikelola oleh Balai

Page 58: [TANGGAL] - STP Bandung

63

Konservasi Borobudur. Dalam upacara Waisak,

Candi Pawon menjadi tempat tahap ke 2. Di dalam

kompleks candi Pawon terdapat penjual suvenir dan

pembuatan batik Candi Pawon.

b. Fasilitas Wisata Desa Wisata Wanurejo

Desa wisata wanurejo memiliki Tourism Information Centre yang

menjadi satu dengan balai desa. Fasilitas lainnya yang terdapat di Desa

Wanurejo yaitu toko suvenir seperti di sekitar dan kafe Kopi Luwak di

Candi Pawon yang dikelola oleh masyarakat, serta rumah makan yang

dapat ditemukan dibeberapa jalur pada saat melakukan village tour.

c. Aksesibilitas Menuju Desa Wisata Wanurejo

Desa wisata Wanurejo dapat ditempuh sekitar 600 m dari Candi

Borobudur, wisatawan yang ingin berkunjung bisa mencapai Desa

Wanurejo dengan transportasi pribadi, atau mengikuti paket tour yang

menyediakan kunjungan namun biasanya hanya sebatas Candi Pawon.

Untuk mengikuti paket tour dari BAPARDES Wanurejo bisa langsung

menghubungi Bapak Bendrat langsung. Kondisi jalan untuk menuju

Desa Wanurejo sudah cukup baik, dan juga dilengkapi dengan petunjuk

arah sehingga wisatawan pun dapat dengan mudah menuju desa

Wanurejo. Namun saat hujan jalanan sering tergenang air oleh karena itu

wisatawan diharapkan lebih berhati-hati saat berkendara pada saat hujan.

4. Desa Mendut

Desa Mendut berada di terletak di Kecamatan Mungkid. Desa Mendut

terletak sekitar 4,5 km dari Candi Borobudur. Bentangan wilayah di Desa Mendut

seluas 145 Ha, dimana 90% berupa areal persawahan dan pemukiman. Desa

Mendut merupakan daerah dataran rendah di daerah tropis dengan dengan cuaca

panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Desa adalah 37 ºC

Page 59: [TANGGAL] - STP Bandung

64

dengan suhu terendah 22 ºC. Secara geografis batas wilayah Desa Mendut adalah

sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Desa Ngrajek

• Sebelah Barat : Kelurahan Sawitan / Desa Rambeanak

• Sebelah Selatan : Desa Wanurejo Kec. Borobudur

• Sebelah Timur : Desa Progowati

Pariwisata di Desa Mendut telah berdiri lama sejak adanya kepengelolaan

destinasi wisata Candi Mendut oleh PT. TWC. Dengan adanya pariwisata di

Desa Mendut ada beberapa masyarakat lokal yang telah berpindah mata

pencaharian yang dulunya petani menjadi pedagang suvenir di sekitaran

destinasi wisata yang ada di Desa Mendut.

a. Produk Wisata Desa Mendut

Destinasi wisata di Desa Mendut adalah Candi Mendut yang

jarakanya dari Candi Borobudur sekitar 3 km dan terletak di sebelah barat

Jalan Negara dan di antara pemukiman penduduk. Candi Mendut memiliki

dengan ukuran panjang 10 m x lebar 10 m dan tinggi bangunan 13,3 m.

Candi Mendut beroperasi sebagai tempat wisata dan tempat ibadah agama

Buddha. Dalam kepengelolaan dan perhitungan jumlah kunjungan

dijadikan menjadi satu dengan Candi Pawon oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Magelang. Berikut tabel jumlah kunjungan Candi

Mendut dan Candi Pawon berdasarkan asalnya:

Tabel IV.5

Banyaknya Pengunjung DTW Candi Mendut dan Pawon Menurut Asal

Bulan Domestik Mancanegara

2013 2014 2015 2013 2014 2015

Januari 111 108 39 4883 5572 5128

Page 60: [TANGGAL] - STP Bandung

65

Februari 170 102 42 3990 3208 4176

Maret 102 70 74 4680 4201 3738

April 183 40 44 4884 4964 4228

Mei 119 180 62 6165 6931 5819

Juni 101 42 74 7293 6319 4941

Juli 50 52 29 9679 8496 8927

Agustus 92 70 36 11931 11888 9414

September 127 51 29 7777 7342 5313

Oktober 113 62 34 7418 6245 3828

November 60 88 128 6030 4748 4001

Desember 63 79 83 8001 7283 6864

Jumlah 1291 944 674 82731 77197 66377

Sumber : Data Sekunder (2017)

Candi Mendut memiliki sejarah yang diperkirakan usianya lebih

tua dari Candi Borobudur atau paling tidak, sejaman dengan Candi

Borobudur. Ini berdasarkan temuan tulisan pendek (inskripsi) yang diduga

berasal dari bagian atas pintu masuk. Dari segi paleografis, tulisan tersebut

ada persamaan dengan tulisan-tulisan pendek yang tertera pada bagian atas

panel relief Karmawibhangga Candi Borobudur.

Setelah kurang lebih satu abad, bangunan ini menjadi tempat

ziarah bagi para penganut Buddha. Candi ini kemudian terabaikan

bersamaan dengan keruntuhan Kerajaaan Mataran Kuno, tertimbun tanah

dan pasir akibat letusan Gunung Merapi, gempa bumi, dan hilangnya batu-

batu candi karena digunakan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan

pribadinya. Relief yang ada di Candi Mendut di dinding pipi tangga

dihiasi dengan beberapa panel berpahat yang menggambarkan berbagai

cerita yang mengandung ajaran Buddha (relief-relief

cerita Pañcatantra dan Jataka). Pañcatantra adalah sebuah karya sastra

dunia yang berasal dari Kashmir, India dan ditulis pada abad-abad pertama

Masehi.

Page 61: [TANGGAL] - STP Bandung

66

Gambar IV.21

Candi Mendut dan Pengelola Candi Mendut

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Di dalam kompleks Candi Mendut terdapat pohon Boddhi dimana

umat Buddha meyakini pohon ini menjadi tempat saat Siddharta Gautama

mencapai penerangan sempurna. Di dekat candi ada Vihara Buddha

Mendut juga dimana tempat para biksu berkumpul dan belajar. Candi

Mendut sendiri tidak memiliki event-event yang berlangsung di sekitaran

candi selain hari-hari besar umat Buddha dikarenakan Candi Mendut

hanya dipergunakan untuk kepentingan beragama. Terkhusus dalam

upacara perayaan Waisak dimulai dari Candi Mendut terlebih dahulu.

Di Desa Mendut terdapat sebuah prasasti peninggalan Jepang yang

dimana menceritakan tentang orang Jepang yang berkelana ke Desa

Mendut. Prasasti tersebut merupakan peringatan akan meninggalnya anak

dari orang Jepang yang telah menikah dengan pribumi di Desa Mendut.

Prasasti tersebut terletak bersebelahan dengan Candi Mendut di belakang

loket tiket Candi Mendut.

Page 62: [TANGGAL] - STP Bandung

67

Gambar IV.22

Ukiran Candi Mendut

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.23

Prasasti Peninggalan Jepang

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Candi Mendut terdapat event tahunan yaitu perayaan hari Waisak.

Dalam melaksanakan upacara Waisak ada tiga peristiwa penting dalam

kehidupan Buddha Gautama Siddharta yang diperingati dalam hari raya

Waisak, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tri Suci Waisak

Pertama adalah untuk memperingati kelahiran Pangeran Siddharta

di Taman Lumbini. Lalu yang kedua hari di mana Pangeran Siddharta

diangkat menjadi Buddha di Bodhgaya. Peristiwa penting terakhir yang

diperingati dalam perayaan Waisak adalah hari meninggalnya Buddha

Gautama di Kusinara. Rangkaian upacara Waisak telah dimulai beberapa

hari sebelum puncak yang ditandai dengan pengambilan air dari beberapa

sumber mata air murni di Temanggung. Air suci ini kemudian ditaruh

dalam 10.000 botol dan 70 kendi yang disimpan di Candi Mendut.

Page 63: [TANGGAL] - STP Bandung

68

Penggunaan air dalam upacara Waisak menjadi lambang untuk

mengalirkan kebaikan.

Di hari selanjutnya, dilanjutkan dengan menyalakan obor waisak di

mana apinya diambil dari api abadi di Gunung Mrapen. Sama seperti air

suci, api ini pun disimpan terlebih dulu di Candi Mendut. Penggunaan api

dalam perayaan Waisak sebagai perlambang cahaya yang dapat membawa

terang atau cahaya pengetahuan dalam kehidupan.

Pada malam hari acara dilanjutkan dengan ritual berdoa para

pemuka agama Buddha di Candi Mendut yang berlangsung sampai

keesokan hari. Sebelum puncak perayaan dilakukan ritual Pindapatta,

yaitu ritual dimana para biarawan menerima makanan dari jemaat Budha.

Pada bagian ini para jemaat dengan sukarela mengisi mangkuk yang

dibawa biarawan Buddha yang berjalan sambil menundukkan kepala.

Makna di balik ritual ini adalah tindakan memberi dan menerima serta

melatih hidup sederhana dan menghargai pemberian orang lain.

Setelah itu biksu dan jemaat Buddha berkumpul di Candi Mendut

sebelum melakukan arak-arakan dengan berjalan kaki menuju Candi

Borobudur. Dalam perjalanan tersebut mereka akan melewati Candi

Pawon, Sungai Elo dan Sungai Progo sebelum tiba di tempat pelaksanaan

upacara puncak, Candi Borobudur. Tak lupa pula air suci serta obor yang

disiapkan sebelumnya turut dibawa. Ribuan lampion dilepaskan ke langit

sebagai lambang pencerahan alam semesta sekaligus menjadi penanda

berakhirnya rangkaian upacara Waisak.

b. Fasilitas Wisata Desa Mendut

Di sekitar Candi Mendut terdapat penjual suvenir dan di area candi

terdapat lapangan hijau untuk para wisatawan berpiknik serta terdapat

sebuah pohon Bodhi besar dan rindang yang ada di halaman candi. Salah

satu suvenir yang dijual adalah Daun dari pohon Bodhi tersebut yang

Page 64: [TANGGAL] - STP Bandung

69

sudah dikeringkan atau yang biasanya disebut dengan bodhi leaf. Selain

itu terdapat fasilitas umum berupa loket tiket masuk di Candi Mendut.

Gambar IV.24

Toko Suvenir Candi Mendut

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

c. Aksesibilitas Menuju Desa Mendut

Untuk ke Candi Mendut dapat menggunakan kendaraan pribadi atau

menggunakan bus Transjogja dengan jalur 2A atau bisa menggunakan taksi.

Jalur perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari arah Yogyakarta

masih satu jalur dengan Candi Borobudur, yaitu lewat Jalan Magelang-

Muntilan-Pertigaan Muntilan belok kiri lalu lurus hingga pengunjung akan

sampai di area destinasi wisata Candi Mendut.

5. Desa Majaksingi

Desa Majaksingi berjarak sekitar 4 km ke selatan dari Candi Corobudur.

Bentukan alam dari Desa Majaksingi adalah pegunungan dan perkebunan dengan

suhu rata-rata 30° C. Hal ini juga yang dimanfaatkan oleh Desa Majaksingi untuk

melakukan pengembangan pariwisata berbasis agro. Pariwisata di Desa

Majaksingi mulai berjalan pada tahun 2012 sesuai visi dan misi kepala desa

namun penetapan Desa Majaksingi sebagai Desa Wisata baru saja di tetapkan

pada tahun 2014.

Adapun pertumbuhan pariwisata di Majaksingi dimulai dari sosisalisasi ke

masyarakat mengenai pariwisata dari kepala desa. Setelah sosialisasi diadakannya

Page 65: [TANGGAL] - STP Bandung

70

pelatihan untuk masyarakat dengan bekerjasama dengan dinas-dinas terkait.

Setelah mempersiapkan masyarakat untuk menjadi SDM pariwisata, Majaksingi

bekerja sama dengan PT. TWC untuk mendatangkan turis ke desanya dengan

pembuatan paket wisata. Selain dengan PT. TWC, Majaksingi juga bekerjasama

dengan private sector untuk berbagai kepentingan pariwisata seperti kerjasama

dengan Resort Amanjiwo dan atraksi Rumah Kamera untuk pengolahan limbah

dan penyerapan tenaga kerja, kerjasama dengan Institut Seni Indonesia (ISI)

untuk pelestarian budaya, serta kerjasama dengan BUMN Bank BNI Untuk

pembangunan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) yang nantinya akan menjadi titik

persebaran wisatawan yang datang ke Borobudur sesuai dengan rencana

Kementerian Pariwisata.

a. Produk Wisata Desa Majaksingi

Pariwisata di Desa Majaksingi tergolong baru terbentuk, namun

ada beberapa produk wisata yang sudah berjalan walaupun jumlahnya

tak sebanyak dengan desa-desa lainya. Berikut penjelasan produk

wisatanya:

1) Camera House (Rumah Kamera)

Rumah Kamera merupakan atraksi wisata yang bearawal

dari keinginan pemilik, Bapak Tangolangin Jatikusumo untuk

membangun sebuah galeri untuk lukisan-lukisannya yang berbeda

dari galeri-galeri lukisan biasanya. Pada tahun 2014 pemilik

membangun galeri lukisanya sesuai keinginannya yaitu

menyerupai sebuah kamera. Hal ini menyebabkan pengunjung

tertarik untuk datang dan berfoto di depan bangunan galerinya.

Page 66: [TANGGAL] - STP Bandung

71

Gambar IV.25

Rumah Kamera

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Pada tahun ini Rumah Kamera membantu menyerap

sebanyak ± 800 pengunjung yang datang ke Desa Majaksingi pada

saat peak season (hari libur panjang). Berdasarkan hasil

wawancara dengan pemilik dari atraksi Rumah Kamera, pada hari

biasa (Senin s.d Jumat) Rumah Kamera dikunjungi oleh 50-80

orang wisatawan, dan pada saat weekend (Sabtu dan Minggu)

sebanyak 300 orang wisatawan.

Pemilik melihat adanya potensi pariwisata dan melakukan

inovasi yaitu membangun café, lahan parkir, dan menambah galeri

3D yang dapat digunakan untuk berfoto oleh pengunjung. Tiket

masuk ke Rumah Kamera cukup terjangkau untuk semua kalangan

pengunjung. Rentang harga tiket masuk Rp. 15.000,- s.d Rp.

50.000,-

Page 67: [TANGGAL] - STP Bandung

72

Gambar IV.26

Lukisan Rumah Kamera

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.27

Atraksi 3D

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

2) Potensi Produk Wisata Desa Majaksingi

Selain produk wisata di atas terdapat juga produk

pariwisata yang berpotensi, yaitu Punthuk Gadjah Mungkur yang

terdapat di puncak pengunungan Menoreh. Punthuk Gadjah

Mungkur berada di ketinggian 700 mdpl, dimana pengunjung

dapat menyaksikan matahari terbenam dan terbit. Selain itu

pengunjung juga dapat melihat Gunung Merapi, Candi Borobudur,

dan Pantai Selatan pada saat musim kemarau.

Page 68: [TANGGAL] - STP Bandung

73

Gambar IV.28

Punthuk Gadjah Mungkur

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Desa Majaksingi juga memiliki produk pariwisata yang

potensi dari sisi nilai sejarah dan kebudayaan. Potensi dari sisi

peninggalan sejarah di Desa Majaksingi yaitu Watu Amben dan

Goa Gondopurowangi yang menjadi tempat peristirahatan

Pangeran Diponegoro. Sedangkan dari sisi budaya ada juga

kesenian seperti Topeng Ireng dan Kerok Batur serta ada makanan

khas seperti Nasi Jagung, Tiwul, Kebleg, dan Slondok. Sampai

saat ini Desa Majaksingi belum memiliki event atau acara khusus

yang dapat digunakan untuk menarik wisatawan.

b. Fasilitas Wisata Desa Majaksingi

1) Resort Amanjiwo

Produk wisata selanjutnya adalah Resort Amanjiwo yang dapat

digolongkan juga sebagai akomodasi. Resort Amanjiwo dikenal

sebagai tempat wisata yang sangat tertutup (private) dengan jumlah 36

hunian, sasaran marketnya pun menengah keatas. Tipe hunian Resort

Amanjiwo terbagi menjadi 5 (lima) yaitu Garden Suites, Borobudur

Suites, Garden Pool Suites, Borobudur Pool Suites, dan Dalem Jiwo

Suite dengan rentang harga 600 – 2700 USD.

Page 69: [TANGGAL] - STP Bandung

74

Gambar IV.29

Resort Amanjiwo

Sumber : Data Sekunder (2017)

2) Villa Borobudur

Villa Borobudur merupakan salah satu akomodasi wisata

yang berlokasi di Dusun Pete, Desa Majaksingi. Lokasi dari Villa

Borobudur cukup dekat dengan Candi Borobudur yaitu 2,5 km.

Pada tahun 2010, Villa Borobudur dibangun diantara perbukitan

Monoreh dan menghadap ke Candi Borobudur. Terdapat 6 (enam)

vila yang ditawarkan oleh Villa Borobudur yaitu Villa Borobudur

(Classic Javanese), Villa Monoreh (Javanese art), Villa

Diponegoro (Royal), Villa Kayangan (Heavenly), Villa Merbabu

(Contemporer Java), dan Villa Merapi (Jungle style).

Masing-masing villa memiliki tema dan fasilitas yang

berbeda sesuai dengan letak dan harga menginap per malamnya.

Semakin tinggi letak villa berada maka semakin tinggi harga

menginap per malamnya. Villa dengan harga terendah yaitu Villa

Merapi dengan harga Rp. 2.000.000,- per malamnya, sedangkan

villa dengan harga tertinggi yaitu Villa Kayangan dengan harga

Rp. 14.000.000,-.

Page 70: [TANGGAL] - STP Bandung

75

Gambar IV.30

Villa Khayangan

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar IV.31

Villa Merapi

Sumber : Data Sekunder (2017)

c. Aksesibilitas Menuju Desa Majaksingi

Desa Majaksingi berlokasi sekitar 4 km dari Candi Borobudur.

Wisatawan yang mengunjungi daya tarik wisata di Desa Majaksingi dapat

menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, minibus, dan motor.

Belum tersedia transportasi umum mengharuskan wisatawan untuk

membawa kendaraan pribadi. Tersedianya rental mobil, motor dan sepeda

di sekitar Borobudur dapat menjadi alternatif lain bagi wisatawan.

Alternatif lainnya untuk menuju Desa Majaksingi dapat menggunakan jasa

tour and travel.

Page 71: [TANGGAL] - STP Bandung

76

Jalan menuju Desa Majaksingi cukup baik dengan kondisi sudah

beraspal dan sudah terdapat penunjuk arah ke daya tarik wisata. Namun

jalan di Desa Majaksingi yang belum dapat dilalui oleh bus pariwisata dan

penerangan jalan pun masih minim.

6. Desa Tuksongo

Desa Tuksongo merupakan salah satu Desa Wisata yang berada didalam

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa

Tengah. Meskipun baru ditetapkan menjadi desa wisata pada tahun 2014, Desa

Tuksongo ini memiliki potensi-potensi wisata yang cukup unik. Desa ini berada di

iklim tropis dan menurut masyarakat lokal desa ini memiliki kualitas udara yang

sejuk atau sekitar 29°C. Pemandangan yang disajikan di desa ini adalah

pemandangan Bukit Menoreh yang mengelilingi Desa Tuksongo.

Gambar IV.32

Pemandangan Bukit Menoreh

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Page 72: [TANGGAL] - STP Bandung

77

Gambar IV.33

Burung Ciblek Gunung

Sumber : Data Sekunder (2017)

Meskipun dikelilingi perbukitan, Desa ini tidak memiliki flora khas,

namun Desa Tuksongo memiliki fauna khas yaitu Burung Ciblek Gunung

yang sering untuk dilombakan di daerah tersebut. Selain itu sebagian besar

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, bukan berarti Desa

Tuksongo tidak memiliki keunikan yang dapat menarik wisatawan. Dari sisi

kebudayaan dan sejarah, Desa Tuksongo memiliki kekhasan di bandingkan

oleh Desa Wisata lain terutama desa-desa di KSPN Borobudur.

a. Produk Wisata Desa Tuksongo

Pariwisata di Desa Tuksongo sendiri belum masuk kepada visi misi

kepala desa secara tertulis, namun menurut Kepala Desa Tuksongo,

pariwisata merupakan salah satu aspek yang akan dikemabangkan. Desa

Tukosongo sendiri memiliki keragaman budaya dijadikan produk wisata.

Berikut penjabaran mengenai produk wisata di Desa Tuksongo:

1) Wayang Kayu

Wayang dari Desa Tuksongo sebenarnya sama dengan

desa-desa lain yaitu cerita Ramayana seperti Pandawa, Gatot Kaca,

dan sebagainya. Yang membedakan adalah bahan baku dari

wayang tersebut yang terbuat dari kayu. Tujuan dari bahan baku

kayu ini adalah untuk lebih menghemat biaya.

Page 73: [TANGGAL] - STP Bandung

78

Gambar IV.34

Wayang Kayu

Sumber : Data Sekunder (2017)

2) Kerajinan Ukir Bambu

Selain wayang, ada kerajinan lain khas Desa Tuksongo

yakni Ukir Bambu. Masyarakat Tuksongo biasa membuat

kerajinan ukir bambu yang kemudian dijual kepada turis di Pasar

Seni Borobudur. Kerajinan Ukir Bambu yang ada di Tuksongo

pada umumnya sama seperti Kerajinan Ukir Bambu yang ada di

desa-desa lainnya. Biasanya kerajinan ukir bambu dapat dibuat

sebagai tempat pensil, jam dinding, vas bunga dan suvenir lainnya.

Gambar IV.35

Ukir Bambu

Sumber : Data Sekunder (2017)

3) Kesenian Tari Topeng Ireng

Kesenian yang paling menonjol di Desa ini adalah tarian

Topeng Ireng atau sering disebut juga Dayakan. Menurut Kepala

Page 74: [TANGGAL] - STP Bandung

79

Pemuda Desa Tuksongo, Bapak Muhdaromi, tarian Topeng Ireng

ini lahir di desa Tuksongo sejak tahun 1952 oleh salah satu Tokoh

Desa Alm. Cokro Aminjoyo. Sejak saat itu tarian Topeng Ireng

sering di pentaskan di berbagai acara. Salah satunya adalah Pesta

Obor Borobudur. Namun saat ini banyak desa lainnya yang

mempertunjukkan tarian Topeng Ireng ini. Meskipun begitu,

Tarian Topeng Ireng di Desa Tuksongo tetap memiliki

keunggulannya sendiri.

Tarian Topeng Ireng khas Tuksongo memiliki tradisi arak-

arakan sebelum tampil di suatu acara. Arak-arakan sendiri adalah

mempertunjukkan musik-musik dan atraksi seperti menyemburkan

api dari mulut sembari berjalan ke tempat pertunjukkan.

Gambar IV.36

Tari Topeng Ireng

Sumber : Data Sekunder (2017)

Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng

Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama

berarti nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam

pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan

diiringi musik berirama keras dan penuh semangat.

Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang

memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencak silat.

Page 75: [TANGGAL] - STP Bandung

80

Tak heran, Topeng Ireng selalu diiringi dengan musik yang rancak

dan lagu dengan syair Islami. Tak jarang tarian ini menampilkan

adegan-adegan mistis seperti penarinya yang dirasuki oleh jin.

Daya tarik utama yang dimiliki oleh kesenian Topeng Ireng

tentu saja terletak pada kostum para penarinya. Hiasan bulu warna-

warni serupa mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap

penari. Senada dengan mahkota bulunya, riasan wajah para penari

dan pakaian para penari juga seperti suku Indian. Berumbai-

rumbai dan penuh dengan warna-warna ceria. Sedangkan kostum

bagian bawah seperti pakaian suku Dayak, rok berumbai-rumbai.

Gambar IV.37

Tari Badhongan

Sumber : Data Sekunder (2017)

Pertunjukan Topeng Ireng sendiri terbagi menjadi dua jenis

tarian. Yang pertama adalah Rodat yang berarti dua kalimat

syahadat. Tarian ini ditampilan dengan gerakan pencak silat

sederhana serta diiringi lagu-lagu syiar Islami. Jenis tarian lainnya

adalah Badongan yang melibatkan penari dengan kostum hewan.

Tarian ini melibatkan unsur mistik serta gerak pencak silat tingkat

tinggi.

Apabila ingin melihat proses latihan dan pertunjukan Tari

Topeng Ireng di Desa Tuksongo, dapat dilihat di Sanggar Tari

Page 76: [TANGGAL] - STP Bandung

81

Topeng Kawedar yang berada di desa ini. Namun pertunjukannya

sendiri masih belum memiliki jadwal yang menentu karena tarian

ini lebih sering dipertunjukkan keluar, seperti ke event-event Candi

Borobudur.

3) Home Industry Mie Aren

Desa ini memiliki keunikan lain. Keunikan tersebut adalah

mie bihun yang terbuat dari aren.

Gambar IV.38

Mie Bihun Aren

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Mie aren ini pertama kali di cetuskan oleh Desa Tuksongo

dan menjadi salah satu home industri di desa ini. Industri rumahan

ini bisa saja menjadi potensi wisata di Desa Tuksongo. Namun,

sampai saat ini home industry ini belum di promosikan ke

wisatawan dan hasil dari Mie Aren itu mereka distribusikan ke

rumah makan atau distributor-distributor.

4) Potensi Produk Wisata Desa Tuksongo

Potensi lainnya adalah seni musik rebana, sunrise point,

dan juga makam. Di Desa Tuksongo terdapat Makam Kyai Segan

namun belum terkelola. Apabila dikelola dengan baik dan

Page 77: [TANGGAL] - STP Bandung

82

dipasarkan ke wisatawan, makam ini bisa menjadi potensi

pilgrimate tourism yang cukup menarik.

Gambar IV.39

Makam Kyai Segan

Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)

Namun beberapa potensi tersebut belum terkelola, sehingga

wisatawan yang datang ke Desa Tuksongo tidak memiliki aktivitas

yang dapat dilakukan. Pertunjukan-pertunjukan kesenian di Desa

Tuksongo lebih sering dipertunjukkan ke orang luar daripada

dipertunjukkan di Desa Tuksongo sendiri. Desa Tuksongo belum

memiliki jadwal rutin untuk melakukan pertunjukan kesenian

sehingga pertunjukannya tidak menentu dan bergantung kepada

permintaan wisatawan atau event dari pihak Candi Borobudur.

Sedangkan potensi lain seperti makam dan home industry mie aren

sendiri belum terkelola sehingga belum banyak mendatangkan

wisatawan.

b. Fasilitas Wisata Desa Tuksongo

Fasilitas Pariwisata dan Usaha Pariwisata milik masyarakat dan

peraturan-peraturan mengenai pariwisata di Desa Tuksongo sendiri

dapat dikatakan belum optimal karena di desa ini belum terdapat fasilitas

pariwisata yang memadai seperti akomodai, rumah makan, dan lain-lain.

Page 78: [TANGGAL] - STP Bandung

83

c. Aksesibilitas Menuju Desa Tuksongo

Dari segi aksesibilitasnya jalan menuju Desa Tuksongo sendiri

sudah cukup baik dan beraspal. Namun desa ini juga belum terdapat

angkutan umum seperti semua desa di KSPN Borobudur. Waktu tempuh

menuju Desa Tuksongo adalah 15 menit dari Candi Borobudur dengan

jarak sekitar 2 km. Sehingga para wisatawan yang ingin berkunjung ke

Desa Tuksongo masih harus menggunakan kendaraan pribadi karena

tidak tersedianya transportasi umum. Akses menuju Desa Tuksongo dari

Candi Borobudur pun harus menggunakan kendaraan pribadi atau ojek.

Page 79: [TANGGAL] - STP Bandung

84

Page 80: [TANGGAL] - STP Bandung

85

BAB V

ANALISIS

A. Analisis Konsep Teoritis

Dalam penelitian ini teori yang akan dianalisis adalah model Destination

Competitiveness and Sustainability yang dikemukakan oleh Richie (2003). Dimana

dalam model ini terdapat kelima pilar tersebut yaitu qualifying and amplifying

determinant; destination policy, planning and development; destination management,

core resources and attractors, dan supporting factor and resources.

Gambar V.1

Model Destination Competitiveness and Sustainability

Sumber : (Ritchie, 2003)

Namun peneliti memfokuskan terhadap teori Ritchie and Crouch, 2003

menggunakan Core Resources and Attractors & Supporting Factors karena dari teori

Page 81: [TANGGAL] - STP Bandung

86

tersebut teridentifikasinya jenis produk yang dijadikan faktor penentu bagi suatu daya

tarik yang dilakukan berdasarkan jurnal yang dilakukan di Brasil.

Gambar V.2

Model Core Resources & Supporting Factors

Sumber : (Ritchie, 2003)

Berikut komponen pengertian dari komponen Core Resources and Attractors dan

Supporting Factors and Resources (Ritchie and Crouch, 2003) yang akan dianalisis oleh

peneliti:

1. Core Resources and Attractors:

Merupakan alasan mendasar mengapa calon pengunjung memilih salah satu

tujuan dibanding yang lainnya.

`

Qualifying and Amplifying Determinants

(Kualifikasi dan Memperkuat Penentuan)

Location (Lokasi)

Safety

&Security

(Keamanan &

Keselamatan)

Independences (Mandiri)

Awareness/

Image

(Kesadaran

/Citra)

Carrying Capacity (Daya Tampung)

DestinationCompetitivenessandSustainability

Destination Policy, Planning and Development

(Kebijakan Destinasi, Perencanaan dan Pengembangan)

System

Definition

(Definisi

Sistem)

Philosophy/

Values

(Filosofi/Nilai)

Vision

(Visi)

Positioning/

Branding

(Penempatan/Merk)

Development

(Pengembangan)

Competitive/Collabo-

rative Analysis

(Kompetitif/Analisis

Kolaboratif)

Monitoring

and Evaluation

(Pemantauan dan

Evaluasi)

Audit

(Pemeriksaan

Keuangan)

Destination Management

(Manajemen Destinasi)

Organization

(Organisasi)

Marketing

(Pemasaran)

Quality of

Service/

Experience

(Kualitas

Pelayanan/

Pengalaman)

Information/

Research

(Informasi/ Penelitian)

Human Resource

Development

(Pengembangan SDM)

Finance &

venture

capital

(Finansial & Perusahaan)

Visitor

Management

(Manajemen Pengunjung)

Resource

Stewardship

(Sumber daya Jasa)

Crisis

Management

(Manajemen Krisis)

Core Resources and Attractors

(Sumber Daya Inti dan Daya Tarik)

Physiography &

Climate

(Fisiografi & Iklim)

Culture & History

(Budaya & Sejarah)

Mix Activities

(Aktifitas

Campuran)

Special Events

(Acara Khusus)

Entertainment

(Hiburan)

Superstructures

(Suprastruktur)

Market Ties

(Hubungan

Pasar)

Supporting Factors and Resources

Infrastructure (Infrasturktur)

Accessibility (Aksesibilitas)

Facilitating Resources (Penyediaan Sumber Daya)

Hospitality (Ramah Tamah)

Enterprise (Perusahaan)

Political Will

(Keinginan

Politik)

Co

mpetitiv

e (

Micro) E

nv

iron

men

t

(P

ersain

gan L

ing

kun

gan

Mik

ro)

Glo

bal (

Macro) E

nv

iron

ment

Lin

gk

un

gan M

ak

ro

Comparative

Advantages

1. Human

Resources

2. Physical

Resources

3. Knowledge

Resources

4. Capital

Resources

5. Infrastructure

& Superstructure

6. Historical &

Cultural

7. Resources

Size of Economy

Competitive

Advantages

1. Audit &

Inventory

2. Maintenance

3. Growth &

Development

4. Efficiency

5. Effectiveness

Page 82: [TANGGAL] - STP Bandung

87

a. Physiography & Climate

Didefinisikan sebagai sifat kerangka lingkungan dimana

pengunjung ada dan menikmati destinasi.

b. Culture & History

Budaya dan sejarah bertujuan untuk memberikan kekuatan

menarik dasar dan kuat untuk calon pengunjung.

c. Market Ties

Meliputi beberapa dimensi bersama dengan sebuah destinasi

menetapkan dan membangun hubungan dengan penduduk lokal di daerah

pariwisata.

d. Mix of Activities

Dimensi activities dari daya tarik destinasi muncul untuk semakin

penting dimana sebagai wisatawan semakin berupaya untuk mendapatkan

pengalaman yang melampaui dari kunjungan yang pasif dari masa lalu.

e. Special Event

Merupakan kepentingan manajerial tertentu karena merupakan

faktor dimana manajer destinasi memiliki kontrol yang besar. 'Special

Event' yang merujuk pada berbagai acara yang dapat menciptakan

kegiatan yang memiliki tingkat kemiatan yang tinggi dan keterlibatan

pada bagian kedua belah pihak yaitu, pengunjung dan penduduk lokal.

f. Entertainment

Entertainment atau hiburan dirancang untuk kegiatan dan acara

yang berbeda yang ditawarkan oleh destinasi. Sebaliknya, untuk destinasi

lain kekuatan hiburan mungkin menjadi daya tarik utama dari destinasi.

g. Tourism Superstructure

Tourism superstructure adalah faktor lain dimana manajer dari

pengembangan destinasi dapat memegang cukup banyak kontrol.

2. Supporting Factors and Attractors:

Supporting Factors and Resources merupakan fondasi dimana suatu

kesuksesan industri pariwisata dapat dibentuk. Suatu destinasi dengan kelimpahan

Page 83: [TANGGAL] - STP Bandung

88

core resources and attractors tetapi dengan kelangkaan supporting factors and

resources mungkin akan sulit untuk mengembangkan industri pariwisatanya,

setidaknya dalam jangka pendek, sampai beberapa kekurangan mendapatkan

perhatian.

a. Infrastucture

Elemen infrastruktur sangat penting dalam semua kegiatan

ekonomi dan sosial, seperti halnya sistem sanitasi, sistem komunikasi,

fasilitas umum, sistem hukum dan pasokan air minum juga memberikan

dasar bagi industri pariwisata yang efektif, efisien dan ekonomis.

b. Accessibility

Tujuan yang dipengaruhi, dengan cara yang lebih kompleks

daripada lokasi belaka fisik mungkin menyarankan, dengan regulasi

industri penerbangan, visa dan izin, koneksi rute, hub bandara dan slot

pendaratan, kapasitas bandara dan jam malam, dan kompetisi di antara

operator, dll.

c. Facilitating

Sumber daya dan jasa ketersediaan dan kualitas sumber daya

manusia lokal, pengetahuan dan modal, lembaga pendidikan dan

penelitian, lembaga keuangan dan berbagai bidang pelayanan publik.

d. Enterprise

Kewirausahaan dan inisiatif yang berperan dalam mengembangkan

usaha baru di tujuan berkontribusi daya saing dalam sejumlah cara. Ini

termasuk persaingan, kerjasama, spesialisasi, inovasi, fasilitasi, investasi,

pertumbuhan, distribusi pendapatan dan ekuitas, pengambilan risiko,

produktivitas, pengisi kesenjangan, diversifikasi produk, manajemen

musiman.

e. Political Will

Peran penting dari dukungan politik dalam memfasilitasi upaya

oleh industri pariwisata untuk menciptakan tujuan kompetitif. Kemauan

politik bukan merupakan fungsi dari sikap dan pendapat politisi saja.

Page 84: [TANGGAL] - STP Bandung

89

Semua tokoh masyarakat membentuk sikap politik untuk kontribusi

bahwa pariwisata bisa membuat pembangunan ekonomi dan sosial dan

kualitas yang dihasilkan dari kehidupan di tempat tujuan.

3. Sustainable Tourism:

Pariwisata berkelanjutan merupakan bentuk dari konsisten terhadap alam

sosial dan nilai adat yang memberikan kesempatan bagi guest dan host untuk

menikmati proses dampak positif dari interaksi dan berbagi pengalaman bersama.

a. Social Cultural

Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat,

melestarikan nilai-nilai warisan budaya dan adat yang mereka bangun,

dan berkontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi serta pemahaman

antar-budaya.

b. Economic

Memastikan kegiatan ekonomi jangka panjang yang layak,

memberikan manfaat sosial ekonomi kepada semua stakeholder dengan

adil, seperti pekerjaan tetap, kesempatan mendapatkan penghasilan

(membuka usaha) dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal, serta

membantu mengurangi kemiskinan.

c. Environment

Memanfaatkan secara optimal sumber daya lingkungan yang

merupakan elemen kunci dalam pengembangan pariwisata,

mempertahankan proses ekologi dan turut andil dalam melestarikan

warisan alam dan keanekaragaman hayati di suatu destinasi wisata.

B. Analisis Data Temuan Destinasi KSPN Borobudur dan Sekitarnya

Analisis data merupakan data temuan peneliti yang didapatkan dari KSPN

Borobudur dan dari 6 (enam) desa yakni Desa Borobudur, Desa Candirejo, Desa Wanurejo,

Desa Majaksingi, Desa Mendut, dan Desa Tuksongo.

Page 85: [TANGGAL] - STP Bandung

90

1. Desa Borobudur

Hasil wawancara dari Bapak Iskandar selaku Badan Konservasi

Borobudur, dan wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur baik wisatawan

nusantara maupun wisatawan mancanegara menanggapi bahwa:

a. Core Resources and Attractors

Dari Special Event yang dimiliki oleh Candi Borobudur merupakan

faktor yang sangat berpengaruh dari kedatangan wisatawan. Maka analisis

peneliti terhadap Desa Borobudur. Berdasarkan data temuan dilapangan

wisatawan menganggap bahwa Desa Borobudur merupakan DTW yang

memiliki Wisata Religi, Peninggalan Bersejarah, Wisata Budaya, Kuliner.

1) Physiography & Climate yang memiliki skor 3 berdasarkan

indikator yakni Iklim, Kualitas Udara, Pemandangan, dan Flora

dan Fauna.

2) Culture & History yang memiliki skor 2 dengan adanya

pertunjukan dari Budaya dan Sejarah yang berarti bukan dari asli

milik Desa Borobudur melainkan di supply oleh desa-desa lainnya

seperti adanya pertunjukan seni yang dilombakan tiap tahunnya.

3) Market Ties yang memiliki skor 4 berupa hubungan kerjasama

dengan beberapa Stakeholders seperti PT. TWCB, Balai

Konservasi, Travel Agent.

4) Mix of Activities yang memiliki skor 3 dengan atraksi lain yang

dimiliki di sekitaran Candi Borobudur seperti Sunrise View,

Panahan yang merupakan bagian atraksi yang di miliki oleh Candi

Borobudur namun tidak menjadi Main Attraction untuk wisatawan

yang berkunjung.

5) Special Events yang memiliki skor 4 terdapat Mega Events yang

rutin diselenggarakan seperti Upacara Waisak, Obor, Penerbangan

Lampion.

6) Entertainment yang memiliki skor 4 dengan adanya hiburan rutin

diselenggarakan oleh masyarakat dan dapat menarik wisatawan

Page 86: [TANGGAL] - STP Bandung

91

merupakan pergelaran tari tradisional dari masing-masing desa

yang berada disekitar Kecamatan Borobudur.

7) Tourism Superstructure yang memiliki skor 4 terdapat bangunan

yang berpengaruh dengan kunjungan wisatawan sebagai faktor

pendukung di Candi Borobudur merupakan kegiatan tambahan

bagi pengunjung untuk meningkatkan interest terhadap peristiwa

sejarah dan hiburan lainnya seperti Museum Borobudur, Museum

Kapal, Manohara Hotel, tempat penyewaan sepeda, toko suvenir,

dan Tourism Information Centre.

b. Supporting Factors and Resources

Supporting Factors and Resources yang dimiliki Desa Borobudur

cenderung dengan sarana yang telah ada di Desa Borobudur seperti

infrastruktur Desa Borobudur sudah sangat memadai dan facilitating yang

disediakan human resources dari Desa Borobudur telah memiliki skill and

knowledge tentang pariwisata untuk menjadi tour guide.

1) Infrastructure yang memiliki skor 5 terdapat sarana yang lengkap

seperti jalan, air bersih, listrik, apotik, kantor pos, bank, rumah

sakit, pos polisi.

2) Accessibility yang memiliki skor 4 dengan kondisi jalanan yang

sudah beraspal dan jaringan transportasi berupa Bus Damri, Shuttle

Bus, dan kendaraan lain antar kota yang sangat mudah di tempuh

dari Yogyakarta dengan jarak 35 km.

3) Facilitating yang memiliki skor 5 dengan ketersediaan SDM Tour

Guide dari PT. TWCB (BUMN) dan memiliki wawasan yang baik

dalam pariwisata di Candi Borobudur.

4) Enterprise yang memiliki skor 4 dengan dikelolanya sumber

pendanaan pendapatan masyarakat yakni telah di kelola oleh PT.

TWCB untuk berjualan di sekitaran Candi Borobudur yang mana

kegiatan tersebut dapat membangun kesejahteraan masyarakat

lokal.

Page 87: [TANGGAL] - STP Bandung

92

5) Political Will yang memiliki skor 4 dengan pencantuman pada visi

misi dalam kegiatan pariwisata yang ada di Candi Borobudur

merupakan langkah yang dapat dilihat bahwa Desa Borobudur

sangat mendukung adanya pariwisata.

c. Sustainable Tourism

Dengan adanya faktor Social Cultural and Economic yang telah

terbukti dimiliki potensi dari kegiatan/usaha oleh PT TWCB dan Balai

Konservasi secara terkoordinasi yang memberikan kesan untuk wisatawan

dalam pengalaman wisata Sejarah dan Religi di Candi Borobudur.

Pendapatan masyarakat Desa Borobudur sangat mempengaruhi dari apa

yang dapatkan di sektor pariwisata dari penjualan suvenir hingga ke Tour

Guide.

1) Social Cultural yang memiliki skor 5 dengan pemberian

pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi wisatawan

dalam pengalaman wisata Sejarah dan Religi di Candi Borobudur,

Relasi antara Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan

Candi Borobudur, BUMN menyajikan sarana promosi dalam

Candi Borobudur, kegiatan pariwisata menghormati masyarakat

lokal yang harus mengenakan pakaian yang sopan ketika akan

menaiki Candi Borobudur, dengan adanya pariwisata kualitas

masyarakat lokal jauh lebih baik.

2) Economic yang memiliki skor 5 terdapat pendapatan baru

(Pariwisata) masyarakat dapat berjualan di Pasar Seni Borobudur

dan menawarkan jasa tour guide serta penyewaan payung, adanya

investasi dari luar yang terdapat hotel berbintang disekitar

Borobudur, peningkatan produsen lokal makin beragam dari

berbagai desa yang berada di Kabupaten Magelang.

3) Environment yang memiliki skor 3 yang merupakan kegiatan

dalam upaya pengelolaan dalam pelestarian Candi Borobudur yang

Page 88: [TANGGAL] - STP Bandung

93

mana kegiatan tersebut telah di lestarikan oleh Balai Konservasi

dan koordinasi PT. TWCB.

2. Desa Candirejo

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Singgih selaku

Kepala Desa Candirejo, Bapak Tatak selaku ketua Desa Wisata Candirejo, dan

Mas Nugraha sebagai Tour Guide Lokal Desa Candirejo, wisatawan yang

berkunjung ke Desa Candirejo baik wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara menanggapi bahwa produk utama merupakan Watu Kendil, Home

Industry Selondok, Pertunjukan Tari, dan Arung Jeram.

a. Core Resources and Attractors

Analisis peneliti terhadap Desa Candirejo berdasarkan data temuan

dilapangan bahwa Desa Candirejo memiliki potensi wisata alam, budaya,

dan kreatif tourism. Peneliti mengidentifikasi hasil data temuan per

indikator sebagai berikut:

1) Physiography & Climate

Physiography & Climate memiliki skor 3 dikarenakan di

Desa Candirejo memberikan pengaruh terhadap wisatawan dan

berpotensi menjadi daya tarik wisata. Desa Candirejo memiliki

iklim yang sejuk dikarenakan desa tersebut dikelilingi oleh

pegunungan dan juga perbukitan Menoreh. Selain itu,

pemandangan di Desa Candirejo sangat baik dengan adanya

pertemuan 3 (tiga) sungai dan daya tarik wisata alam lainnya yang

indah. Desa Candirejo memiliki flora & fauna endemik yang hanya

dapat ditemukan di Candirejo seperti Keningkring. Fauna lainnya

yang terdapat di Candirejo yaitu musang.

2) Culture & History

Untuk Culture & History di Desa Candirejo memiliki skor

4 (empat) karena di Desa Candirejo budaya dan sejarahnya cukup

beragam seperti diadakannya upacara adat, masih terdapatnya

Page 89: [TANGGAL] - STP Bandung

94

sanggar pembuatan batik dengan motif khas buah pepaya,

terdapatnya home industry pembuatan kerupuk selondok, dan pahat

batu untuk pembuatan cobek dan batu nisan. Selain itu, untuk seni

musik masyarakat lokal masih menggunakan alat musik tradisional

seperti gamelan dan juga rebana. Dan peninggalan atraksi wisata di

Desa Candirejo terdapat daya tarik wisata Watu Kendil.

3) Market Ties

Untuk indikator market ties memiliki skor 4 dikarenakan di

Desa Candirejo memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder

yang terdapat di kota Magelang maupun diluar kota Magelang.

Desa Candirejo memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan

berbagai travel agent untuk melakukan promosi dan penjualan

paket tour (village tour).

4) Mix of Activities

Untuk point mix of activities di Desa Candirejo memiliki

point 5 (lima) dikarenakan Desa Candirejo memiliki banyak variasi

aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan saat melakukan

kunjungan ke desa tersebut. Aktifitas tersebut yaitu mengikuti

belajar memasak makanan khas Kerupuk Selondok dengan

masyarakat lokal, melihat proses pembuatan batik kertas motif

buah pepaya, mengikuti latihan tari Topeng Ireng di sanggar tari,

melihat sunrise di spot Watu Kendil, rafting hingga bersepeda

keliling desa wisata.

5) Special Event

Di desa Candirejo memiliki beragam acara yang rutin

diselenggarakan, oleh karena itu indikator special event

mendapatkan skor 3 (tiga). Desa Candirejo rutin

menyelenggarakan acara upacara adat yang biasa diselenggarakan

setahun sekali dan pentas seni lainnya untuk dipertunjukan kepada

Page 90: [TANGGAL] - STP Bandung

95

wisatawan seperti jatilan, ketoprak, rebana, dan nandur untuk

bercocok tanam masyarkat lokal yang bekerja sebagai petani.

6) Entertainment

Desa Candirejo memiliki hiburan yang biasa

diselenggarakan apabila ada permintaan dari wisatawan oleh

karena itu indikator entertainment memiliki skor 3 (tiga). Dengan

adanya sanggar tari di Desa Candirejo masyarakat lokal biasa

berlatih tarian tradisional seperti tari Topeng Ireng dan gamelan

agar wisatawan dapat melihat secara langsung proses berlatih dan

ikut serta dalam pertunjukan tersebut.

7) Tourism Superstructure

Untuk point tourism superstructure di Desa Candirejo

memiliki skor 5 (lima) dikarenakan Desa Candirejo memiliki

banyak pilihan sarana pelengkap, sarana penunjang dan sarana

pokok. Untuk sarana pokok terdapat 40 homestay di Desa

Candirejo, variasi daya tarik wisata seperti Banyu Asin, Watu

Kendil, home industry, dan sanggar seni dan tari. Selain itu,

Candirejo juga sudah banyak melakukan kerjasama dengan biro

perjalanan wisata yang terdapat di Kota Magelang seperti Exo

Tour & Travel, Khiri Tour & Travel, Happy Wisata, ACS Travel,

Merapi Tour & Travel, Smiling Tour & Travel dan masih banyak

lainnya yang digunakan sebagai media penjualan paket wisata

Candirejo. Sarana pelengkap seperti Balai Ekonomi Desa,

Puskesmas, dan Posyandu juga sudah terdapat di Candirejo, namun

untuk sarana penunjang yaitu toko suvenir hingga saat ini Desa

Candirejo belum memiliki toko suvenir untuk menjual hasil

kreativitas masyarakat lokal.

Page 91: [TANGGAL] - STP Bandung

96

b. Supporting Factors and Resources

Desa Candirejo memiliki kredibilitas dalam menjalankan kegiatan

wisata yang berfungsi dalam tingkatan dari keadaan yang dimiliki Desa

Candirejo dalam bentuk sarana maupun prasarana seperti jalan, gedung

Balkondes, dan transportasi seperti andong dan sepeda. Dengan penyediaan

tersebut Desa Candirejo menetapkan untuk sarana tersebut dapat di rasakan

oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Candirejo

1) Infrastructure

Infrastruktur di Desa Candirejo belum terbilang baik oleh

karena itu indikator infrastruktur hanya mendapatkan skor 3

dikarenakan di Desa Candirejo belum memiliki fasilitas posyandu,

kantor pos, kantor polisi, apotek, maupun toko suvenir. Namun,

kondisi jalan di Desa Candirejo terbilang sudah cukup baik karena

kondisi jalan beraspal rata dan terdapat papan petunjuk jalan untuk

menuju Desa Candirejo.

2) Accessibility

Kemudahan untuk menuju Desa Candirejo pun sudah

cukup baik dengan jarak tempuh hanya 3km dari Candi Borobudur.

Selain itu, kondisi jalan sudah beraspal dengan baik sehingga

wisatawan tidak mengalami kesulitan saat mengunjungi desa

Candirejo dan petunjuk jalan untuk menuju desa pun sudah cukup

tersedia. Namun untuk penerangan lampu jalan menuju Desa

Candirejo masih sangat minim sehingga tingkat visabilitas masih

rendah.

3) Facilitating

Tersedianya SDM pariwisata yang memiliki keterampilan,

kualitas dan pengetahuan tentang pariwisata yang baik dan sudah

Page 92: [TANGGAL] - STP Bandung

97

memiliki sumber pendanaan yang rutin. Untuk saat ini Desa

Candirejo sudah memiliki SDM yang memiliki sadar wisata yang

baik dikarenakan masyarakat lokal Desa Candirejo sudah

menjalankan usaha bisnis pariwisata seperti mendirikan rumah

makan dan juga homestay. Selain itu, masyarakat lokal Desa

Candirejo juga sudah bekerja sebagai pemandu lokal yang

memiliki sertifikasi kepemanduan secara legal.

4) Enterprise

Home industry terdapat lebih dari satu di Desa Candirejo

seperti adanya rumah produksi pembuatan Kerupuk Selondok,

pembuatan batu pahat cobek batu nisan, kriya pembuatan batik

khas Desa Candirejo dengan motif buah pepaya dan juga

pembuatan wayang kulit dan kertas yang dapat dikunjungi oleh

wisatawan saat melakukan village tour di Desa Candirejo.

5) Political Will

Pariwisata sudah menjadi bagian dari pengembangan

desa/wilayah namun tidak tercantum secara tertulis dan masyarakat

diikut sertakan dalam berpendapat terkait pariwisata di daerahnya.

Di Desa Candirejo tercantum bahwa kegiatan pariwisata terdapat

di dalam visi & misi desa namun tidak tertulis. Masyarakat lokal

Desa Candirejo sudah sadar wisata karena masyarakat lokal merasa

dengan adanya kegiatan pariwisata tingkat perekonomian pun

mengalami peningkatan yang drastis.

c. Sustainable Tourism

Pariwisata berkelanjutan dalam kegiatan wisata Desa Candirejo

telah diukur dari penetapan kebijakan dari KSPN Borobudur yang mana

kegiatan tersebut dapat menjadi Desa Ekowisata. Dari kegiatan ekowisata,

agar terjadinya pariwisata berkelanjutan masyarakat Desa Candirejo telah

Page 93: [TANGGAL] - STP Bandung

98

menjadikan kegiatan sehari-hari masyrakat dan tidak tergantung dari

kegiatan wisata yang ada di Desa tersebut.

1) Social Cultural

Dalam memberikan kepuasan kepada wisatawan saat

melakukan kunjungan ke Desa Candirejo sudah cukup baik karena

dipadu-padankan dengan aktivitas wisata budaya yang dimiliki

oleh Desa Candirejo. Dikarenakan Desa Candirejo menggunakan

sistem satu pintu untuk pemesanan paket wisata yang dapat

langsung dipesan di Koperasi Desa Candirejo, stakeholder

memahami standar MOU kerjasama yang baik dengan desa

Candirejo, Desa Candirejo melakukan promosi wisata melalui

travel agent yang terdapat di Kota Magelang, aktivitas wisata di

Candirejo berbasis masyarakat atau community based tourism dan

juga tingkat perekonomian masyarakat lokal mengalami

peningkatan semenjak adanya kegiatan pariwisata di Desa

Candirejo.

2) Economic

Dengan adanya kegiatan pariwisata pendapatan ekonomi

masyarakat lokal sudah mengalami peningkatan yang cukup

signifikan sehingga masyarakat lokal merasa senang dengan

adanya kegiatan pariwisata di Desa Candirejo. Tetapi Desa

Candirejo berkomitmen dalam otonomi daerah untuk tidak

memperbolehkan investor mendirikan usaha pariwisata yang tidak

berbasis masyarakat di Desa Candirejo.

3) Environment

Dampak terhadap pelestarian alam dan budaya baik langsung

maupun tidak langsung dan terprogram serta sistem pengolahan

limbah di Desa Candirejo sudah baik dikarenakan masyarakat lokal

Page 94: [TANGGAL] - STP Bandung

99

yang bergerak di sektor pariwisata sudah memahami bahwa

potensi budaya dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang

dapat dijual kepada wisatawan. Sanggar tari Desa Candirejo adalah

salah satu pelestarian budaya yang dibuat oleh masyarakat lokal

untuk melestarikan tarian khas Desa Candirejo. Selain itu, apabila

banyaknya wisatawan yang masuk ke Desa Candirejo masyarakat

lokal dapat menanggulangi limbah dengan melakukan kegiatan

gotong royong seminggu sekali untuk membersihkan desa

3. Desa Wanurejo

Untuk memperoleh data temuan di lapangan (Desa Wanurejo) peneliti

melakukan observasi dan wawancara kepada Bapak Bendrat selaku Ketua Badan

Pariwisata Desa Wanurejo. Berikut adalah penjabarannya.

a. Core Resources and Attractors

Desa Wanurejo mendapatkan point tertinggi untuk indikator yaitu

Mix of Activities, Culture & History dan Tourism Superstructure. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Desa Wanurejo memiliki aktivitas

wisata yang beragam, salah satu yang utama adalah Candi Pawon dan

Gelar Budaya Wanurejo. Berdasarkan hasil wawancara, narasumber juga

menyebutkan bahwa pengembangan wisata Desa Wanurejo diarahkan ke

wisata budaya dan kreatif.

1) Physiography & Climate

Physiography & Climate memiliki skor 3 (tiga)

dikarenakan di Desa Wanurejo memberikan pengaruh terhadap

wisatawan dan berpotensi menjadi daya tarik wisata. Desa

Wanurejo memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan desa

tersebut dikelilingi oleh pegunungan dan masih banyak lahan hijau

serta area persawahan. Selain itu, pemandangan di Desa Wanurejo

juga indah dengan adanya aliran sungai Elo Progo dan Mandala

Page 95: [TANGGAL] - STP Bandung

100

View yaitu pemandangan Candi Borobudur dari balai desa dan

penampakan seperti Sleeping Buddha yang merupakan simbol

agama Buddha.

2) Culture & History

Untuk Culture & History di Desa Wanurejo memiliki skor

4 (empat) karena di Desa Wanurejo ada tarian, kerajinan khas, dan

peninggalan khas yang berpotensi menjadi daya tarik wisata. Di

Desa Wanurejo terdapat sanggar tari dan musik tradisional yang

masih beroperasi dalam melestarikan budaya tari dengan

mengadakan latihan untuk anak-anak setiap hari Jumat, terdapat

industri rumahan pembuatan rengginang, serta kelompok-

kelompok pembatik yang membuat batik dengan pola khas

Mandala yang merepresentasikan Candi Borobodur. Sedangkan

untuk peninggalan sejarah yaitu Candi Pawon dan terdapat pula

Makam Eyang Wanu Tejo Kusumo dan Bedug Diponegoro. Hal

ini menunjukkan bahwa Desa Wanurejo memiliki beragam budaya

dan sejarah.

3) Market Ties

Untuk indikator Market Ties memiliki skor 2 (dua)

dikarenakan di Desa Wanurejo ada kerjasama dengan salah satu

pihak secara informal tidak tertulis dilakukan tidak tentu, dari hasil

wawancara BAPARDES sudah adanya rencana kerjasama dengan

pihak travel namun belum terlaksana.

4) Mix of Activities

Pada aspek Mix of Activies memiliki skor 5 (lima) karena

Desa Wanurejo memiliki beragam aktivitas wisata yang dapat

dilakukan contohnya membuat batik Dewi Wanu, membuat

Page 96: [TANGGAL] - STP Bandung

101

suvenir handmade di Rikrok berupa pensil gaul, Tour De Village

mengelilingi desa menggunakan andong atau sepeda ontel,

mengunjungi industri rumahan seperti rengginang dan jenang,

memakai jarit dengan teknik tertentu beserta mengetahui

filosofinya, bermain karawitan dan mengunjungi Candi Pawon.

5) Special Event

Desa Wanurejo memiliki special events yang dapat

menarik wisatawan namun tidak rutin bahkan hampir tidak

dilaksanakan. Events itu adalah gelar budaya Wanurejo yang

terakhir kali dilaksanakan pada tahun 2014. Namun Desa Wanurejo

rutin menyelenggarakan acara pengajian setiap malam Jumat

Kliwon di daerah Makam Eyang Wanu untuk mengenang leluhur

mereka.

6) Entertainment

Desa Wanurejo memiliki hiburan tarian yang biasa

diselenggarakan apabila ada permintaan dari wisatawan oleh

karena itu indikator entertainment memiliki skor 3 (tiga). Dengan

adanya sanggar tari di Desa Wanurejo masyarakat lokal biasa

berlatih tarian tradisional seperti tari Topeng Ireng dan karawitan

agar wisatawan dapat melihat secara langsung proses berlatih dan

ikut serta dalam pertunjukan tersebut.

7) Tourism Superstructure

Untuk skor Tourism Superstructure di Desa Wanurejo

memiliki skor 3 (tiga) dikarenakan Desa Wanurejo memiliki

setidaknya masing - masing satu sarana pelengkap, sarana

penunjang dan sarana pokok. Sarana pokok terdapat homestay,

hotel di Desa Wanurejo, untuk restoran terdapat satu restoran Pasta

Page 97: [TANGGAL] - STP Bandung

102

Gio. Wanurejo saat ini belum melakukan kerjasama dengan biro

perjalanan wisata namun dari pihak BAPARDES sudah

merencanakan adanya kerjasama dengan pihak travel. Sarana

pelengkap seperti Balai Ekonomi Desa masih dalam tahap

pembangunan, sedangkan sarana penunjang yaitu toko suvenir

sudah ada seperti Rikrok.

b. Supporting Factors and Resources

Pada aspek Supporting Factors and Resources Desa Wanurejo

memiliki banyak industri rumahan yang bisa menjadi faktor pendukung

kegiatan wisata seperti contohnya toko suvenir Rikrok, kelompok

pembatik Dewi Wanu yang dapat membantu menyediakan suvenir untuk

wisatawan dan dapat menjadi aktivitas wisata.

1) Infrastructure

Desa Wanurejo memiliki infrastruktur yang belum lengkap

dikarenakan di Desa Wanurejo belum memiliki fasilitas posyandu,

kantor pos, dan apotek. Untuk jalan yang terdapat di desa

Wanurejo banyak yang sudah beraspal meskipun di beberapa titik

masih terdapat jalan yang rusak. Papan jalan dan tanda-tanda jalan

masih dalam kondisi yang baik.

2) Facilitating

SDM Pariwisata di Wanurejo sudah memiliki keterampilan

dan pengetahuan yang baik tentang pariwisata. Seperti halnya

SDM pariwisata yang terdapat pada Candi Pawon memiliki

ketrampilan dan pengetahuan pariwisata yang baik namun belum

adanya dukungan pengadaan pelatihan oleh pemerintah dan dinas

terkait. Seluruh masyarakat desa wisata Wanurejo sudah memiliki

pengetahuan dan ketrampilan pariwisata dan penanganan

wisatawan.

Page 98: [TANGGAL] - STP Bandung

103

3) Enterprise

Desa wisata Wanurejo memiliki lebih dari satu home

industry. Beberapa home industry bahkan menjadi atraksi wisata

yang dicari oleh wisatawan seperti Kriya Kayu Rikrok dan Batik

Lumbini yang menawarkan pelajaran cara membuat hasta karya

kayu dan membatik.

4) Accessibility

Akses menuju Desa Wanurejo sangatlah mudah karena

berada di garis depan pintu masuk ke Candi Borobudur dan hanya

1,5km dari Candi Borobudur. Jalan menuju ke Desa Wisata

Wanurejo juga sudah teraspal. Namun, belum terdapat angkutan

umum dan sarana transportasi massal lain yang melewati Desa

Wisata Wanurejo.

5) Infrastructure

Desa Wanurejo memiliki infrastruktur yang belum lengkap

dikarenakan di Desa Wanurejo belum memiliki fasilitas posyandu,

kantor pos, dan apotek. Untuk jalan yang terdapat di Desa

Wanurejo banyak yang sudah beraspal meskipun di beberapa titik

masih terdapat jalan yang rusak. Papan jalan dan tanda-tanda jalan

masih dalam kondisi yang baik.

6) Political Wil1

Pariwisata di Desa Wanurejo sudah dicantumkan dalam

peraturan desa dan memiliki visi misi desa wisata. Namun Desa

Wanurejo masih belum menganggap pariwisata sebagai prioritas

utama dan mengarahkan masyarakat dalam usaha home industry

serta perkebunan. Masyarakat sendiri telah mendukung pariwisata

dan berkeinginan untuk ikut serta dalam usaha pariwisata.

Page 99: [TANGGAL] - STP Bandung

104

c. Sustainable Tourism

Desa Wanurejo memiliki Badan Pariwisata Desa (BAPARDES)

dalam hal ini perangkat desa sudah memperhatikan keberlangsungan

kegiatan pariwisata namun belum melakukan upaya nyata dalam

melestarikan lingkungan di Desa Wanurejo. Dalam melestarikan Budaya,

seluruh lapisan masyarakat turut serta untuk ikut andil dalam pelestarian

budaya seperti mengikuti tradisi pengajian Malam Jumat Kliwon, berlatih

menari tari tradisional, membentuk kelompok batik dll. Di bidang

ekonomi, pariwisata diperkenalkan ke masyarakat desa melalui

BAPARDES dengan memberikan kesan bahwa pariwisata tidak akan

mengganggu mata pencaharian mereka sehari-hari malah dapat

mendukung satu sama lain.

1) Social Cultural

Desa Wanurejo memiliki beberapa paket wisata yang

didalamnya sudah terdapat kegiatan kebudayaan seperti

mempelajari pakaian tradisional adat Jawa dan juga cara

pemakaiannya serta tari-tarian tradisional. Wisatawan juga dapat

ikut dalam kegiatan belajar gamelan bersama dengan masyarakat.

Masyarakat juga dengan senang hati menerima wisatawan yang

ingin belajar kebudayaan tradisional adat Jawa Tengah.

Perekonomian masyarakat seiring berjalannya waktu terus

meningkat.

2) Environment

Pengelolaan pariwisata di Desa Wanurejo tidak

mengeksploitasi alam namun tidak melakukan upaya pelestarian

alam. Dalam pengelolaannya Desa Wanurejo tidak membutuhkan

lahan yang luas karena hanya beracu pada wisata home industry.

Namun untuk pembangunan Balkondes, desa membutuhkan 2

hektar lahan pertanian warga.

Page 100: [TANGGAL] - STP Bandung

105

3) Economic

Kegiatan pariwisata di Desa Wanurejo memiliki dampak

yang baik bagi peningkatan perekonomian masyarakat meskipun

secara tidak langsung karena kegiatan perekonomian masyarakat

sudah ada sejak sebelum pariwisata masuk. Dengan masuk atau

tidaknya pariwisata dalam perekonomian, masyarakat akan tetap

memiliki penghasilan yang tetap.

4. Desa Majaksingi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada tahun 2012 Kepala Desa

Majaksingi mencantumkan pariwisata dalam visi dan misinya. Sedangkan arahan

untuk pengembangan desa wisata baru dimulai pada tahun 2014. Hal ini

menyebabkan beberapa poin dari komponen – komponen Core Resources and

Attractors (CRA) dan Supporting Factors and Resources (SFR) di Desa

Majaksingi belum optimal. Walaupun pengembangan belum optimal, Desa

Majaksingi memiliki komponen CRA dan SFR yang dapat diunggulkan dalam

memacu pengembangan pariwisata. Berikut penjelasan komponen CRA dan SFR

a. Core Resources and Attractors

Desa Majaksingi dari ketujuh komponen terdapat pada komponen

tourism superstructure dimana di dalamnya terdapat daya tarik Rumah

Kamera. Rumah Kamera merupakan galeri 3D pertama yang ada di

Indonesia sehingga menarik banyak wisatawan datang ke Desa

Majaksingi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

pariwisata di Desa Majaksingi masih tergolong baru saja berjalan pada

tahun 2012 namun daya tarik Rumah Kamera.

1) Physiography & Climate

Desa Majaksingi memiliki skor 3 (tiga). Berdasarkan hasil dan data

yang dapatkan Desa Majaksingi memiliki lanskap alam yang

hampir sama dengan desa-desa lainnya yaitu perbukitan dan

perkebunan.

Page 101: [TANGGAL] - STP Bandung

106

2) Culture & History

Desa Majaksingi mendapatkan skor 2 (dua) yang berarti Desa

Majaksingi memiliki kesenian budaya namun belum menjadi daya

tarik wisata. Kesenian yang ada di Desa Majaksingi memiliki

kesamaan dengan yang ada di desa lainnya seperti Jatilan dan Tari

Topeng Ireng. Namun yang khas dari Desa Majaksingi adalah

tradisi Saparan, dimana tradisi Saparan merupakan kegiatan berdoa

bersama dan pertunjukan seni di pelataran yang dilakukan oleh

semua warga Desa Majaksingi. Tradisi ini diadakan pada tanggal-

tanggal baik menurut kalender Jawa. Tradisi Saparan dilakukan

sebagai bentuk ungkapan syukur terhadap Yang Maha Kuasa.

3) Market Ties

Desa Majaksingi juga mendapatkan skor 3 (tiga) yang berarti

terdapatnya hubungan kerjasama antar stakeholder secara formal

dan informal. Hubungan yang ada di Desa Majaksingi yaitu

kerjasama antara Resort Amanjiwo (privat sektor) dengan

perangkat desa dan masyarakat. Bentuk kerjasama formal antara

stakeholders di Desa Majaksingi yaitu berupa kerjasama dalam

manajemen pengolahan limbah. Resort Amanjiwo bersama

perangkat desa membangun tempat pembuangan limbah di lima

titik di Desa Majaksingi sehingga pengangkutan limbah rumah

tangga masyarakat Desa Majaksingi dan limbah dari Resort

Amanjiwo dapat dilakukan secara teratur dan rutin. Selain

hubungan informal juga dilakukan oleh Resort Amanjiwo dengan

rutin berdonasi berupa materil terhadap sekolah-sekolah yang ada

di Desa Majaksingi.

4) Mix of Activities

Mix of Activities mendapatkan skor 4 (empat). Variasi aktivitas

yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Desa Majaksingi beragam.

Aktivitas yang dapat dilakukan di Desa Majaksingi yaitu wisata

Page 102: [TANGGAL] - STP Bandung

107

kreatif di Rumah Kamera dimana wisatawan dapat berfoto di galeri

3D dan mengikuti kelas melukis. Selanjutnya terdapat pula wisata

edukasi, dimana wisatawan dapat berpartisipasi dalam pembuatan

makanan tradisional seperti tempe, nasi jagung, dan pembuatan

kopi.

5) Special Events

Special Events mendapatkan skor 2 (dua). Hal ini dikarenakan

Desa Majaksingi belum memiliki acara special yang

diselanggarakan untuk tujuan pariwisata. Acara spesial yang

diselenggarakan oleh Desa Majaksingi hanya sebatas perayaan hari

besar nasional dan seperti Hari Kemerdekaan Nasional dan acara

keagamaan seperti buka puasa bersama.

6) Entertainment

Desa Majaksingi mendapatkan skor 2 (dua). Hiburan yang

diselenggarakan oleh Desa Majaksingi hanya sebatas penampilan

kesenian tari – tarian. Entertaiment di Desa Majaksingi sangat

jarang di adakan dan belum dirperuntukan untuk pariwisata.

7) Tourism Superstructure mendapatkan poin tertinggi diantara

komponen CRA yang lainnya memiliki skor 5 (lima). Tourism

superstructure yang ada di Desa Majaksingi di kelola oleh sektor

private dan berjalan secara optimal sehingga berkontribusi banyak

terhadap pertumbuhan pariwisata di Desa Majaksingi. Seperti

fasilitas destinasi Amanjiwo dan Villa Borobudur serta daya tarik

wisata Rumah Kamera memberikan kontribusi terhadap jumlah

kunjungan dan kepuasan wisatawan yang berwisata di Desa

Majaksingi.

Page 103: [TANGGAL] - STP Bandung

108

b. Supporting Factors and Resources

Berdasarkan analisis peneliti teridentifikasinya faktor pendukung

untuk sumber daya yang dimiliki oleh Desa Majaksingi yang mana kegiatan

di Desa Majaksingi telah mengutamakan sektor pariwisata yang ditetapkan

oleh Desa Majaksingi sebagai pengaruh Political Will dari pendapatan

masyarakat Desa Majaksingi.

1) Infrastructure

Infrastruktur di Desa Majaksingi sudah cukup baik. Dilihat dari

keadaan jalan yang sudah beraspal, tersedianya sistem irigasi,

sumber tenaga listrik, dan penunjuk jalan yang sudah optimal

namun kekuaranganya adalah penerangan jalan yang belum

tersedia sehingga komponen infrastruktur mendapatkan skor 3

(tiga).

2) Accessibility mendapatkan skor 3 (tiga) yang berarti aksesibilitas

di Desa Majaksingi sudah cukup baik. Desa Majaksingi hanya

berjarak sekitar 4 km dari Candi Borobudur dan jarak tempuhnya

pun kurang lebih 15 menit. Selain itu letak daya tarik wisata di

Desa Majaksingi dapat dengan mudah dikunjungi karena berada di

pinggir jalan utama Desa Majaksingi. Kekurangannya adalah

penerangan jalan yang ada belum tersedia sehingga kegiatan

pariwisata sedikit terhambat.

3) Facilitating

Desa Majaksingi masih kurang sehingga mendapatkan skor 2

(dua). Hal ini dikarenakan SDM pariwisata di Desa Majaksingi

belum tersedia dan baru saja diadakan pelatihan mengenai

keterampilan dan pengetahuan mengenai pariwisata pada tahun

2016 yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang.

4) Entreprise

Desa Majaksingi mendapatkan skor 3 (tiga) karena di Desa

Majaksingi hanya terdapat beberapa industri rumah tangga yaitu

Page 104: [TANGGAL] - STP Bandung

109

tempat pembuatan tempe dan tempat pembuatan kopi. Industri

rumah tangga tersebut juga berpotensi menjadi produk wisata di

Desa Majaksingi.

5) Political will

Pariwisata di Desa Majaksingi sudah tercantum dalam visi dan

misi desa dan pengembangan pariwisata desa juga melibatkan

masyarakat. Masyarakat terlibat dalam memberi masukan dan

keikutsertaan dalam mengambil keputusan dalam pengembangan

pariwisata maka mendapat nilai 4 (empat).

c. Sustainable Tourism

Secara keseluruhan Desa Majaksingi belum terlalu memberlakukan

pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Hal ini didapat dari hasil

pengamatan di lapangan wawancara dengan narasumber yang memberikan

pernyataan mengenai keadaan komponen sustainability yang ada di Desa

Majaksingi dengan alasan kurangnya pengetahuan mengenai sustainable

tourism. Namun ada beberapa indikator sustainable tourism yang

terpenuhi secara tidak sengaja karena adanya kesadaran masyarakat

terhadap pelestarian terhadap sumber daya alam dan budaya. Berikut hasil

analisis mengenai sustainable tourism di Desa Majaksingi:

1) Social Cultural

Sektor private di Desa Majaksingi menghormati masyarakat lokal

dengan cara memberikan donasi berupa materiil terhadap sekolah

dasar yang ada di Desa Majaksingi sehingga aspek social cultural

di Desa Majaksingi mendapatkan skor 3 (tiga). Selain itu juga

masyarakat merasakan peningkatan kualitas hidup akibat adanya

aktivitas pariwisata yang ada di Desa Majaksingi.

2) Economic

Pariwisata di Desa Majaksingi yang masih tergolong baru

memberikan peluang kerja bagi masyarakat sehingga dapat

memberikan tampahan pendapatan. Maka dari itu aspek economic

Page 105: [TANGGAL] - STP Bandung

110

di Desa Majaksingi mendapatkan skor 3 (tiga). Seperti yang terjadi

di daya tarik wisata Rumah Kamera yang menyerap 10 tenaga

kerja dari masyarakat lokal untuk bekerja di bagian kasir, petugas

parkir, petugas keamanan, dan petugas kebersihan.

3) Environment

Desa Majaksingi mendapatkan skor 4 (empat). Masyarakat Desa

Majaksingi memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian

sumber daya alam dan budaya yang mereka miliki. Dalam

melakukan pelestarian budaya Desa Majaksingi bekerja sama

dengan Institut Seni Indonesia (ISI) untuk membentuk program

latihan tari tradisisonal setiap bulannya dilaksanakan di pelataran

Desa Majaksingi. Sedangkan upaya pelestarian lingkungan yang

dilakukan oleh Desa Majaksingi yaitu berupa kerja bakti yang

secara rutin di lakukan oleh masyarakat.

5. Desa Mendut

Berdasarkan pada data lapangan dan hasil wawancara dengan Bapak

Saffei selaku penanggung jawab Candi Mendut dari Badan Konservasi Borobudur

dan beberapa wisatawan yang berkunjung ke Candi Mendut.

a. Core Resources and Attractors

Berdasarkan pada data lapangan dan hasil wawancara dengan

Bapak Saffei selaku Penanggung Jawab Candi Mendut dari Badan

Konservasi Borobudur dan bebesrapa wisatawan yang berkunjung ke

Candi Mendut menanggapi bahwa produk utama (Core Resources and

Attractors) merupakan Candi Mendut. Berdasarkan hasil temuan di

lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa wisatawan mengatakan

bahwa mereka berkunjung ke Candi Mendut sebatas mampir setelah

berkunjung ke Candi Borobudur. Berikut penjelasan tiap indikator yang

berada di Core Resources and Attractors :

Page 106: [TANGGAL] - STP Bandung

111

1) Physiography & Climate mendapatkan skor 3 (tiga) dikarenakan

adanya pengaruh bagi wisatawan terutama untuk cuaca, pendapat

ini kemukaan oleh beberapa wisatawan yang di wawancara. Selain

itu terdapat sebuah pohon Bhodi di area Candi Mendut yang

dianggap sebagai anakan pohon dari pohon yang dianggap sebagai

tempat bertapa Buddha. Faktor cuaca berpengaruh ke wisatawan

yang merasakan nyaman atau tidaknya mereka berkunjung ke

Candi Mendut. Pada cuaca panas mereka merasa kurang nyaman

dengan sengatan matahari tetapi masih dapat beraktivitas dan pada

saat cuaca hujan wisatawan merasa terganggu dan mereka tidak

dapat beraktivitas disana.

2) Culture & History mendapatkan skor 3 (tiga) dikarenakan menurut

hasil wawancara dengan Bapak Saffei menyatakan terdapat

beberapa kesenian khas yang berpotensi menjadi daya tarik wisata.

Candi Mendut, Prasasti Peninggalan Jepang.

3) Market Ties mendapatkan skor 4 (empat) dikarenakan terdapat

kerjasama dengan beberapa stakeholder secara formal dan rutin

dilakukan yaitu, dalam pengelolaan lingkungan bekerjasama

dengan PEMDA Kab. Magelang dan Dinas PU (Pekerjaan Umum)

untuk pengambilan sampah dan ini dinyatakan oleh Bapak Saffei.

4) Mix of Activities mendapatkan skor 1 (satu) dikarenakan

sedikitnya aktivitas wisata di Candi Mendut. Di Candi Mendut

hanya dapat melihat candi dan rekreasi di halaman yang telah

disediakan, selain dari itu tidak ada aktivitas lain. Hal yang sama

juga diungkapan oleh beberapa wisatawan dan Bapak Saffei.

5) Special Event mendapatkan skor 3 (tiga) dikarenakan terdapat

local events yang rutin diselenggarakan seperti perayaan hari

Waisak. Menurut Bapak Saffei special event hanya ada Waisak

saja, dikarenakan Candi Mendut hanya bisa dipergunakan untuk

kepentingan keagamaan.

Page 107: [TANGGAL] - STP Bandung

112

6) Entertainment mendapatkan skor 1 (satu) dikarenakan tidak

terdapat hiburan atau event rutin yang diselenggarakan. Menurut

hasil wawancara dengan Bapak Saffei juga menyatakan bahwa

tidak adanya hiburan atau event rutin yang dilaksanakan,

dikarenakan Candi Mendut hanya digunakan untuk kepentingan

umat Buddha.

7) Tourism Superstructure mendapatkan skor 3 (tiga) karena

terdapat sarana pokok dan pelengkap, yaitu berupa atraksinya

Candi Mendut itu sendiri, tersedianya loket tiket dan toko suvenir,

adanya lahan parkir dan toilet umum. Menurut hasil wawancara

dengan Bapak Saffei disekitar Candi Medut hanya terdapat toko

suvenir dan toilet umum untuk wisatawan sedangkan untuk

memasuki area Candi Mendut itu sendiri ada tiket masuk yang

harus dibayar di loket.

b. Supporting Factors and Resources

Untuk komponen pendukung (Supporting Factors) yang ada di

Desa Mendut adalah akases yang menuju ke Desa Mendut dan Candi

Mendut. Dimana Candi Mendut sebagai destinasi wisata Desa Mendut

berada di pinggir Jalan Mayor Kusen, Kota Mungkid. Berikut penjelasan

dari tiap indikator Supporting Factors and Resources :

1) Infrastucture mendapatkan skor 3 (tiga) menurut dari hasil

wawancara dengan Bapak Saffei di Candi Mendut terdapat sarana

yang memadai seperti jalan, air bersih, listrik, ATM, dan pos

penjaga.

2) Accessibility mendapatkan skor 4 (empat) dikarenakan jarak dari

Candi Borobudur ±2 km dan ditempuh dengan waktu 5-7 menit.

Untuk jaringan transportasi terdapat bus yang dari arah

Yogyakarta. Dari hasil wawancara dengan Bapak Saffei juga

menyatakan demikian, untuk transportasi umum biasanya

Page 108: [TANGGAL] - STP Bandung

113

wisatawan menggunakan bus dari Yogyakarta dan menggunakan

kendaraan pribadi.

3) Facilitating mendapatkan skor 2 (dua) menurut dari hasil

wawancara dengan Bapak Saffei di Candi Mendut terdapat SDM

pariwisata dimana pemeliharaan candi ada 6 orang, dari

DISPARPORA 2 orang, dan security sebanyak 11 orang. Selain itu

kualitas dari SDM tersebut memiliki kesadaran akannya pariwisata

dan masyarakat lokal juga berperan dalam melestarikan Candi

Mendut.

4) Enterprise mendapatkan skor 2 (dua) dikarenakan terdapat toko-

toko suvenir yang terdapat disekitaran daerah Candi Mendut

sebagai home industry. Mereka mendapatkan modal dari PT. Jasa

Raharja, BUMN, Dinas Pariwisata, Balai Konservasi menurut dari

hasil wawancara dengan Bapak Saffei.

5) Political Will mendapatkan skor 1 (satu) dikarenakan tidak adanya

pariwisata dalam visi misi Desa Mendut yang menyakatan tentang

pengembangan pariwisata Candi Mendut.

c. Sustainable Tourism

Untuk sustainable tourism di Desa Mendut sudah berjalan dengan baik

dan lebih cenderung ke social cultural dimana partisipasi tiap stakeholdernya

sangat berperan untuk kelangsungan kelestarian Candi Mendut yang ada di Desa

Mendut. Berikut penjelasan aspek-aspek Sustainable Tourism :

1) Social Cultural mendapatkan skor 5 (lima) dikarenakan dapat

memberi pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi

wisatawan hanya dapat mengetahui keberadaan sejarah tentang

Candi Mendut, terdapat partisipasi stakeholders dalam

pengambilan keputusan, yaitu keikutsertaan Dinas pariwisata,

Balai Konservasi, masyarakat dalam pengembangan maupun

kelestarian Candi Mendut. Adanya promosi dan keadilan

antargenerasi dimana membuat masyarakat ikut serta dalam

Page 109: [TANGGAL] - STP Bandung

114

pembangunan pariwisata di Candi Mendut. Menghormati

masyarakat lokal dengan sudah adanya toleransi antar agama yang

di anut masyarakat, tidak berpengaruh dalam kontribusi terhadap

kegiatan Agama Buddha. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat

lokal dimana peran pariwisata untuk masyarakat lokal sudah

mengubah pandangan hidup masyarakat.

2) Economic mendapatkan skor 4 (empat) menurut dari hasil

wawancara dengan Bapak Saffei masyarakat sekitar yang dulunya

petani berpindah ke bidang pariwisata dimana sebagai sumber

mata pencaharian baru dari hasil pariwisata itu sendiri.

3) Environment mendapatkan skor 4 (empat) menurut dari hasil

wawancara dengan Bapak Saffei, menyatakan di daerah Candi

Mendut terdapat pelestarian alam/budaya baik langsung maupun

tidak langsung dan terprogram dan sistem pengolahan limbah

sudah ada. Dimana terdapat restorasi (pembersihan dan

penyuluhan masyarakat) dari Balai Konservasi Borobudur,

terdapat pelestarian budaya yaitu berupa melestarikan peninggalan

bersejarah, dan program untuk menjaga kelestariannya

disediakannya tempat sampah di sekitaran Candi Mendut.

6. Desa Tuksongo

Data temuan aktual hasil wawancara Stakeholder selaku Kepala Desa Tuk

Songo, Bapak Muh Daromi selaku Ketua Sanggar Tari Topeng Kawedhar dan

Wisatawan Desa Tuksongo baik Nusantara maupun Mancanegara.

a. Core Resources and Attractors

Produk utama pariwisata di Desa Tuksongo merupakan wisata

Budaya yakni Tarian Topeng Ireng. Selain Topeng Ireng, Desa Tuksongo

juga memiliki makam peninggalan leluhur yang sering dikunjungi untuk

berziarah, wayang kayu, dan kerajinan ukiran bambu. Berdasarkan data

temuan dilapangan, Desa Tuksongo merupakan DTW yang memiliki

Wisata Budaya

Page 110: [TANGGAL] - STP Bandung

115

1) Physiography & Climate yang memiliki skor 3 (tiga) dengan

memiliki pemandangan Bukit Menoreh yang mengelilingi Desa

Tuksongo, memiliki fauna khas yaitu Ciblek Gunung. Terdapat

sunrise point yang belum terkelola namun akan mulai dikelola

tahun 2017 ini.

2) Culture And History yang memiliki skor 4 (empat) terdapat Tari

Topeng Ireng yang berasal dari Desa Tuksongo, Kerajinan

Wayang Kayu, Kerajinan Ukiran Bambu, makanan khas berupa

mie bihun yang terbuat dari aren, Rebana, Makam Kyai Tuksongo.

3) Market Ties yang memiliki skor 2 (dua) terdapat kerjasama

dengan salah satu pihak secara informal, secara tidak tertulis dan

dilakukan tidak tentu. Hubungan Desa Tuksongo dengan salah satu

stakeholder dari Candi Borobudur yaitu PT. TWCB dilakukan

tidak menentu, hubungan berlangsung ketika ada event-event besar

di Borobudur sehingga menggunakan talent-talent dari Desa

Tuksongo sebagai penari dan pengisi acara.

4) Mix of Activities yang memiliki skor 1 (satu) dikarenakan Desa

Tuksongo baru dirintis sebagai Desa Wisata, sehingga tidak ada

aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Desa Tuksongo

apabila tidak ada event atau pertunjukkan desa yang dilakukan

tidak menentu.

5) Special Events yang memiliki skor 1 (satu) di Desa Tuksongo

tidak memiliki event besar atau tahunan yang melibatkan berbagai

pihak di destinasi.

6) Entertainment yang memiliki skor 3 (tiga) terdapat pesta rakyat di

lapangan Desa Tuksongo, biasanya dalam pesta rakyat akan

ditampilkan pertunjukan-pertunjukkan seni termasuk tari Topeng

Ireng dan juga bazaar makanan. Namun pesta rakyat

penyelenggaraannya tidak menentu. Selain pesta rakyat,

masyarakat Tuksongo biasanya menampilkan tarian Topeng Ireng

Page 111: [TANGGAL] - STP Bandung

116

atau rebana sesuai permintaan wisatawan. Misalnya pada event-

event besar Candi Borobudur.

7) Tourism Superstructure yang memiliki skor 2 (dua) terdiri dari

sarana pokok, sarana pelengkap dan sarana penunjang. Di Desa

Tuksongo hanya terdapat sarana pelengkap yang berupa Balai

Ekonomi Desa (Balkondes) yang masih dalam pembangunan dan

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang nantinya akan berfungsi

sebagai tempat singgah wisatawan yang didalamnya terdapat

restaurant, galeri dan wadah untuk berlatih kesenian setempat.

Sedangkan Desa Tuksongo tidak memiliki sarana pokok yang

terdiri dari akomodasi, atraksi, karena semua atraksi di Desa

Tuksongo seperti Makam Kyai Tuksongo dan Home Industry Mie

Aren masih belum terkelola dan belum memiliki jadwal rutin

dalam pertunjukan keseniannya, rumah makan dan travel agent.

Serta belum memiliki sarana penunjang seperti toko suvenir.

b. Supporting Factors and Resources

Faktor pendukung dari Desa Tuksongo tidak memiliki peran yang

penting dalam kegiatan pariwisata Tuksongo karena dari masing-masing

indikator hanya infrastructure dan facilitating yang memiliki peran yang

cukup berguna dalam kegiatan wisata.

1) Infrastructure yang memiliki skor 3 (tiga) tersedia air bersih,

tersedia listrik, tidak tersedia apotek dan rumah sakit umum namun

tersedia puskesmas, tersedia jalan yang luas dan beraspal, tersedia

pos polisi, tidak tersedia bank dan ATM, tidak tersedia kantor pos.

2) Accesibility yang memiliki skor 3 (tiga) dengan kondisi jalan luas

dan beraspal, berjarak 1 km dari candi, berdurasi 15 menit dari

Candi Borobudur, namun belum terdapat angkutan umum dari

Candi Borobudur sehingga disarankan membawa kendaraan

pribadi karena pemberhentian terakhir angkutan umum adalah di

Terminal Borobudur.

Page 112: [TANGGAL] - STP Bandung

117

3) Facilitating yang memiliki skor 3 (tiga) belum terdapat SDM

pariwisata yang memilii ilmu pariwisata, belum tersedia tour

guide, masyarakat berpartisipasi sebagai talent tari yang tergabung

dalam Sanggar tari Topeng Kawedhar, terdapat Badan Usaha

Umum (Bumdes) dan Balai Ekonomi Desa.

4) Enterprise yang memiliki skor 1 (satu) tidak adanya sumber

pendanaan untuk kegiatan pariwisata, dan tidak ada usaha yang

terbentuk akibat kegiatan pariwisata di Desa Tuksongo, namun

masyarakat berjualan di Pasar Seni Borobudur sebagai mata

pencaharian sehari-hari.

5) Political will yang memiliki skor 3 (tiga) di Desa Tuksongo belum

memiliki visi misi pariwisata dalam visi misi kepala desa, namun

Kepala Desa Tuksongo mengatakan bahwa pariwisata menjadi

prioritas dan akan segera diperhatikan secara khusus.

c. Sustainable Tourism

Desa Tuksongo memiliki pengrajin Wayang dan pahatan Bambu

yang mana dari kegiatan tersebut dalam memproduksi alat-alat kesenian

yang dimiliki Tuksongo dapat meningkatkan sektor economic yang mana

Tuksongo mempercayai bahwa penghasilan tersebut dapat mencukupi

kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tuksongo.

1) Social Cultural yang memiliki skor 2 (dua) dengan adanya

kegiatan pariwisata di Desa Tuksongo dalam pelaksanaannya

sudah menghargai masyarakat lokal, hal itu dibuktikan dengan

kegiatan pariwisata yang diharuskan mengikuti peraturan desa dan

kearifan lokal, kegiatan pariwisata walaupun belum banyak tapi

sudah dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal yaitu

melalui sektor perdagangan sebagai penjual suvenir di Pasar Seni

Borobudur dan sebagai talent untuk Tari Topeng Ireng. Dalam

pengambilan keputusan tentang pariwisata Desa Tuksongo tidak

melibatkan pihak swasta, hanya melibatkan masyarakat lokal dan

Page 113: [TANGGAL] - STP Bandung

118

pemerintah daerah. Desa Tuksongo juga belum memberikan

pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi wisatawan

karena semua daya tarik wisatanya belum terkelola dengan baik.

2) Economic yang memiliki skor 4 (empat) terdapatnya sumber baru

pendapatan dan keberagaman ekonomi yang ada di Desa Tuksongo

berupa pengrajin wayang ataupun pahatan bambu, dan sebagai

talent penari di event-event besar Candi Borobudur, meningkatkan

pasar bagi produsen lokal dengan menjual hasil produksi wayang

dan kerajinan bambu untuk dijual ke wisatawan, serta menjual

barang-barang yang berasal dari Yogyakarta untuk dijual ke Pasar

Seni, serta mendukung perekonomian lokal melalui kegiatan

pariwisata, namun di Desa Tuksongo tidak terdapat investor luar

karena peraturan desa yang tidak membolehkan adanya investor

luar karena konsep Desa Tuksongo yang merupakan desa wisata.

3) Environment yang memiliki skor 3 (tiga) dimana masyarakat

Tuksongo biasanya melakukan kerja bakti di lingkungan Desa

Tuksongo sebagai upaya pengelolaan wilayah alam dan upaya

pengelolaan limbah pariwisata yang ada. Sebagai pengelolaan

warisan budaya, masyarakat Tuksongo juga memiliki sanggar seni

yang bernama Sanggar Seni Topeng Kawedhar.

C. Implikasi Teori Destinasi KSPN Borobudur dan Sekitarnya

Implikasi teori merupakan analisis dari peneliti yang menggunakan pendekatan

secara deduktif. Output dari penelitian deduktif adalah peneliti dapat menentukan

apakah teori yang digunakan telah sesuai dengan keadaan aktual dilapangan atau perlu

dimodifikasi maupun dikurangi teori tersebut.

Page 114: [TANGGAL] - STP Bandung

119

1. Desa Borobudur

Desa Borobudur telah memiliki indikator yang telah ditentukan

berdasarkan konsep (Ritchie, 2003). Peneliti menemukan teori yang harus

ditambahkan berdasarkan hasil wawancara oleh Stakeholder dan juga wisatawan

yang berkunjung di Desa Borobudur.

Core Resources and Attractors

Physiography

& Climate

Culture

&

History

Mix

Activities

Special

Events Entertainment Superstructure

Market

Ties

+

Peneliti menemukan bahwa teori yang pantas dimasukkan ke dalam

indikator Core Resources and Attractors iyalah Culinary sebagai daya tarik

wisata yang mana Berdasarkan Teori Culinary dari (Bachrul Hakim, 2009) :

IMPLIKASI TEORI

Mendukung

(Confirm)

Mengurangi/Penolakan

(Reduce/Rejection)

Modifikasi

(Modification)

Culinary

Page 115: [TANGGAL] - STP Bandung

120

Terdapat makanan khas dari Kab. Magelang, Kec. Borobudur yakni

mangut beong yang biasa disajikan di rumah makan sekitar Candi Borobudur.

Bentuk fisik ikan Mangut Beong mirip seperti ikan patin dan ikan lele. Ikan yang

didapatkan dari sungai Elo Progo yang mana dilepaskan bibitnya sebanyak 3000

ekor pada tahun 2015. Mangut beong merupakan ikan yang hampir punah.

2. Desa Candirejo

Desa Candirejo telah memiliki indikator yang telah ditentukan

berdasarkan konsep (Ritchie and Crouch, 2003) tentang Core Resources and

Attractors & Supporting Factors. Namun, saat peneliti melakukan observasi di

lapangan peneliti menemukan teori yang harus ditambahkan berdasarkan hasil

wawancara oleh Stakeholder dan juga Wisatawan yang berkunjung di Desa

Candirejo yaitu soft ecotourist dan hard ecotourist yang dirangkum oleh (David

Weaver, 2006:211) bahwa kelompok hard ecotourist pada dasarnya adalah

sebuah bentuk pariwisata alternatif yang melibatkan kelompok-kelompok kecil

ecotourists yang mengambil perjalanan khusus dengan waktu yang relatif panjang

dan relatif tidak terganggu, kesempatan untuk mencoba kegiatan wisata dengan

menggunakan fisik dan mental serta mendapatkan pengalaman dari jenis kegiatan

wisata yang menantang. Biasanya hard ecotourists tidak bergantung pada sektor

memfasilitasi seperti perjalanan lembaga dan tour and travel, atau layanan di

tempat tujuan.

Sedangkan soft ecotourists terkait dengan pasar wisata lebih konvensional

yang melibatkan kegiatan wisata fisik, mental dan wisata yang bersifat tantangan

dalam durasi yang relatif singkat atau memiliki perjalanan wisata yang multi-

tujuan perjalanan. Kelompok soft ecotourist umumnya lebih memilih tingkat

kenyamanan yang tinggi dan fasilitasi selama pengalaman. Weaver (2006: 212).

menyebutkan bahwa tipologi motivasi yang komprehensif antara soft dan hard

ecotourist terlihat serupa, tetapi berbeda dalam konsep dasar yang krusial

terutama pada cakupan dan filosofi. Sedangkan untuk kelompok soft ecotourist

lebih didasarkan pada karakteristik pasar dan pengalaman (fokus khusus atau

pengalihan, layanan sedikit atau banyak).

Page 116: [TANGGAL] - STP Bandung

121

Gambar V.3

Characteristic of Hard and Soft Ecotourist

Sumber : (David Weaver, 2002)

a. Karakteristik Hard dan Soft Ecotourists

Karakteristik hard ecotourists memiliki sikap biosentris yang kuat

dan memerlukan komitmen yang mendalam terhadap isu-isu lingkungan,

keyakinan bahwa kegiatan seseorang ketika melakukan kegiatan

ekowisata harus meningkatkan dasar, berinteraksi secara mendalam dan

bermakna dengan lingkungan alam. Motivasi dan sikap ini menimbulkan

preferensi untuk pengalaman secara aktif baik kegiatan wisata yang

melibatkan fisik dan kegiatan wisata yang menantang dimana melibatkan

kontak pribadi yang dekat dengan alam dan tidak memerlukan jasa

layanan wisata.

Dalam hal karakteristik perjalanan, hard ecotourists lebih memilih

membuat pengaturan perjalanan sendiri, perjalanan kelompok kecil dan

perjalanan khusus yang membutuhkan cukup waktu untuk mengakses

tempat-tempat alami yang relatif tidak terganggu yang mereka inginkan

(Weaver, 2001: 43). Sedangkan karakteristik soft ecotourists diantaranya

menunjukkan komitmen mereka terhadap isu-isu lingkungan tidak

sedalam seperti yang hard ecotourists, sikap mereka lebih sugestif steady

state daripada keberlanjutan enhancive, dan tingkat yang keterlibatan

diinginkan dengan lingkungan alam relatif dangkal. Pengalaman yang

Page 117: [TANGGAL] - STP Bandung

122

disukai soft ecotourist secara fisik kurang berat dan didukung oleh

akomodasi, makan dan fasilitas toilet, tempat parkir, dan layanan lainnya.

Umumnya perjalanan mereka dengan kelompok besar dan soft

ecotourists tidak keberatan bergabung dengan kelompok soft ecotourists

lainnya. Soft ecotourist biasanya terlibat dalam komponen salah satu

ekowisata yang sering melakukan kegiatan wisata dengan waktu relatif

singkat. Sampai-sampai mereka mencari keterlibatan dan pengalaman

belajar yang berhubungan dengan alam, soft ecotourist lebih baik melalui

mediasi tour, jalur interpretasi, atau pusat-pusat interpretatif. Soft

Ecotourist juga mengkin lebih menyukai untuk mengatur perjalanan

wisata yang dibuat secara formal melalui agen-agen perjalanan dan

operator tour.

Berdasarkan konsep diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa

Desa Candirejo seharusnya mengarahkan potensi wisatanya untuk soft

ecotourism dikarenakan wisatawan yang berkunjung hanya melakukan

one day tour apabila wisatawan akan menginap maka lenght of stay

mereka hanyalah satu malam. Selain itu, wisatawan melakukan kunjungan

menggunakan jasa biro perjalanan wisata dikarenakan Desa Candirejo

banyak melakukan kerjasama dengan tour & travel di Kota Magelang.

Daya tarik wisata di Desa Candirejo pun dapat terbilang tidak memerlukan

keahlian khusus karena wisata disana hanyalah wisata budaya, agrowisata,

wisata alam, dan creative tourism.

3. Desa Wanurejo

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ritchie (2003) Desa

Wanurejo sudah dapat dikatakan memenuhi indikator sebagai destinasi

pariwisata yang berkelanjutan. Namun, pada beberapa aspek masih

terdapat kekurangan dan beberapa masih dalam tahap pengembangan.

Salah satu aspek yang menjadi daya tarik utama menurut peneliti adalah

Gelar Budaya. Gelar Budaya Wanurejo terakhir diadakan pada tahun 2014

yang pada saat itu dapat menarik banyak kunjungan wisatawan, namun,

Page 118: [TANGGAL] - STP Bandung

123

Agrowisata

Maruti (2009)

gelar budaya seharusnya diadakan rutin setahun sekali agar Desa

Wanurejo memiliki keunikan tersendiri dibandingkan desa lain tersebut

tidak diadakan lagi tahun – tahun selanjutnya.

Kurangnya kesadaran pengelola BAPARDES terhadap alam juga

menjadi penghambat berkembangnya pariwisata berkelanjutan. Meskipun

dalam pengembangannya Desa Wanurejo tidak membutuhkan perluasan

lahan, alangkah baiknya untuk tetap memiliki kebijakan untuk

mengonservasi alam agar ke depannya tidak disalahgunakan oleh oknum

tertentu.

4. Desa Majaksingi

Berdasarkan hasil analisis penerapan teori yang dikemukakan oleh

(Richie, 2003) mengenai CRA dan SFR, di Desa Majaksingi sudah tepat guna.

Dimana komponen-komponen CRA dan SFR mampu mengidentifikasi produk

wisata yang terdapat di Desa Majaksingi. Walaupun pengembangan pariwisata

masih tergolong baru, Desa Majaksingi kedepannya ingin mengarahkan

pengembangan pariwisata yang berbasis agro. Maka dari itu perlu penambahan

konsep mengenai pengembangan agrowisata.

Maruti (2009) dalam jurnal “Pengembangan Wisata Agro: Peluang Kerja

Masyarakat di Kawasan Poncokusumo Kabupaten Malang,

Provinsi Jawa Timur” mengatakan bahwa wisata agro merupakan sebuah usaha

petani dalam memperkenalkan usahanya dalam bentuk wisata di mana

pengunjung dapat melihat pertumbuhan, pengelolaan, dan pengolahan tanaman

setempat sehingga menjadi pengalaman baru bagi pengunjung.

Desa Majaksingi memiliki banyak lahan pertanian dan perkebunan,

sebagian besar masyarakatnya pun bermata pencaharian petani. Melihat kondisi

CRA dan SFR

(Richie, 2003)

Page 119: [TANGGAL] - STP Bandung

124

alam di Desa Majaksingi pengembangan pariwisata berbasis agro dapat

dilakukan.

5. Desa Mendut

Core Resources and Attractors

Physiography

& Climate

Culture

&

History

Mix

Activities

Special

Events Entertainment Superstructure

Market

Ties

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ritchie (2003) pada Candi

Mendut ada salah satu bagian dari indikator tidak terdapat pada kondisi di

lapangan, yaitu Political Will. Dimana pada Political Will tidak adanya Visi Misi

dari Desa Mendut yang mencantumkan tentang pengembangan pariwisata

terutama untuk Candi Mendut. Ada juga beberapa indikator mendapatkan skor

kecil dikarenakan masih ada beberapa yang kurang akan tetapi telah cukup untuk

diberi skor lebih dari 1. Maka dari itu kami mendukung teori Ritchie akan tetapi

salah satu dari indikator yang tertera di teori Ritchie yaitu Political Will pada

Desa Mendut mendapatkan nilai terendah.

6. Desa Tuksongo

Desa Tuksongo telah memiliki indikator yang telah ditentukan

berdasarkan konsep (Ritchie, 2003). Peneliti menemukan teori yang harus

ditambahkan berdasarkan hasil wawancara oleh stakeholder dan juga wisatawan

yang berkunjung ke Desa Tuksongo.

Core Resources and Attractors

Physiography

& Climate

Culture

&

History

Mix

Activities

Special

Events Entertainment Superstructure

Market

Ties

+

Page 120: [TANGGAL] - STP Bandung

125

Timothy dan Nyaupane (2009) menyebutkan bahwa pariwisata budaya

yang disebut sebagai heritage tourism biasanya bergantung kepada elemen hidup

atau terbangun dari budaya dan mengarah kepada penggunaan masa lalu yang

tangible dan intangible sebagai riset pariwisata. Hal tersebut meliputi budaya

yang ada sekarang, yang diturunkan dari masa lalu, pusaka non-material seperti

musik, tari, bahasa, agama, kuliner tradisi artistik dan festival dan pusaka material

seperti lingkungan budaya terbangun termasuk monumen, katredal, museum,

bangunan bersejarah, kastil, reruntuhan arkeologi dan religi.

Di Desa Tuksongo sendiri lebih menonjolkan wisata budayanya yaitu

berupa tarian Topeng Ireng. Selain tarian Topeng Ireng, Desa Tuksongo juga

memiliki peninggalan makam Kyai Tuksongo yang sering dikunjungi wisatawan

untuk berziarah. Menurut Suranti (2005), wisata budaya pada dasarnya bertujuan

agar eksistensi kebudayaan yang ada selalu diupayakan untuk tetap lestari. Hal ini

juga dilakukan oleh Desa Tuksongo dengan cara membuat sanggar tari Topeng

Kawedhar yang mengajarkan tarian-tarian khas Jawa Tengah, terutama tarian

Topeng Ireng. Masyarakat Desa Tuksongo juga melakukan kerja bakti untuk

membersihkan makam Kyai Tuksongo agar wisatawan yang datang berziarah

lebih nyaman untuk berkunjung.

McKercher (2002) menjelaskan bahwa pariwisata budaya terdiri dari 4

elemen yaitu pariwisata, penggunaan aset pusaka budaya, konsumsi produk dan

pengalaman serta wisatawan budaya. Elemen-elemen tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut. Berdasarkan teori di atas pelaksanaan pariwisata di Desa

Tuksongo sudah dapat dikatakan sebagai wisata budaya yang berkelanjutan.

Selain mengkonservasi warisan budaya, kebudayaan tari dan juga makam

peninggalan.

Wisata Budaya Berkelanjutan

Page 121: [TANGGAL] - STP Bandung

126

Desa Tuksongo juga dapat memberikan dampak ekonomi yang baik bagi

masyarakat lokal. Meskipun belum terdapat banyak wisatawan, namun wisatawan

yang datang ke Desa Tuksongo dapat melakukan pembelajaran yang dalam,

penuh pengalaman dan mengeksplorasi diri melalui sajian pariwisata budaya di

Desa Tuksongo seperti ikut belajar menari tarian Topeng Ireng di Sanggar Tari

Topeng Kawedhar. Tarian ini lebih dari sekedar budaya yang harus dilestarikan,

juga dapat dipertunjukkan sebagai atraksi wisata. Meskipun jadwal tampil yang

belum rutin di Desa Tuksongo disebabkan kurangnya permintaan, tarian ini sering

ditampilkan dalam berbagai event Candi Borobudur.

Page 122: [TANGGAL] - STP Bandung

127

Page 123: [TANGGAL] - STP Bandung

128

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dalam penelitian produk pariwisata yang berkelanjutan di Kawasan Strategi

Pariwisata Nasional Borobudur (KSPN) dan sekitarnya, peneliti memilih teori yang

dikemukakan oleh Ritchie (2003) yaitu Model Destination Competitiveness and

Sustainability sebagai grand theory. Model ini merupakan kumpulan dari teori-teori yang

membentuk dan membantu mengklarifikasi pemahaman kita terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi competitiveness (daya saing) dan sustainability (berkelanjutan) dari

suatu destinasi pariwisata. Dalam model tersebut terdapat lima pilar, kelima pilar tersebut

yaitu qualifying and amplifying determinant; destination policy, planning and

development; destination management, core resources and attractors, dan supporting

factor and resources. Setelah itu dilakukan fokus pembahasan kepada dua pilar yang

terkait dengan produk pariwisata yaitu core resourches and attractors (CRA) dan

supporting factors and resources (SFR). Pilar CRA terdiri dari 7 (tujuh) komponen

produk dan SFR terdiri dari 6 (enam).

`

Qualifying and Amplifying Determinants

(Kualifikasi dan Memperkuat Penentuan)

Location (Lokasi)

Safety

&Security

(Keamanan &

Keselamatan)

Independences (Mandiri)

Awareness/

Image

(Kesadaran

/Citra)

Carrying Capacity (Daya Tampung)

DestinationCompetitivenessandSustainability

Destination Policy, Planning and Development

(Kebijakan Destinasi, Perencanaan dan Pengembangan)

System

Definition

(Definisi

Sistem)

Philosophy/

Values

(Filosofi/Nilai)

Vision

(Visi)

Positioning/

Branding

(Penempatan/Merk)

Development

(Pengembangan)

Competitive/Collabo-

rative Analysis

(Kompetitif/Analisis

Kolaboratif)

Monitoring

and Evaluation

(Pemantauan dan

Evaluasi)

Audit

(Pemeriksaan

Keuangan)

Destination Management

(Manajemen Destinasi)

Organization

(Organisasi)

Marketing

(Pemasaran)

Quality of

Service/

Experience

(Kualitas

Pelayanan/

Pengalaman)

Information/

Research

(Informasi/ Penelitian)

Human Resource

Development

(Pengembangan SDM)

Finance &

venture

capital

(Finansial & Perusahaan)

Visitor

Management

(Manajemen Pengunjung)

Resource

Stewardship

(Sumber daya Jasa)

Crisis

Management

(Manajemen Krisis)

Core Resources and Attractors

(Sumber Daya Inti dan Daya Tarik)

Physiography &

Climate

(Fisiografi & Iklim)

Culture & History

(Budaya & Sejarah)

Mix Activities

(Aktifitas

Campuran)

Special Events

(Acara Khusus)

Entertainment

(Hiburan)

Superstructures

(Suprastruktur)

Market Ties

(Hubungan

Pasar)

Supporting Factors and Resources

Infrastructure (Infrasturktur)

Accessibility (Aksesibilitas)

Facilitating Resources (Penyediaan Sumber Daya)

Hospitality (Ramah Tamah)

Enterprise (Perusahaan)

Political Will

(Keinginan

Politik)

Co

mpeti

tiv

e (

Mic

ro)

Env

iron

men

t

(Pers

ain

gan L

ing

kun

gan

Mik

ro)

Glo

bal (M

acro

) Env

iron

ment

Lin

gk

un

gan M

ak

ro

Comparative

Advantages

1. Human

Resources

2. Physical

Resources

3. Knowledge

Resources

4. Capital

Resources

5. Infrastructure

& Superstructure

6. Historical &

Cultural

7. Resources

Size of Economy

Competitive

Advantages

1. Audit &

Inventory

2. Maintenance

3. Growth &

Development

4. Efficiency

5. Effectiveness

Page 124: [TANGGAL] - STP Bandung

129

Peneliti mengaplikasikan teori tersebut di 6 (enam) destinasi yang terdapat di

KSPN Borobudur dan sekitarnya. Setelah itu dilakukan analisis menggunakan teknik

analisis data Point Rating Scale yang dikemukakan oleh Reips dan Funke (2008) untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan. Dari hasil analisis tersebut

maka peneliti dapat melakukan implikasi terhadap CRA dan SFR, bahwa peneliti

mendukung atau setuju terhadap teori tersebut. Teori CRA dan SFR dan komponennya

sudah tepat guna saat diaplikasikan di destinasi KSPN Borobudur dan Sekitarnya.

Selain itu komponen-komponen CRA dan SFR dapat digunakan untuk menggali

dan mengidentifikasi produk wisata yang berkelanjutan di KSPN Borobudur dan

sekitarnya. Seperti analisis data temuan peneliti dapat menemukan daya tarik utama dari

masing-masing destinasi yaitu terdapat pada komponen superstructure. Pada destinasi

wisata Desa Wisata Borobudur, Desa Wisata Wanurejo dan Desa Mendut yang menjadi

daya tarik utamanya adalah candinya yang merupakan pemberi kontribusi kunjungan

wisatawan terbanyak yang datang ke desanya masing-masing. Mengenai pariwisata

keberlanjutan, Desa Wisata Candirejo, Desa Wisata Borobudur, dan Desa Mendut

merupakan desa yang sudah optimal, ditunjukkan dengan adanya Balai Konservasi

Borobudur (BKB) yang menjaga kelestarian lingkungan dan budaya dari Candi

Borobudur dan Candi Mendut serta kesadaran dan pengetahuan masyarakat Desa

Candirejo mengenai sustainable tourism. Sedangkan Desa Majaksingi, Desa Wanurejo

dan Desa Tuksongo belum optimal. Hal ini dikarenakan pariwisata di desa – desa tersebut

pengembangannya masih tergolong baru dan kurangnya himbauan dari pemerintah

mengenai sustainable tourism dan serta kurangnya tenaga ahli di bidang pariwisata.

Walaupun terdapat Candi Pawon di Desa Wanurejo, secara keseluruhan produk wisata di

Desa Wanurejo belum sepenuhnya menerapkan sustainable tourism.

Peneliti mendukung teori namun dalam penelitian di keenam destinasi KSPN

Borobudur diperlukan tambahan konsep untuk arahan pengembangan pariwisata masing-

masing destinasi sesuai dengan karakteristik sumber daya pariwisata dari masing –

masing destinasi. Seperti di Desa Wisata Candirejo diperlukan tambahan konsep soft-

ecotourism dan Desa Majaksingi memerlukan tambahan pengembangan konsep

agrowisata.

Page 125: [TANGGAL] - STP Bandung

130

LAMPIRAN

A. Operasional Variabel Variabel Sub-variable Dimensi Indikator Sumber Data

Destination

Competitiveness and

Sustainable Model

Model ini merupakan

pengumpulan dari

konsep-konsep yang

membentuk dan

membantu

mengklarifikasi

pemahaman kita

terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi

competitiveness (daya

saing) dan sustainability

(berkelanjutan) dari

suatu destinasi

Core Resources

and Attractors

Physiography and

Climate

(Ritchie, 2003)

Pengaruh iklim terhadap kegiatan pariwisata

Checklist dan

wawancara

Kualitas udara dari perspektif wisatawan

Pemandangan dari perspektif wisatawan

Flora dan fauna

Culture and

History

(Ritchie, 2003)

Kerajinan-kerajinan tangan

Checklist dan

wawancara

Tradisi lokal

Gastronomi

Seni dan musik lokal

Peninggalan bentuk fisik sejarah

Bahasa masyarakat lokal

Market Ties

(Ritchie, 2003)

Hubungan antar stakeholder

Wawancara

Page 126: [TANGGAL] - STP Bandung

131

pariwisata.

(Ritchie and Crouch,

2003)

Mix of Activities

(Ritchie, 2003)

Variasi aktivitas di destinasi Wawancara

Special Events

(Ritchie, 2003)

Event besar atau tahunan yang melibatkan

berbagai pihak di destinasi Wawancara

Entertainment

(Ritchie, 2003)

Hiburan atau event rutin diselenggarakan

Checklist

Tourism

Superstructure

(Oka A. Yoeti,

1993)

Atraksi pariwisata

Checklist

Akomodasi pariwisata

Rumah makan/ restoran

Biro perjalanan/ travel agent

Toko suvenir

fasiltas lainnya seperti tourist information

atau rental peralatan

Supporting

Factors and

Resources

Infrastructure

(Oka A. Yoeti,

1990: 81)

Ketersedian Jalan

Checklist

Ketersedian air bersih

Ketersedian terminal

Ketersedian bandara

Page 127: [TANGGAL] - STP Bandung

132

Ketersedian telekomunikasi

Ketersedian listrik

Ketersedian apotik

Ketersedian kantor pos

Ketersedian bank

Ketersedian rumah sakit

Ketersedian kantor dan pos polisi

Accessibilities

(Trihatmodjo,

1997)

Kondisi jalan

Tarif angkutan jenis kendaraan

Jaringan transportasi

Jarak tempuh ke destinasi

Waktu tempuh ke destinasi

Facilitating

(Ritchie, 2003)

Sumber daya manusia dibidang pariwisata

Checklist

Keterampilan dan pengetahuan mengenai

mengolah sumber daya di destinasi

Financial support atau sumber keuangan

Page 128: [TANGGAL] - STP Bandung

133

dari destinasi

Enterprise

(Ritchie, 2003)

Usaha-usaha yang dimiliki masyarakat akibat

pariwisata seperti UKM Checklist

Hospitality

(Kotler dan Keller,

2009)

Reliability (Keandalan)

Wawancara

Assurance (Memberikan kepastian/ dapat

menjamin)

Tangibles (Berwujud)

Empathy (Empati)

Responsiveness (Daya tanggap)

Political Will

(Ritchie, 2003)

Partisipatif masyarakat dalam pengambilan

keputusan Wawancara

Sustainable Tourism

(Eadington dan Smith,

1992)

Prinsip

Sustainable

Tourism

(White, 2006)

Lingkungan

Upaya pengelola alam

Wawancara

Upaya mempertahankan dan meningkatkan

warisan alam dan budaya

Upaya mengurangi konsumsi berlebihan dan

limbah

Ekonomi Peningkatan sumber pendapatan baru Wawancara

Page 129: [TANGGAL] - STP Bandung

134

(keberagaman ekonomi) dengan adanya

pariwisata

Peningkatkan kegiatan ekonomi dan

pertumbuhan di daerah pedesaan

Dukungan bagi perekonomian lokal

Sosial-Budaya

Keaslian sosial budaya masyarakat setempat,

Wawancara

Pelestarian nilai-nilai warisan budaya dan

adat yang dibangun

Kontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi

serta pemahaman antar-budaya.

Page 130: [TANGGAL] - STP Bandung

135

B. Point Rating Scale

Candi Borobudur

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan

1 2 3 4 5

Candi

Borobudur

CR Physiography

& Climate

✔ 3 Memberikan

pengaruh terhadap

wisatawan dan

berpotensi menjadi

daya tarik wisata

Iklim ya

Kualitas udara Sejuk

Pemandangan Candi Borobudur, Pedesaan

Flora dan fauna Tidak ada

Culture &

History

✔ 2 Terdapat kesenian

budaya namun tidak

untuk daya tarik

wisata

Kerajinan-kerajinan

tangan

Tidak memiliki, tapi disuplai

oleh desa-desa sekitar candi

Borobudur

Tradisi lokal perayaan hari Waisak

Gastronomi Tidak memiliki, tapi disuplai

oleh desa-desa sekitar candi

Borobudur

Seni dan musik lokal Tidak ada

Peninggalan bentuk

fisik sejarah

Candi Borobudur

Bahasa masyarakat

lokal

Jawa

Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama

dengan beberapa

stakeholder secara

formal dan rutin

Bentuk hubungan

atar

stakeholder/Program-

Dengan PT TWCB, Balai

Konservasi Borobudur, Travel

Agent

Page 131: [TANGGAL] - STP Bandung

136

dilakukan program kerja

Mix Of

Activities

✔ 3 Dapat melakukan

aktivitas di destinasi

wisata

Variasi aktivitas di

destinasi

Panahan Tradisional:

Jemparingan dan naik Gajah

Special Events ✔ 4 Terdapat mega events

yang rutin

diselenggarakan

Event besar atau

tahunan yang

melibatkan berbagai

pihak di destinasi

Upacara Waisak dan sekaligus

penerbangan lampion

Entertainment ✔ 4 Ada hiburan atau

event yang rutin

diselenggarakan dan

menarik banyak

wisatawan

Hiburan atau event

rutin diselenggarakan

oleh masyarakat

Pagelaran tari tradisional Jawa

secara bergilir tiap harinya

Tourism

Superstructure

✔ 4 Terdapat sarana

pokok, pelengkap,

penunjang

Sarana pokok Atraksi : candi Borobudur,

museum Borobudur, dan

museum kapal

Akomodasi: Manohara,

Sarana pelengkap adanya Tourism Information

Center, penyewaan sepeda,

andong, serta kereta mini.

Sarana penunjang adanya toko-toko suvenir

sebelum pintu masuk untuk

pembelian tiket masuk

SF Infrastructure ✔ 5 Terdapat 8 (delapan)

indikator dari

infrastruktur

pariwisata

Ketersediaan Jalan bagus beraspal

Ketersediaan air

bersih

PT. PDAM

Page 132: [TANGGAL] - STP Bandung

137

Ketersediaan listrik PT. PLN

Ketersediaan apotek Terdapat Klinik

Ketersediaan kantor

pos

Ada

Ketersediaan bank Tersedia ATM terdekat

Ketersediaan rumah

sakit

adanya pos pelayanan

kesehatan di area candi

Borobudur

Ketersediaan kantor

dan pos polisi

Tersedia Pos Polisi

Accessibility ✔ 4 Terdapat 4(tiga) dari

indikator kemudahan

menuju ke destinasi

Kondisi jalan bagus beraspal

Tarif angkutan jenis

kendaraan

tidak ada

Jaringan transportasi Damri, Bis Kota

Jarak tempuh ke

destinasi

Dari Yogyakarta 35 km

Waktu tempuh ke

destinasi

Dari Yogyakarta 1 Jam

Facilitating ✔ 5 Tersedianya SDM

Pariwisata yang

memiliki

keterampilan/

kualitas/ Pengetahuan

tentang pariwisata

yang baik dan sudah

SDM Pariwisata Tersedia Tour guide

Page 133: [TANGGAL] - STP Bandung

138

memiliki sumber

pendanaan yang rutin

Kualitas/

keterampilan/

pengetahuan SDM

Terdapat SDM yang memiliki

keterampilan pariwisata

Enterprise ✔ 4 Home industry di

destinasi lebih dari

1(satu) dan

merupakan bagian

dari atraksi

Sumber pendanaan Dikelola PT TWCB(BUMN)

yang didapatkan dari wisatawan

dan Balai Konservasi

Usaha/industri milik

masyarakat

Pedagang di pasar seri

Borobudur

Political will ✔ 4 Pariwisata

tercantumkan ke

dalam

pengembangan/visi

misi/perdes/kebijakan

namun belum

dijadikan prioritas

utama desa/wilayah

Keterlibatan

masyarakat dan

tercantumnya

pariwisata dalam visi

misi/ perdes/

kebijakan dan

perencanaan

destinasi

Melibatkan masyarakat dalam

kegiatan dalam Borobudur

ST Social

Cultural

✔ 5 Memenuhi semua

indikator (Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan, terdapat

partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan, adanya

promosi dan keadilan

antar generasi,

menghormati

Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan

Kesan dalam pengetahuan

peristiwa sejarah dan religi

yang dimiliki candi Borobudur

Partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan

Sudah adanya relasi antar

stakeholder (Pemerintah dan

Masyarakat) dalam

pengembangan Borobudur

Mempromosikan dan

keadilan antar

generasi

BUMN menyajikan sarana

promosi dalam candi

Borobudur

Page 134: [TANGGAL] - STP Bandung

139

masyarakat lokal,

meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal 5/5

Menghormati

masyarakat lokal

kegiatan pariwisata

menghormati masyarakat lokal

terbukti dari wisatawan harus

menggunakan baju yang sopan

saat naik ke candi Borobudur

Meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal

dengan adanya pariwisata

kualitas hidup masyarakat lokal

lebih baik

Economic ✔ 5 Memenuhi semua

indikator

(Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi),

meningkatkan

kegiatan ekonomi

dan pertumbuhan di

daerah pedesaan,

mendorong investasi

infrastruktur di luar ,

meningkatkan pasar

bagi produsen lokal,

meningkatkan

peluang kerja,

mendukung

perekonomian lokal)

5/5

Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi)

semenjak adanya pariwisata di

Borobudur masyarakat

berjualan di pasar seni

Borobudur dan juga

menawarkan jasa tour guide

serta sewa payung

Mendorong investasi

dari luar

terdapat investasi dari luar

dilihat dari banyaknya hotel

berbintang di sekitar candi

Borobudur

Meningkatkan pasar

bagi produsen lokal

semenjak adanya pariwisata di

Borobudur, pasar bagi produsen

lokal makin beragam dari

wisatawan dari berbagai daerah

Meningkatkan

peluang kerja

meningkatkan peluang kerja

bagi masyarakat lokal

Mendukung

perekonomian lokal

mendukung perekonomian

lokal

Page 135: [TANGGAL] - STP Bandung

140

Environment ✔ 3 Pelestarian

alam/budaya sudah

berjalan namun

belum rutin

dilakukan serta masih

belum ada sistem

pengolahan limbah

Program/ kegiatan/

upaya pengelolaan

wilayah alam

Candi Borobudur dijaga dan

dilestarikan oleh Balai

Konservasi Borobudur

Program/ kegiatan/

upaya

mempertahankan dan

meningkatkan

warisan alam dan

budaya

Balai konservasi dan PT TWCB

berkoordinasi dalam upaya

pelestarian alam

Program/ kegiatan/

upaya pengurangan

konsumsi berlebihan

dan limbah.

tidak ada

Total 59

Candi Mendut

Page 136: [TANGGAL] - STP Bandung

141

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Sko

r

Keterangan Data temuan

1 2 3 4 5

Candi

Mendut

C

R

Physiography

& Climate

✔ 3 Memberikan pengaruh terhadap

wisatawan dan berpotensi menjadi

daya tarik wisata

Iklim Tropis

Kualitas udara Sejuk

Pemandangan Rumah

masyarakat di

sekitar candi

mendut

Flora dan fauna Jantilan

Culture &

History

✔ 3 Terdapat beberapa kesenian khas

yang berpotensi menjadi daya tarik

wisata

Kerajinan-kerajinan

tangan

Bodhi Leaf (yang

Khas)

Tradisi lokal Tidak memiliki

keunikan tradisi

Gastronomi Sate Kuda, Soto

Kuda

Seni dan musik lokal Gamelan

Peninggalan bentuk

fisik sejarah

Candi mendut,

Prasasti

peninggalan

jepang

Bahasa masyarakat

lokal

Jawa

Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama dengan

beberapa stakeholder secara formal

dan rutin dilakukan

Bentuk hubungan

atar

stakeholder/Program

-program kerja

Dalam

pengelolaan

lingkungan

bekerjasama

dengan PEMDA

Page 137: [TANGGAL] - STP Bandung

142

Kab. Magelang

dan Dinas PU

untuk

pengambilan

sampah.

Mix Of

Activities ✔ 1 sama sekali tidak dapat melakukan

aktivitas wisata di destinasi

Variasi aktivitas di

destinasi

tidak ada

Special

Events

✔ 3 Terdapat minimal local events yang

rutin diselenggarakan

Event besar atau

tahunan yang

melibatkan berbagai

pihak di destinasi

perayaan hari

Waisak

Entertainment ✔ 1 Tidak terdapat hiburan atau event

rutin yang diselenggarakan

Hiburan atau event

rutin

diselenggarakan oleh

masyarakat

tidak ada

Tourism

Superstructur

e

✔ 3 Terdapat sarana pokok dan

pelengkap

Sarana pokok Atraksi : candi

mendut, Prasasti

Sejarah Jepang

Sarana pelengkap Tersedia Loket

Tiket, Toko

suvenir

Sarana penunjang Lahan Parkir,

Toilet umum

SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat 4-5 (empat sampai lima)

indikator

Ketersediaan Jalan Ada

Ketersediaan air

bersih

PT. PDAM

Ketersediaan listrik PT. PLN

Page 138: [TANGGAL] - STP Bandung

143

Ketersediaan apotek Tidak ada

Ketersediaan kantor

pos

Tidak ada

Ketersediaan bank Hanya ATM

Ketersediaan kantor

dan pos polisi

Hanya pos jaga

saja

Ketersediaan rumah

sakit

Tidak ada

Accessibility ✔ 4 Terdapat 4 (tiga) dari indikator

kemudahan menuju ke destinasi

Kondisi jalan bagus beraspal

Tarif angkutan jenis

kendaraan

Tidak ada

Jaringan transportasi Bus dari

Jogjakarta

Jarak tempuh ke

destinasi

dari candi

Borobudur 2 km±

Waktu tempuh ke

destinasi

dari candi

Borobudur 5-7

menit

Facilitating ✔ 2 Tersedianya SDM Pariwisata di

suatu destinasi

SDM Pariwisata Pemeliharaan

Candi ada 6

orang, dari

DISPARPORA 2

orang, Security

ada 11 orang

Kualitas/

keterampilan/

pengetahuan SDM

Sudah memiliki

sadar wisata, serta

masyarakat telah

Page 139: [TANGGAL] - STP Bandung

144

ikut serta dalam

melestarikan

candi Mendut

Enterprise ✔ 2 Terdapat lebih dari 1(satu) Home

industry khususnya di bidang

pariwisata

Sumber pendanaan PT. Jasa Raharja,

BUMN, Dinas

Pariwisata, Balai

Konservasi

Usaha/industri milik

masyarakat

Toko suvenir

Political will ✔ 1 Tidak adanya pariwisata dalam visi

misi/perdes/kebijakan/pengembanga

n destinasi, masyarakat tidak

berperan dalam pengambilan

keputusan

Keterlibatan

masyarakat dan

tercantumnya

pariwisata dalam visi

misi/ perdes/

kebijakan dan

perencanaan

destinasi

Tidak ada

ST Social

Cultural

✔ 5 Memenuhi semua indikator

(Memberi pengalaman yang

memuaskan dan bermanfaat bagi

wisatawan, terdapat partisipasi

stakeholders dalam pengambilan

keputusan, adanya promosi dan

keadilan antar generasi,

menghormati masyarakat lokal,

meningkatkan kualitas hidup

masyarakat lokal 5/5

Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan

Hanya dapat

mengetahui

keberadaan

sejarah tentang

candi mendut

Partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan

Keikutsertaan

Dinas pariwisata,

Balai Konservasi,

Masyarakat dalam

pengembangan

maupun

kelestarian candi

Mendut

Page 140: [TANGGAL] - STP Bandung

145

Mempromosikan

dan keadilan antar

generasi

Membuat

masyarakat ikut

serta dalam

pembangunan

pariwisata di

Candi Mendut

Menghormati

masyarakat lokal

Sudah, Agama

yang di anut

masyarakat tidak

berpengaruh

dalam kontribusi

terhadap kegiatan

Agama Buddha

Meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal

Peran Pariwisata

untuk masyarakat

lokal sudah

mengubah

pandangan hidup

masyarakat

Economic ✔ 4 Hanya memiliki 3/5 - 4/5 dari

indikator

Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi)

Background

pendapatan awal

sebagai Petani,

dan menjadi

Pariwisata sebagai

sektor utama

Mendorong investasi

dari luar

Belum masuk

dalam

pengembanganny

a

Meningkatkan pasar Produsen Toko

Suvenir tidak

Page 141: [TANGGAL] - STP Bandung

146

bagi produsen lokal memiliki asli

pembuatan dari

Candi Mendut

melainkan berupa

pemesanan/Baran

g Titipan

Meningkatkan

peluang kerja

Berpengaruh

dalam masyarakat

lokal ada

beberapa menjadi

Tour Guide untuk

wisatawan yang

berkunjung

Mendukung

perekonomian lokal

Sangat

mendukung

dengan adanya

Pariwisata

Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian alam/budaya

baik langsung maupun tidak

langsung dan terprogram dan sistem

pengolahan limbah sudah ada

Program/ kegiatan/

upaya pengelolaan

wilayah alam

Restorasi

(pembersihan,

Penyuluhan

masyarakat) oleh

Balai Konservasi

Program/ kegiatan/

upaya

mempertahankan

dan meningkatkan

warisan alam dan

budaya

Melestarikan

Peninggalan

bersejarah

Page 142: [TANGGAL] - STP Bandung

147

Desa Wanurejo

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan

1 2 3 4 5

Desa

Wanurejo

CR Physiography

& Climate

✔ 3 Memberikan

pengaruh

terhadap

wisatawan dan

berpotensi

menjadi daya

tarik wisata

Iklim Tropis

Kualitas udara Sejuk

Pemandangan Perkebunan, Lahan

Pertanian

Flora dan fauna beong (semacam ikan lele

tapi lebih besar)

Culture &

History

✔ 4 Terdapatnya

tarian,

kerajinan khas,

dan

peninggalan

khas serta

berpotensi

menjadi daya

Kerajinan-kerajinan

tangan

seni kriya tanah liat, pahatan

bambu atau kayu, pahatan

batu, patung, seni lukis

Tradisi lokal Pengajian Malam Jumat

Kliwon

Gastronomi mangut beong, clorot,

bajingan

Program/ kegiatan/

upaya pengurangan

konsumsi berlebihan

dan limbah.

Dengan

penyediaan

tempat sampah

yang memadai di

sekitar candi

mendut

Total 43

Page 143: [TANGGAL] - STP Bandung

148

tarik wisata Seni dan musik lokal pasukan bergodo Wanurejo

Peninggalan bentuk

fisik sejarah

candi Pawon, makam eyang

Wanurejo

Bahasa masyarakat

lokal

Jawa

Market Ties ✔ 2 Terdapat

kerjasama

dengan salah

satu pihak

secara

informal tidak

tertulis

dilakukan

tidak tentu

Bentuk hubungan

atar

stakeholder/Program-

program kerja

travel agent (belum

teridentifikasi)

Mix Of

Activities

✔ 5 terdapat

banyak

aktivitas yang

dapat

dilakukan di

destinasi

wisata

Variasi aktivitas di

destinasi

Wisata Edukasi (Belajar

Memahat, Membuat alat

seni, Tari, Memasak, Wisata

Makam

Special Events ✔ 2 Ada Special

Events namun

tidak rutin

(hampir tidak

dilaksanakan)

Event besar atau

tahunan yang

melibatkan berbagai

pihak di destinasi

Gelar Budaya Wanurejo

(terakhir tahun 2012)

Entertainment ✔ 3 Ada hiburan

atau event

namun tidak

rutin (hanya

Hiburan atau event

rutin diselenggarakan

oleh masyarakat

Pentas Seni ( Sesuai

Permintaan)

Page 144: [TANGGAL] - STP Bandung

149

dilakukan saat

ada

wisatawan)

Tourism

Superstructure

✔ 2 Hanya

terdapat sarana

pokok

Sarana pokok Atraksi : Candi Pawon,

Tari-tarian Lokal,

Akomodasi : Homestay

Kinara, Homestay Kopi

Luwak

Sarana pelengkap Balkondes BNI (Belum

berfungsi)

Sarana penunjang Toko suvenir

SF Infrastructure ✔ 4 terdapat 6-7

(enam sampai

tujuh)

indikator

Ketersediaan Jalan Ada

Ketersediaan air

bersih

PT. PDAM

Ketersediaan listrik PT. PLN

Ketersediaan apotek Tidak Ada

Ketersediaan kantor

pos

Tidak Ada

Ketersediaan bank Ada (Belum Teridentifikasi)

Ketersediaan rumah

sakit

Tidak Ada

Ketersediaan kantor

dan pos polisi

Tidak Ada

Page 145: [TANGGAL] - STP Bandung

150

Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-

3(dua sampai

tiga) dari

indikator

kemudahan

menuju ke

destinasi

Kondisi jalan beraspal

Tarif angkutan jenis

kendaraan

tidak ada angkutan umum

Jaringan transportasi tidak memiliki

Jarak tempuh ke

destinasi

2 km dari candi borobudur

Waktu tempuh ke

destinasi

5 menit dari candi

borobudur

Facilitating ✔ 3 Tersedianya

SDM

Pariwisata

yang memiliki

keterampilan/

kualitas/

Pengetahuan

tentang

pariwisata

yang baik

SDM Pariwisata kurang

Kualitas/

keterampilan/

pengetahuan SDM

memiliki ketrampilan

sebagai pengrajin

cinderamata,

Enterprise ✔ 3 Terdapat lebih

dari 1(satu)

Home industry

khususnya di

bidang

pariwisata

Sumber pendanaan BUMDES (Badan Usaha

Milik Desa)

Page 146: [TANGGAL] - STP Bandung

151

Usaha/industri milik

masyarakat

Rumah makan, homestay,

toko suvenir

Political will ✔ 3 Pariwisata

sudah menjadi

bagian dari

pengembangan

desa/wilayah

namun tidak

tercantum

secara tertulis

dan

masyarakat

diikut sertakan

dalam

berpendapat

terkait

pariwisata

didaerahnya

pengembangan

pariwisata

tidak

tercantum

secara tertulis

Keterlibatan

masyarakat dan

tercantumnya

pariwisata dalam visi

misi/ perdes/

kebijakan dan

perencanaan

destinasi

terdapat dalam visi misi

desa wisata

ST Social

Cultural

✔ 2 Hanya

memiliki 2/5

dari indikator

Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan

pelayanan yang mudah dan

ramah dari Bapardes

Partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan

Tidak Ada

Page 147: [TANGGAL] - STP Bandung

152

Mempromosikan dan

keadilan antar

generasi

Tidak Ada

Menghormati

masyarakat lokal

Tidak Ada

Meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal

Ya, dalam pelaksanaan desa

wisata dapat meningkatkan

kualitas hidup masyarakat

Economic ✔ 4 Hanya

memiliki 3/5

dari indikator

Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi)

ya, umumnya masyarakat

hanya sebagai pengrajin dan

industri makanan kecil,

sejak didirikan desa wisata

masyarakat dapat

menambah keuntungan dari

wisatawan yang datang

Mendorong investasi

dari luar

Tidak Ada

Meningkatkan pasar

bagi produsen lokal

Tidak Ada

Meningkatkan

peluang kerja

Membuka lapangan

pekerjaan perseorangan

(Kegiatan usaha seperti :

pengrajin batik, kerajinan

tangan)

Mendukung

perekonomian lokal

ya, segala bentuk kegiatan

desa wisata beracu pada

kegiatan utama masyarakat

lokal

Page 148: [TANGGAL] - STP Bandung

153

Environment ✔ 2 Alam/budaya

tidak

tereksploitasi

namun tidak

ada upaya

pelestarian dan

pengelolaan di

desa/wilayah

Program/ kegiatan/

upaya pengelolaan

wilayah alam

Tidak Ada

Program/ kegiatan/

upaya

mempertahankan dan

meningkatkan

warisan alam dan

budaya

terdapat kegiatan bersih

desa

Program/ kegiatan/

upaya pengurangan

konsumsi berlebihan

dan limbah.

terdapat kegiatan bersih

desa

Total 42

Desa Candirejo

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan

1 2 3 4 5

Desa

Candirejo

CR Physiography

& Climate

✔ 3 Memberikan pengaruh

terhadap wisatawan dan

berpotensi menjadi daya

tarik wisata

Iklim Musim Hujan Dingin

Sejuk

Kualitas udara Sejuk

Pemandangan Pegunungan, Pertemuan 3

Page 149: [TANGGAL] - STP Bandung

154

Sungai

Flora dan fauna Bunga Mawar, Kenikir

gegrangan / Musang

Culture &

History

✔ 4 Terdapatnya tarian,

kerajinan khas, dan

peninggalan khas serta

berpotensi menjadi daya

tarik wisata

Kerajinan-kerajinan

tangan

Batik (Motif Bunga

Pepaya), Wayang (Kulit,

Kertas), Perak Miniatur,

Pahat (Cobek batu),

Ukiran (Bambu), Lukisan

Borobudur Kaligrafi.

Tradisi lokal Upacara Adat

Gastronomi Slondok

Seni dan musik lokal Gamelan, Kendang

Peninggalan bentuk

fisik sejarah

Batu kendil

Bahasa masyarakat

lokal

Jawa, Indonesia

Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama

dengan beberapa

stakeholder secara

formal dan rutin

dilakukan

Bentuk hubungan

atar

stakeholder/Program-

program kerja

Travel Agent

Mix Of

Activities

✔ 5 terdapat banyak aktivitas

yang dapat dilakukan di

destinasi wisata

Variasi aktivitas di

destinasi

Golden Sunrise,

Ekowisata, Rafting,

Cycling, Batu Kendil

Special Events ✔ 3 Terdapat minimal local

events yang rutin

diselenggarakan

Event besar atau

tahunan yang

melibatkan berbagai

Pentas Seni ( Sesuai

Permintaan), Upacara (

Adat, Pernikahan,

Sunatan) Jatilan, Ketoprak,

Page 150: [TANGGAL] - STP Bandung

155

pihak di destinasi Rebana( Upacara Agama),

Cocok Tanam.

Entertainment ✔ 3 Ada hiburan atau event

namun tidak rutin (hanya

dilakukan saat ada

wisatawan)

Hiburan atau event

rutin diselenggarakan

oleh masyarakat

Topeng Ireng, Gamelan

Tourism

Superstructure

✔ 5 Memiliki seluruh dan

banyak pilihan di sarana

pokok, pelengkap dan

penunjangnya

Sarana pokok Akomodasi: Terdapat 40

Homestay, Metaloka

Atraksi: Dokar Village

Tour, Batu kendil,

Banyuasin, Agro

Plantation, Cycling,

Rafting, cooking lesson.

Travel Agent: Happy

Wisata, exso, Khiri, ICS,

Aneka, Merapi, Smiling,

TIH

Rumah makan: Omah

Pring

Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: Balai

Desa (Selaku penyediaan

Jenis Wisata), Puskesmas

Candirejo, Posyandu

Sarana penunjang Toko suvenir: tidak

memiliki

SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat4-5 (empat

sampai lima) indikator

Ketersediaan Jalan Sudah Sangat Bagus dan

beraspal kelas 2 tapi dapat

dilalui bis

Page 151: [TANGGAL] - STP Bandung

156

Ketersediaan air

bersih

tersedia

Ketersediaan listrik tersedia

Ketersediaan apotek/

Puskesmas

tersedia

Ketersediaan kantor

pos

tidak tersedia

Ketersediaan bank tidak tersedia

Ketersediaan rumah

sakit

tidak tersedia

Ketersediaan kantor

dan pos polisi

tidak tersedia

Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-3(dua sampai

tiga) dari indikator

kemudahan menuju ke

destinasi

Kondisi jalan Lampu Penerangan Jalan,

Papan Petunjuk jalan

Tarif angkutan jenis

kendaraan

tidak ada angkutan umum

Jaringan transportasi tidak tersedia (turis

biasanya datang

menggunakan transportasi

pribadi dan travel agent)

Jarak tempuh ke

destinasi

3 kilometer dari candi

Borobudur

Waktu tempuh ke

destinasi

20 menit dari Candi

Borobudur

Facilitating ✔ 5 Tersedianya SDM

Pariwisata yang memiliki

SDM Pariwisata tersedia dengan adanya

guide, pemilik homestay

Page 152: [TANGGAL] - STP Bandung

157

keterampilan/ kualitas/

Pengetahuan tentang

pariwisata yang baik dan

sudah memiliki sumber

pendanaan yang rutin

dan pemilik rumah makan

Kualitas/

keterampilan/

pengetahuan SDM

SDM sudah memiliki

wawasan sadar wisata

yang baik

Enterprise ✔ 4 Home industry di

destinasi lebih dari

1(satu) dan merupakan

bagian dari atraksi

Sumber pendanaan dari wisatawan masuk ke

koperasi desa

Usaha/industri milik

masyarakat

homestay, rumah makan,

home industry kerajinan

batik dan pahatan kayu

Political will ✔ 3 Pariwisata sudah

menjadi bagian dari

pengembangan

desa/wilayah namun

tidak tercantum secara

tertulis dan masyarakat

diikut sertakan dalam

berpendapat terkait

pariwisata didaerahnya

Keterlibatan

masyarakat dan

tercantumnya

pariwisata dalam visi

misi/ perdes/

kebijakan dan

perencanaan

destinasi

terdapat di visi misi desa

namun tidak tertulis

ST Social

Cultural

✔ 5 Memenuhi semua

indikator (Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan, terdapat

partisipasi stakeholders

dalam pengambilan

keputusan, adanya

promosi dan keadilan

antar generasi,

menghormati masyarakat

Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan

Terdapat pelayanan satu

pintu via Balai Desa

Partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan

semua stakeholder

mengikuti peraturan

tentang menjual paket

wisata di desa tersebut

Mempromosikan dan

keadilan antar

melakukan promosi

melalui travel agent

Page 153: [TANGGAL] - STP Bandung

158

lokal, meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal 5/5

generasi

Menghormati

masyarakat lokal

semua kegiatan pariwisata

menyesuaikan dengan

kearifan lokal desa

Meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal

dengan adanya pariwisata

perekonomian masyarakat

lokal mengalami

peningkatan

Economic ✔ 4 Hanya memiliki 4/5 dari

indikator

Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi)

Pertanian, Usaha (Kios,

Rm Makan), Hasil

Seni(Pahatan, Kain,

Wayang)

Mendorong investasi

dari luar

otonomi daerah tidak

memperbolehkan adanya

investor dari luar karena

desa tersebut pure dikelola

masyarakat

Meningkatkan pasar

bagi produsen lokal

dengan adanya pariwisata

banyak masyarakat

membuat kerajinan dan

kuliner khas Candirejo

Meningkatkan

peluang kerja

dengan adanya pariwisata

masyarakat lokal bekerja

sebagai local guide

Mendukung

perekonomian lokal

dengan adanya pariwisata

perekonomian masyarakat

lokal terangkat

Page 154: [TANGGAL] - STP Bandung

159

Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian

alam/budaya baik

langsung maupun tidak

langsung dan terprogram

dan sistem pengolahan

limbah sudah ada

Program/ kegiatan/

upaya pengelolaan

wilayah alam

Adanya kegiatan Gotong

Royong (Pembersihan

lingkungan)

Program/ kegiatan/

upaya

mempertahankan dan

meningkatkan

warisan alam dan

budaya

Adanya sanggar tari,

sanggar untuk membuat

kerajinan tangan

Program/ kegiatan/

upaya pengurangan

konsumsi berlebihan

dan limbah.

adanya kerja bakti untuk

membersihkan desa

Total 55

Page 155: [TANGGAL] - STP Bandung

160

Desa Majaksingi

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan

1 2 3 4 5

Desa

Majaksingi

CR Physiography

& Climate

✔ 3 Mempengaruhi

terhadap kegiatan

wisatawan dan

pengelola serta dapat

menjadi potensi daya

tarik wisata

Iklim Tropis

Kualitas udara Sejuk (30 ' C)

Pemandangan Perbukitan dan

perkebunan

Flora dan fauna Monyet Ekor Panjang

Culture &

History

✔ 2 Terdapat beberapa

kesenian khas yang

berpotensi menjadi

daya tarik wisata

Kerajinan-kerajinan

tangan

Batik Corak Relief

Borobudur

Tradisi lokal Saparan (Saparan

merupakan Tradisi yang

dimiliki oleh Desa

Majaksingi. Saparan

diadakan pada tanggal-

tanggal baik menurut

kalender Jawa. Tradisi

ini dilakukan oleh

semua warga

Majaksingi dengan

beragam keyakinan.

Kegiatan yang

dilakukan adalah berdoa

bersama di pelataran dan

pertunjukan seni sebagai

ungkapan syukur

terhadap Yang Maha

Kuasa)

Page 156: [TANGGAL] - STP Bandung

161

Gastronomi Pembuatan makanan

khas (Selondok & Nasi

Jagung)

Seni dan musik lokal Kesenian tari jatilan dan

Topeng Ireng

Peninggalan bentuk

fisik sejarah

Bahasa masyarakat

lokal

Jawa

Market Ties ✔ 3 Terdapat kerjasama

dengan beberapa

stakeholder secara

formal dan rutin

dilakukan

Bentuk hubungan

atar

stakeholder/Program-

program kerja

Kerjasama dengan Hotel

Amanjiwo dalam

mengadakan event dan

pengelolaan limbah

Mix Of

Activities

✔ 4 Terdapat lebih 3 (tiga)

aktivitas yang dapat

dilakukan di destinasi

wisata

Variasi aktivitas di

destinasi

- Sight Seeing (Rumah

Punthuk Gadjah

Mungkur) - Pembuatan

Makanan Khas (Tahu,

Selondok, Nasi Jagung,

Kopi dan teh) - Wisata

Religi di Goa Maria

Special Events ✔ 2 Ada Special Events

namun tidak rutin

(hampir tidak

dilaksanakan)

Event besar atau

tahunan yang

melibatkan berbagai

pihak di destinasi

Betutur Shalawatan

Jowo (Betutur

merupakan acara yang

rutin dilaksanakan di

bulan Hijriah oleh

masyarakat Majaksingi.

Kegiatan ini dilakukan

oleh warga dengan

tujuan untuk

Page 157: [TANGGAL] - STP Bandung

162

mengungkapkan syukur

terhadap nenek moyang

dan Sang pencipta)

Entertainment ✔ 2 Ada hiburan atau

event namun tidak

rutin (hampir tidak

dilaksanakan) dan

tidak menarik

wisatawan

Hiburan atau event

rutin diselenggarakan

oleh masyarakat

Tidak ada

Tourism

Superstructure

✔ 5 Terdapat sarana

pokok, pelengkap,

penunjang

Sarana pokok Akomodasi : Hotel

Amanjiwo, Villa

Borobudur

Atraksi : Goa Maria,

Punthuk Gadjah

Mungkur, Gondopuro

Wangi dan Rumah

Kamera

Rumah Makan : -

Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: -

Sarana penunjang Tidak ada

SF Infrastructure ✔ 3 terdapat 6-7 (enam

sampai tujuh)

indikator

Ketersediaan air

bersih

Disediakan Oleh PDAM

Ketersediaan Jalan Disediakan oleh Dinas

PU

Ketersediaan listrik Disediakan oleh PT.

PLN

Ketersediaan apotek Tidak ada

Page 158: [TANGGAL] - STP Bandung

163

Ketersediaan kantor

pos

Tidak ada

Ketersediaan bank Tidak ada

Ketersediaan rumah

sakit

Puskesmas

Ketersediaan kantor

dan pos polisi

Tidak ada

Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-3(dua

sampai tiga) dari

indikator kemudahan

menuju ke destinasi

Kondisi jalan Jalan kelas 2, beraspal

dan tidak dapat dilalui

bis besar

Tarif angkutan jenis

kendaraan

Relatif (Rp. 5000,- sd

RP. 10.000,-), jenis

kendaraan ojek motor

Jaringan transportasi Tidak ada

Jarak tempuh ke

destinasi

4 km

Waktu tempuh ke

destinasi

25 menit dari Candi

Borobudur

Facilitating ✔ 2 Tersedianya SDM

Pariwisata yang

memiliki

keterampilan/

kualitas/ Pengetahuan

tentang pariwisata

yang baik

SDM Pariwisata 10 orang di Rumah

Kamera,

Kualitas/

keterampilan/

pengetahuan SDM

Lulusan SMA

Enterprise ✔ 2 Terdapat lebih dari

1(satu) Home industri

Sumber pendanaan Pendanaan Desa dan

BUMN BNI

Page 159: [TANGGAL] - STP Bandung

164

khususnya di bidang

pariwisata

(Balkondes)

Usaha/industri milik

masyarakat

120 Industri dibidang

makanan (Tempe, Tahu,

Kopi, Slondok dan Nasi

Jagung dan kerajinan

tangan

Political will ✔ 3 Pariwisata

tercantumkan ke

dalam

pengembangan/visi

misi/perdes/kebijakan

namun belum

dijadikan prioritas

utama

Keterlibatan

masyarakat dan

tercantumnya

pariwisata dalam visi

misi/ perdes/

kebijakan dan

perencanaan

destinasi

Misi: 1. Membentuk

desa Pariwisata; 2.

Meningkatkan

Kesejahteraan

masyarakat; 3.

Memupuk/nguri-uri

budaya

ST Social

Cultural

✔ 3 Hanya memiliki 4/5

dari indikator

Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan

Tidak ada

Partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan

Dalam bentuk

pembuatan Balkondes

dan event-event desa

Mempromosikan dan

keadilan antar

generasi

Belum ada upaya untuk

melakukan promosi dari

desa

Menghormati

masyarakat lokal

Sudah, pihak swasta

(Hotel Amanjiwo)

berkontribusi pada

masyarakat baik secara

Page 160: [TANGGAL] - STP Bandung

165

materiil dan moril.

Meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal

Masyarakat

mendapatkan

peningkatan pendapatan

dengan melakukan

sampingan sebagai

pekerja dibidang

pariwisata dan di

industri rumah tangga

Economic ✔ 3 Hanya memiliki 2/5

dari indikator

Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi)

Industri kerajinan

tangan dan makanan

khas

Mendorong investasi

dari luar

Meningkatkan pasar

bagi produsen lokal

Sudah, dengan adanya

wisatawan yang

diarahkan untuk

berkunjung ke industri

rumah tanggal lokal

Meningkatkan

peluang kerja

Ya, dengan terciptanya

Balkondes dapat

menyerap tenaga kerja

lokal

Mendukung

perekonomian lokal

Ya, pariwisata

merupakan mata

pencaharian kedua

masyarakat

Page 161: [TANGGAL] - STP Bandung

166

Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian

alam/budaya baik

langsung maupun

tidak langsung dan

terprogram dan sistem

pengolahan limbah

sudah ada

Program/ kegiatan/

upaya pengelolaan

wilayah alam

Masyarakat memiliki

kesadaran akan

keterawatan lingkungan

melalui sosialisasi oleh

pemerintah desa.

Program/ kegiatan/

upaya

mempertahankan dan

meningkatkan

warisan alam dan

budaya

Program pelestarian

budaya binaan ISI

Yogyakarta

Program/ kegiatan/

upaya pengurangan

konsumsi berlebihan

dan limbah.

Dibangunnya 3 bak

sampah hasil kerjasama

dengan Hotel

Amanjiwo,

Total 47

Page 162: [TANGGAL] - STP Bandung

167

Desa Tuksongo

Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan

1 2 3 4 5

Desa

Tuksongo

CR Physiography

& Climate

✔ 3 Memberikan

pengaruh

terhadap

wisatawan dan

berpotensi

menjadi daya

tarik wisata

Iklim Tropis

Kualitas udara Sejuk

Pemandangan desa Tuksongo dikelilingi

oleh bukit menoreh

Flora dan fauna tidak memiliki flora khas

tetpai fauna khasnya

Ceblek Gunung (Burung)

Culture &

History

✔ 4 Terdapatnya

tarian, kerajinan

khas, dan

peninggalan

khas serta

berpotensi

menjadi daya

tarik wisata

Kerajinan-kerajinan

tangan

Wayang kertas

Tradisi lokal Tari Topeng Ireng

Gastronomi Makanan khas Tuksongo

Es dawet dan Mie dari

tepung aren. Cara

pembuatan mie aren yaitu

tepung aren diuleni

kemudian di press

menggunakan mesin

Seni dan musik lokal Topeng ireng dan rebana

Peninggalan bentuk

fisik sejarah

Prasasti (Belum Terkelola)

Bahasa masyarakat

lokal

bahasa Jawa

Page 163: [TANGGAL] - STP Bandung

168

Market Ties ✔ 2 Terdapat

kerjasama

dengan salah

satu pihak

secara informal

tidak tertulis

dilakukan tidak

tentu

Bentuk hubungan

atar

stakeholder/Program-

program kerja

Hanya Berpatokan kepada

Event Candi Borobudur

(Undangan pergelaran

Budaya)

Mix Of

Activities ✔ 1 sama sekali

tidak dapat

melakukan

aktivitas wisata

di destinasi

Variasi aktivitas di

destinasi

Tidak ada

Special Events ✔ 1 Tidak ada

Special Events

yang

diselenggarakan

Event besar atau

tahunan yang

melibatkan berbagai

pihak di destinasi

Bergantung kepada Event

Candi Borobudur jika

tidak ada panggilan maka

tidak ada kegiatan

Entertainment ✔ 3 Ada hiburan

atau event

namun tidak

rutin (hanya

dilakukan saat

ada wisatawan)

Hiburan atau event

rutin diselenggarakan

oleh masyarakat

Pesta Rakyat berupa

Sanggar Seni (Tergantung

Permintaan)

Tourism

Superstructure

✔ 2 Hanya terdapat

sarana

pelengkap

Sarana pokok Akomodasi: tidak ada

Atraksi: bukit dan prasasti

namun belum terkelola

Rumah makan: -

Travel agent: -

Page 164: [TANGGAL] - STP Bandung

169

Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: Balai

Desa (Selaku penyediaan

Jenis Wisata)

Sarana penunjang Toko suvenir: -

SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat4-5

(empat sampai

lima) indikator

Ketersediaan Jalan tersedia sudah bagus dan

beraspal

Ketersediaan air

bersih

tersedia

Ketersediaan listrik tersedia

Ketersediaan apotek tidak tersedia namun

terdapat puskesmas

Ketersediaan kantor

pos

tidak tersedia

Ketersediaan bank tidak tersedia

Ketersediaan rumah

sakit

tidak tersedia

Ketersediaan kantor

dan pos polisi

tersedia pos polisi

Tuksongo

Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-

3(dua sampai

tiga) dari

indikator

kemudahan

menuju ke

destinasi

Kondisi jalan tersedia dan beraspal

Tarif angkutan jenis

kendaraan

tidak ada angkutan umum

Jaringan transportasi tidak ada angkutan umum

Jarak tempuh ke

destinasi

1km dari Candi Borobudur

Waktu tempuh ke 15 menit dari Borobudur

Page 165: [TANGGAL] - STP Bandung

170

destinasi

Facilitating ✔ 3 Tersedianya

SDM

Pariwisata yang

memiliki

keterampilan/

kualitas/

Pengetahuan

tentang

pariwisata yang

baik

SDM Pariwisata Sdm di desa Tuksongo

bekerja sebagai penari

dalam pementasan tarian

yang biasa diadakan di

Candi Borobudur

Kualitas/

keterampilan/

pengetahuan SDM

SDM Badan Unit Usaha

Desa (Bumdes)

Enterprise ✔ 1 Tidak ada home

industri

terbentuk akibat

pariwisata

Sumber pendanaan tidak ada pendanaan untuk

sektor pariwisata

Usaha/industri milik

masyarakat

Hanya terdapat Badan

Usaha Milik Desa dan

tidak terdapat home

industry yang terbentuk

akibat pariwisata

Political will ✔ 3 Pariwisata

sudah menjadi

bagian dari

pengembangan

desa/wilayah

namun tidak

tercantum

secara tertulis

dan masyarakat

diikut sertakan

dalam

berpendapat

terkait

pariwisata

Keterlibatan

masyarakat dan

tercantumnya

pariwisata dalam visi

misi/ perdes/

kebijakan dan

perencanaan

destinasi

tidak terdapat pariwisata di

dalam visi misi desa,

namun pariwisata

merupakan rencana yang

belum tertulis secara

formal

Page 166: [TANGGAL] - STP Bandung

171

didaerahnya

pengembangan

pariwisata tidak

tercantum

secara tertulis

ST Social

Cultural

✔ 2 Hanya memiliki

2/5 dari

indikator

Memberi

pengalaman yang

memuaskan dan

bermanfaat bagi

wisatawan

tidak ada

Partisipasi

stakeholders dalam

pengambilan

keputusan

tidak ada

Mempromosikan dan

keadilan

antargenerasi

tidak ada

Menghormati

masyarakat lokal

wisatawan diharuskan

mengikuti peraturan desa

dan kearifan lokal

Masyarakat Tuksongo

Page 167: [TANGGAL] - STP Bandung

172

Meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat lokal

dengan adanya pariwisata

masyarakat bekerja

sebagai penjual suvenir

namun tidak berjualan di

desa, mereka langsung

menjual di Candi

Borobudur

Economic ✔ 4 Hanya memiliki

4/5 dari

indikator

Terdapatnya sumber

baru pendapatan

(keberagaman

ekonomi)

Pertanian, Usaha (Kios,

Rm Makan), Hasil

Seni(Pahatan, Kain,

Wayang), Homestay

Mendorong investasi

dari luar

peraturan desa tidak

memperbolehkan investor

untuk mendirikan usaha di

Tuksongo sehingga

masyarakat dapat bekerja

dalam kegiatan pariwisata

Meningkatkan pasar

bagi produsen lokal

Masyarakat dapat menjadi

produsen kain batik serta

wayang kulit

Meningkatkan

peluang kerja

dengan adanya pariwisata

masylok dapat bekerja

dibidang pariwisata seperti

menjadi pengrajin suvenir

Mendukung

perekonomian lokal

kegiatan pariwisata

memberikan dampak baik

dalam perekonomian

masylok

Environment ✔ 3 Pelestarian

alam/budaya

Program/ kegiatan/

upaya pengelolaan

masyarakat biasa

melakukan kerja bakti di

Page 168: [TANGGAL] - STP Bandung

173

sudah berjalan

namun belum

rutin dilakukan

serta masih

belum ada

sistem

pengolahan

limbah

wilayah alam lingkungan Tuksongo

Program/ kegiatan/

upaya

mempertahankan dan

meningkatkan

warisan alam dan

budaya

di desa Tuksongo terdapat

sanggar seni terutama

Topeng Ireng

Program/ kegiatan/

upaya pengurangan

konsumsi berlebihan

dan limbah.

masyarakat biasa

melakukan kerja bakti di

lingkungan Tuksongo

Total 35

Page 169: [TANGGAL] - STP Bandung

174

DAFTAR PUSTAKA

Falatooni, Elham dkk. 2016. “A New Framework for Selecting Composite Indicators to Assess

Sustainability of a Destination”. Athens Journal of Tourism. Vol. 3, No. 1

Hasan, M.Iqbal. 2002. POKOK-POKOK MATERI METODOLOGI PENELITIAN &

APLIKASINYA. Bogor: Ghalia Indonesia.

Jovanović, Sonja dan Ivana Ilić. 2016. “Infrastructure As Important Determinant Of Tourism

Development In The Countries Of Southeast Europe”. Ecoforum. Vol. 5, Issue 1 (8).

Loi, Kim Ieng. 2009. Entertainment as A Tourism Development Tool in Macao. Australia: James

Cook University.

Peraturan Pemerintah Nomor. 50, 2011.

Ritchtie dan Crouch. 2003. “The Competition Destination A Sustainable Tourism Perspective”.

Walington: CABI Publishing.

Sugiyono. 2012. METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN KOMBINASI

(MIXED METODS). Bandung: CV. ALFABETA.

Thomas. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen.

Vengesayi, Sebastian. 2003. “A Conceptual Model of Tourism Destination and Attractiveness”

Zamfir, Andreea dan Razvan Corbos. 2015. “Towards Sustainable Tourism Development in

Urban Areas: Case Study on Bucharest as Tourist Destination”. Jurnal Pariwisata.

http://eprints.undip.ac.id/Kamis, 3 Maret 2017 pukul 01:28 WIB/www.eprints.undip.ac.id/Concepts Of

Service Quality Measurement.

http://www.central2013.eu/Kamis, 3 Maret 2017 pukul 04:21 WIB/://www.central2013.eu/ Sustainable

Accessibility to Small Tourist Areas.

Page 170: [TANGGAL] - STP Bandung

175