Presentasi App

38
BAB I LAPORAN KASUS A. Identitas Nama : an. RA Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pelajar Alamat : Mojotengah Nomor CM : 629223 Tgl masuk RS : 24 Mei 2015 Tgl keluar RS : 2 Mei 2015 Diagnosis masuk : Abdominal Pain ddx appendicitis akut, appendicitis perforasi Diagnosis keluar: Appendicitis Infiltrat B. Anamnesis 1. Keluhan utama : nyeri perut region bawah. 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut region bawah sudah 1 minggu yang lalu. Nyeri terus menerus dan semakin bertambah. Muntah(-), demam(+), mual(-), BAK normal, BAB(+) cair 2 kali SMRS, fluatus(+). Pasien mengeluhkan sebelumnya awal nyeri perut hanya di region kuadran kanan bawah ±1 minggu. Kemudian nyeri 1

description

persentasi apendiksitis

Transcript of Presentasi App

Page 1: Presentasi App

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : an. RA

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Mojotengah

Nomor CM : 629223

Tgl masuk RS : 24 Mei 2015

Tgl keluar RS : 2 Mei 2015

Diagnosis masuk : Abdominal Pain

ddx appendicitis akut, appendicitis perforasi

Diagnosis keluar : Appendicitis Infiltrat

B. Anamnesis

1. Keluhan utama : nyeri perut region bawah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut region bawah sudah 1

minggu yang lalu. Nyeri terus menerus dan semakin bertambah.

Muntah(-), demam(+), mual(-), BAK normal, BAB(+) cair 2 kali

SMRS, fluatus(+). Pasien mengeluhkan sebelumnya awal nyeri perut

hanya di region kuadran kanan bawah ±1 minggu. Kemudian nyeri

beralih ke kuadran kiri 1 hari yang lalu. Pasien belum melakukan

pengobatan.

3. Anamnesis sistem :

Sistem serebrospinal :keadaan sadar (compos mentis).

Sistem kardiovaskular :tidak nyeri dada.

Sistem respiratori :sesak(-), batuk(-) dan pilek(-).

Sistem gastrointestinal :Mual(-), fluatus(+), muntah(-),BAB(+) cair.

Sistem urogenital :BAK(+) tidak ada keluhan.

1

Page 2: Presentasi App

Sistem intergumentum :tidak ada bentol-bentol kemerahan di

badan, kaki dan tangan serta tidak terasa

gatal.

Sistem musculoskeletal :tidak ada edem, nyeri, deformitas dan

fraktur.

Sistem kejiwaan :sadar penuh

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : tampak kesakitan

b. Kesadaran : compos mentis

c. Vital Sign

Tekanan darah : 110/60

Respirasi : 28x/menit, tipe thorakoabdomen

Nadi : 92x/menit, teratur, cepat dan tidak kuat

angkat

Suhu : 38,20C

Berat badan : 24 kg

d. Status Generalis

1) Kulit

Warna : coklat sawo matang

Sianosis : (-)

Ikterik : (-)

Turgor : baik, kembali cepat

Hipopigmentasi: (-)

Hiperpigmentasi: (-)

2) Kepala

Bentuk : mesochepal, simetris, tidak ada deformitas,

Rambut : dominan hitam

Facial : tampak pucat

Mata : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-),

mata merah (-), isokor pupil kanan & kiri,

2

Page 3: Presentasi App

reflex cahaya (+), edema palpebra (-).

Telinga : pendengaran baik, tidak ada cairan yang

keluar.

Hidung : tidak ada deformitas, secret (-), inflamasi (-

), nafas cuping hidung (+), epistaksis (-).

Mulut : bibir tampak pucat dan kering, stomatitis (-

), lidah kotor (-), lidah putih(-), atrofi papil

lidah (-).

3) Leher

Bentuk : simetris

Massa : (-)

JVP : (-)

pembesaran kelenjar limfonodi (-).

4) Thorax

Inspeksi :

Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi,

penggembanggan paru (+) iktus kordis (-), petekie (-).

Palpasi :

Vocal fremitus kanan dan kiri seimbang, tidak ada

pembesaran limfonodi aksilla dekstra, tidak teraba iktus

kordis.

Perkusi :

Sonor (+) pada paru kanan kiri,

Auskultasi :

Suara dalam vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-).

Suara jantung S1-S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-).

5) Abdomen (status lokalis)

Inspeksi :

Kembung(-), tidak ada benjolan dan tanda-tanda radang.

Auskultasi :

Bunyi usus (+) meningkat.

3

Page 4: Presentasi App

Perkusi :

Timpani (+) dan redup/pekak pada kuadran kanan bawah.

Palpasi :

Nyeri tekan Mc.burney (+), teraba seperti massa dan

tahanan pada kuadran kanan bawah, nyeri ketok ginjal (-),

psoas sign (+).

6) Ekstermitas

Ekstermitas superior dan inferior tidak ditemukan edem, akral

dingin (+), nyeri sendi (-).

5. Laboratorium

Pemeriksaan 24/5/2015 28/5/2015 29/5/2015 Nilai Rujukan

Haemoglobin (g/dL) 12,3 10,5 11,6 13,2-17,3Leukosit (10^3/uL) 27,0 30,6 27,6 4,5-12,5DIFF COUNTEosinofil % 0,90 1,00 - 2-4

Basofil % 0,10 0,10 - 0-1Netrofil % 75,50 79,90 - 50-70

Limfosit % 13,60 15,50 - 25-40Monosit % 9,90 3,50 - 2-8

Hematokrit % 35 31 33 40-52Eritrosit (10^6/uL) 4,2 3,7 4,0 4,40-5,90

Trombosit (10^3/uL) 644 758 981 150-400

MCV (fl) 82 84 82 80-100MCH (pg) 29 29 29 26-34

MCHC (g/dL) 36 34 36 32-36Kimia Klinik - - -Albumin (g/dL) - - - 135-147Ureum (mg/dL) 16,5 - - <50Keratin (mg/dL) 0,46 - - 0,40-0,90SGOT (U/L) 15,0 - - 0-50SGPT (U/L) 8,0 - - 0-50

6. Differential Diagnosis

Appendisitis Infiltrat

4

Page 5: Presentasi App

Abses Periapendikuler

Limfadenitis

Tumor sekum

Tumor Apendix

7. Diagnosis

Appendicitis Infiltrat walling off fixed

8. Terapi

Infus RL 20 tpm

Inj. Metronidazole 3x1

Inf. Cefotaxim 3x500mg

Inj.ketorolac 2x1

Operatif : apendektomi

9. Perjalanan penyakit dan instruksi dokterTgl Subyektif Obyekti Assesment Plan24/5/2015 Nyeri perut

bagian bawah sejak 1 minggu yll. Fluatus (+), BAB(+)2x cair, nyeri BAK(-), mual(-), muntah(-), demam(+)

Nadi: 84, RR: 26, T : 37,6Ku: CMStatus lokalis:Supel(+),BU(+) meningkat, timpani (+), pekak area kanan bawah, Nyeri tekan Mc.burney(+),

Susp. Apendisitis

USG AbdomenInfus RL 20 tpmInf. Cefotaxim 3x500mgInj. Metronidazole 3x250mg

25/5/2015 Nyeri perut (+), BAB cair 1x, fluatus susah, tidak mual dan muntah

Nadi : 102, RR :24, T : 38,4KU : CMStatus lokalis:Supel(+), BU(+) meningkat, timpani (+), pekak area kanan bawah, Nyeri tekan Mc.burney (+),

Appendicitis infiltrat

Infus RL 20 tpmInf.Cefotaxim 3x500mgInf.sanmol 3x300mgInj.Metronidazole 3x250mg

5

Page 6: Presentasi App

26/5/2015 Nyeeri perut, fluatus(+), BAB cair 2x, ampas(+) warna kuning, darah (-), lender(-), muntah(-), mual(-)

Nadi : 80, RR : 20, T: 36,5KU:CMStatus lokalis :Supel(+), BU(+) meningkat, timpani (+), pekak area kanan bawah, Nyeri tekan Mc.burney (+),

Appendicitis infiltrat

Infus RL 20 tpmInf.Cefotaxim 3x500mgInf.sanmol 3x300mgInj.Metronidazole 3x250mg

27/5/2015 Nyeri perut, fluatus(+), BAB cair 4x warna kuning, tidak ada darah dan lender. Tidak muntah dan mual.

Nadi : 84, RR : 20, T: 36,8KU:CMStatus lokalis :Supel(+), BU(+) meningkat, timpani (+), pekak area kanan bawah, Nyeri tekan Mc.burney (+),

Appendicitis infiltrat

Infus RL 20 tpmInf.Cefotaxim 3x500mgInf.sanmol 3x300mgInj.Metronidazole 3x250mg

28/5/2015 Nyeri perut, fluatus(+), BAB cair 2x warna kuning, tidak ada darah dan lender. Tidak muntah dan mual.

Nadi : 88, RR : 20, T: 36,7KU:CMStatus lokalis :Supel(+), BU(+) meningkat, timpani (+), pekak area kanan bawah, Nyeri tekan Mc.burney (+),

Appendicitis infiltrat

Pro OpInfus RL 20 tpmInf.Cefotaxim 3x500mgInf.sanmol 3x300mgInj.Metronidazole 3x250mg

29/5/2015 Fluatus(+), BAB(-), nyeri pada luka, mual(-)

Nadi : 88, RR : 20, T: 36,7KU:CMStatus lokalis :Supel(+), BU(+) N, timpani (+), nyeri tekan areapost.OP

Post op.laparatomi apendiktomi e.c. appendicitis infiltrat

Infus Kaen3BInfus D5Inf.Cefotaxim 3x500mgInInj.Metronidazole 3x250mgInj.Ketorolac 3x10mg

6

Page 7: Presentasi App

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur

baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia

10 sampai 30 tahun.1

Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran

bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk

bedah abdomen darurat.2

Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh

fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi

lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks

dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan

Enterobius vermikularis.3

Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya

dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga

membentuk gumpalan massa flegmon atau massa periapendikular yang melekat

erat satu dengan yang lainnya.4

B. Anatomi

7

Page 8: Presentasi App

Apendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch

membentuk produk immunoglobulin, berbentuk tabung, panjangnya kira-kira

10cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di sekum.

Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal. Basis

appendiks terletak di bagian posterio medial caecum, di bawah katup ileocaecal.

Ketiga taenia caecum bertemu pada basis apendiks. Apendiks verviformis

disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum) yang bergabung dengan

mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale. Mesenteriolum berisi

a.Apendikularis (cabang a.ileocolica). Orificiumnya terletak 2,5cm dari katup

ileocecal. Mesoapendiknya merupakan jaringan lemak yang mempunyai

pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil.4

8

Figure 1 apendiks

Page 9: Presentasi App

Struktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa,

submukosa, muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuker) dan

serosa. Apendiks mungkin tidak terlihat karena adanya membran Jackson yang

merupakan lapisan peritoneum yang menyebar dari bagian lateral abdomen ke

ileum terminal menutup caecum dan apendiks. Lapisan submukosa terdiri dari

jaringan ikat kendor dan jaringan elastik membentuk jaringan saraf, pembuluh

darah dan lymphe. Antara mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes. Mukosa

terdiri dari satu lapis columnar epithelium dan terdiri dari kantong yang disebut

crypta lieberkuhn. Dinding luar (outer longitudinal muscle) dilapisi oleh

pertemuan ketiga taenia colli pada pertemuan caecum dan apendiks taenia anterior

digunakan sebagai pegangan untuk mencari apendiks.4

Apendiks menghasilkan lender/mucus 1-2ml per hari. Lendir di muara

apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.4 Imunoglobulin

sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yang

terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin

ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian,

pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah

jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran

cerna dan seluruh tubuh.2

Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke

delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan

postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang

akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal. Jaringan lymphoid pertama

9

Page 10: Presentasi App

kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah lahir. Jumlahnya meningkat

selama masa pubertas, dan menetap saat dewasa dan kemudian berkurang

mengikuti umur. Setelah usia 60 tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di

apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks komplit.2

Gejala klinik appendicitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks

adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%,

subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan

postileal (di belakang usus halus) 0,4%.2

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti

arteri mesenterika superior dari arteri appendikularis, sedangkan persarafan

simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada

appendicitis bermula di sekitar umbilikus. Appendiks didarahi oleh arteri

apendikularis yang merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri

appendiks termasuk end arteri. Bila terjadi penyumbatan pada arteri ini, maka

appendiks mengalami ganggren.2

10

Figure 2 posisi apendiks (a.turun ke dalam pelvis minor, b.retrosekal, c.preileal, d.retroileal)

Page 11: Presentasi App

C. Patofisiologi Appendicitis

Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua

lapisan lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal 24-48 jam pertama

terjadinya appendicitis. Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen

apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena

fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin

lama mucus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks

mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.

Tekanan yang meningkat tersebut menghambat aliran limfe yang mengakibatkan

edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis

akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.4

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

tersebut menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan

menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum

setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini

disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan

terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut

dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan

terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum

dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga terbentuk suatu

massa local (massa perapendikular) yang disebut infiltrate apendikularis.

11

Page 12: Presentasi App

Apendisitis infiltrate terdapat proses walling off sehingga terbentuknya

massa periapendikular di region kanan bawah dikarenakan upaya dari tubuh

berusaha membatasi proses radang ini dengan omentum, usus halus, atau adneksa.

Proses terbentuknya massa periapendikular akibat walling off tidak didapatkan

pada semua jenis apendisitis, hal ini diakibatkan dari cepat lambat respon daya

tahan tubuh individu, proses peradangan, virulensi mikroorganisme dan kerja

omentum.

Di dalam massa periapendikular, dapat terbentuk abses dan terjadinya

perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa

periapendikular akan menjadi tenang dan akan mengurai diri secara lambat. Pada

massa periapendikular dengan pembentukan dinding yang belum sempurna, dapat

terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti oleh

peritonitis purulenta generalisata. Sehingga, pada massa periapendikuler yang

masih bebas (mobile) sebaiknada massa periapendikular dengan pembentukan

dinding yang belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga

peritoneum jika perforasi diikuti oleh peritonitis purulenta generalisata. Sehingga,

pada massa periapendikuler yang masih bebas (mobile) sebaikna segera dioperasi.

Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,

maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan

tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan

pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh

darah.2

D. Manifestasi klinis

12

Page 13: Presentasi App

1. Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari

oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat.

Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh

abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama.

Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang

berupa kejang. Sesudah empat jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi

sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa

nyeri menetap dan secara progesif bertambah hebat apabila pasien

bergerak.

2. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan

merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

3. Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi,

diare.

4. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan rektum apabila

posisi appendiks di pelvic. Letak appendiks mempengaruhi letak rasa

nyeri. nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat

rektum.

5. Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada

kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus

dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan

apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya

infeksi dan lokasi apendiks.

13

Page 14: Presentasi App

6. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat

dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian

bawah otot rektus kanan dapat terjadi.

7. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah

kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran

kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar.

Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien

memburuk.

8. Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri yang hebat

(dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat

tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan

penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney.

9. Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh

peradangan yang terjadi pada apendiks

10. Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut

difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar (endorotasi

articulatio coxae) secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan

apendiks terletak pada daerah hipogastrium

11. Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi.

Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi

usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami

gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks.3

14

Page 15: Presentasi App

12. Pada pemeriksaan rectal toucher ditemukan nyeri tekan pada arah jam 9

dan 12.

E. Klasifikasi

1. Appendicitis Akut

a) Appendicitis Akut Sederhana (Cataral Appendicitis)

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa

disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen

appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang

mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema,

dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah

umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan.

Pada appendicitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat

normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa.5

b) Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema

menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks

dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia

dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar

berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa

sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.

Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan

di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik

15

Page 16: Presentasi App

Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai

dengan tanda-tanda peritonitis umum.5

c) Appendicitis Akut Gangrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri

mulai terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain

didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks mengalami gangren

pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau

keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut gangrenosa

terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang

purulen.5

Pada appendicitis akut dapat menggunakan Alvarado score antara

lain; mual-muntah 1, anoreksia 1, nyeri tekan Mc.burney 2, nyeri

alih 1, demam >37,5oC 1, leukositosis 2, leukosit segmen >70% 1.

Jika didapatkan total skore 1-4 berarti bukan apendisitis akut, 5-7

masih ragu-ragu apendisitis akut, 7-10 artinya pasti apendisitis

akut.6

2. Appendicitis Infiltrat

Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang

penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon

dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang

melekat erat satu dengan yang lainnya.5 apendisitis infiltrate dibagi 2

16

Page 17: Presentasi App

jenis antara lain apendisitis infiltrate mobile dan apendisitis infiltrar

fixed.

a) Apendisitis Infiltrat Mobile merupakan massa periapendikular yang

masih bebas pada region kanan bawah. Sebaiknya dilakukan

pengangkatan secepatnya sehingga tidak terjadi perlengkatan

dengan sekitarnya.

b) Apendisitis Infiltrar Fixed merupakan massa periapendikular telah

terjadi perlengkatan dengan sekitarnya. Jika dilakukan

pengangkatan apendisitis jenis ini dapat menyebabkan perforasi

dari usus. Sehingga apendisitis infiltrate fixed sebaiknya diberikan

antibiotic terlebih dahulu.

3. Appendicitis Abses

Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah

(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal,

subcaecal, dan pelvic.5 gejalanya diantaranya kenaikan suhu dan

frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa,

serta bertambahnya angka leukosit.2

4. Appendicitis Perforasi

Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren

yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi

peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi

dikelilingi oleh jaringan nekrotik.5 perforasi apendik akan

mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam

17

Page 18: Presentasi App

tinggi, nyeri semakin hebat yang meliputi seluruh tubuh, dan perut

menjadi tegang dan kembung. Peristaltic usus menurun sampai

menghilang akibat ileus paralitik.

5. Appendicitis Kronis

Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif

sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme

dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen.

Diagnosa appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat

serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu,

radang kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Secara

histologis, dinding appendiks menebal, sub mukosa dan muskularis

propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan

eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh

darah serosa tampak dilatasi.5

F. Komplikasi

1. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa

lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula

berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung

pus. Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau mikroperforasi

ditutupi oleh omentum.2

2. Perforasi

18

Page 19: Presentasi App

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri

menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam

pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.

Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran

klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari

38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis

terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi

bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.2

3. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi

berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila

infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan

timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai

timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit

mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.

Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri

abdomen, demam, dan leukositosis.2

G. Penatalaksanaan

1. Konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan berupa pemberian

antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi.

Apendisitis infiltrate mobile sebaiknya dilakukan operasi secepat

mungkin. Jika apendisitis infiltat fixed maka dilakukan perawatan

19

Page 20: Presentasi App

terlebih dahulu dan diberikan antibiotic kombinasi yang aktif terhadap

kuman aerob dan anaerob sambil dilakukan pemantauan suhu tubuh,

ukuran massa seta luasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada demam,

massa periapendikular hilang dan leukosit normal, penderita boleh

pulang dan dilakukan apendektomi 2-3 bulan kemudian agar perdarahan

akibat perlengketan dapat ditekan. Jika pemberian antibiotic tidak

membaik atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi

secepatnya.

Jika terjadi perforasi maka dilakukan perbaikan keadaan umum dengan

pemasangan infus dan penberian antibiotic untuk kuman gram negative

dan positif, kemudian dilakukan laparatomi apendektomi untuk

dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun fibrin.

2. Operatif

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka

tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks

(appendektomi). Pada apendisitis akut dilakukan appendektomi secepat

mungkin, pemberian antibiotic yang lama dapat mengakibatkan abses

dan perforasi. Pemberian antibiotic pada apendisitis akut minimal

2x24jam setelah didiagnosa. Pada abses appendiks dilakukan drainage

(mengeluarkan nanah), apendektomi dikerjakan setelah 6-8 minggu

kemudian. Jika, saat dilakukan drainase, apendiks mudah diangkat,

dianjurkan sekaligus dilakukan apendektomi.2

H. Pemeriksaan Penunjang

20

Page 21: Presentasi App

Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan

jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan

penyakit lainnya berupa peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita,

pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan

diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET

(kehamilan diluar kandungan).

Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram)

dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala)

didalam lumen usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa

membantu dalam menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit

lainnya di daerah rongga panggul.

I. Pencegahan

1. Diet tinggi serat

Diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit

saluran pencernaan. Serat dalam makanan mempunyai kemampuan

mengikat air, selulosa, dan pektin yang membantu mempercepat sisi-

sisa makanan untuk diekskresikan keluar sehingga tidak terjadi

konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada dinding kolon.

2. Defekasi yang teratur

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran feces.

Makanan yang mengandung serat penting untuk memperbesar volume

feces dan makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Individu yang

makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan

21

Page 22: Presentasi App

waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola

aktivitas peristaltik di kolon.

22

Page 23: Presentasi App

BAB III

PEMBAHASAN

Seorang anak laki-laki 10 tahun datangke IGD dengan keluhan nyeri perut

bagian bawah sejak 1 hari yanglalu. Sebelumnya, pasien merasakan nyeri kanan

bawah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri bertambah hebat dan menjalar ke bagian

perut kiri. Riwayat diare (+) 2x sebelum masuk rumah sakit, ampas(+) dan

berwarna kuning, darah (-), lender(-), fluatus(+), mual dan muntah disangkal,

nyeri BAK disangkal.

Hasil pemeriksaan status lokalis didapatkan nyeri perut hebat pada region

kanan bawah, nyeri tekan Mc.burney (+), psoas sign(+), spasme otot perut kanan

bawah, BU(+), pada perkusi didapatkan bunyi pekak pada region kanan bawah.

Pada anamnesis pasien didapatnya nyeri kanan bawah dan diare 2x dalam

sehari, dan selama dirawat pasien mengeluh diare 2-3x/hari. Hal ini diakibatkan

oleh peradangan pada apendiks yang menempel atau dekat di area rectum

sehingga memberi rangsangan pengosongan sigmoid atau rectum, hal ini

menyebabkan peristaltic meningkat sehingga pengosongan rectum lebih cepat dan

berulang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan radang apendisitis terletak di retrosekal

sehingga menimbulkan nyeri psoas sign dan Mc.burney. Terdapat massa

periapendikulan pada region kanan bawah sehingga ketika dilakukan perkusi

didapatkan bunyi pekak disebabkan oleh adanya pembentukan walling off akibat

tertutupnya apendiks yang meradang oleh omentum dan usus halus.

23

Page 24: Presentasi App

Diagnosis ditegakkan didasarkan anamnesis dan pemeriksaan status lokalis.

Pemeriksaan status lokalis untuk menyingkirkan kecurigaan terhadap abses

periapendikular, tumor sekum, tumor apendiks dan limfadenitis.

Abses apendikular adalah terdapat massa berisi pus (nanah) pada region

kanan bawah, dengan gejala klinis demam tinggi dan nadimeningkat, peningatan

leukosit, dan massa yang semakin membesar setra adanya fluktuasi pada massa.

Tumor sekum merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang

khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel

epitel yang tidak terkendali, gejalanya antara lain nyeri perut, mual, muntah,

obstipasi, dan sering merasa kenyang. Tumor apendiks dibagi menjadi

adenokarsinoma dan karsinoid apendiks. Adenokarsinoma apendiks merupakan

tumor ganas pada apendiks dan dapat bermetastase ke limfanodi regional.

Karsinoid apendiks rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas

karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus

tumor karsinoid perut. Limfadenitis merupakan kondisi medis yang ditandai

dengan kelejar getah bening yang keras, membengkak dan nyeri, biasanya di

daerah leher, ketiak dan lipat paha serta dapat mengecil dengan pemberian

antibiotic.

Pada pasien ini diagnosis appendicitis infiltrate fixed karena pada region

kanan bawah terdapat nyeri, teraba seperti masa periapendikular yang terfiksir

pada area tersebut, pekak, dan adanya spasme otot, demam, dan diare 2-3/hari.

Pasien mendapatkan terapi cairan RL 20tpm, infus paracetamol, injeksi

ketorolac, injeksi metronidazole, infus cefotaxim dan terapi operatif berupa

24

Page 25: Presentasi App

appendiktomi. Apendiktomi dilakukan untuk mencegah terjadinya perforasi akibat

pecahnya massa periapendikular sehingga menyebabkan peritonitis purulenta.

25

Page 26: Presentasi App

Daftar Pustaka1. Mansjoer A.ddk (Eds).2001. Kapita Selekta Kedoteran. Edisi 3.

Volume 1. Media Aesculapius: Jakarta

2. SjamsuhidayatR, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2.

Jakarta : EGC, 2004.

3. David C. Sabiston. Buku Ajar Ilmu Bedah.

https://books.google.co.id/books?id=qgdPlhd-

lc0C&pg=PA499&lpg=PA499&dq=perbedaan+apendisitis+dan+div

ertikulitis&source=bl&ots=YKUgVwriEE&sig=jLh3di4fImqaP2-

ooID_cXTH2Lg&hl=en&sa=X&ei=QNaJVfG0BImLuwTcv4XwCQ&r

edir_esc=y#v=onepage&q=perbedaan%20apendisitis%20dan

%20divertikulitis&f=false

4. Bewes P. Appendicitis. [Internet] April 2003. [cited April 2011] E-

Talc Issue 3. Available from:

http://web.squ.edu.om/med-Lib/MED_CD/E_CDs/health

%2520development/html/clients/beweshtml/bewes_01.htm

5. Appendectomy. [Internet] [cited April 2011] Available from:

http://en.wikipedia.org/wiki/Appendectomy

26